Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

anakpatirsa's blog

anakpatirsa's picture

Menar

        "Di mana?"

        "Jogja!"

        Kota penuh kenangan, "Mengapa Jogja? Dapat gadis Jogja?"

anakpatirsa's picture

SIM

Polisi itu seperti barang, dicari nggak ada, nggak dicari nongol sendiri.

anakpatirsa's picture

Dio

Hampir setahun aku menghabiskan waktu bersamanya. Awalnya ia pasti mengira aku hanya tamu yang datang ke rumah orang tuanya, muncul begitu saja, menghilang begitu saja, lalu satu-dua tahun kemudian muncul lagi. Ia salah, tamunya kali ini datang setiap hari, menonton televisi sambil membaca koran sampai ibunya berkata, "Makan dulu." Lalu pergi. Untuk muncul di waktu yang sama esoknya lagi.

anakpatirsa's picture

Fenomena Makhluk Bermata Satu di Palangka Raya

        Malam gelap gulita.

        Satu pun bintang tidak muncul di langit. Kalau tidak bersembunyi di balik awan, mungkin iblis yang menelannya. Kota Palangka Raya gelap gulita.

        Ia menjadi sebuah kota mati.

anakpatirsa's picture

Umar Landuk

        Jembatan itu tidak pernah sepi. Bila senja tiba, penduduk pada berdatangan. Orang yang baru datang ke kota ini mengira penduduk berkumpul karena ingin melihat kota dari tempat paling sempurna, atau melihat matahari lenyap di ujung sungai. Salah! Mereka melakukannya karena hal lain dan hanya penduduk kota ini yang tahu alasannya.

anakpatirsa's picture

Bisul

        Gara-gara bisul, aku masuk rumah sakit.

        Bisul yang muncul bersamaan dengan bergemuruhnya Gunung Merapi sebelum gempa Jogja. Aku ingat urutannya, aku kena bisul, Merapi mau meletus, Jogja terkena gempa, Merapi tidak jadi meletus, bisulku pecah, lalu Mbah Marijan jadi selebritis. Menurut seorang teman, Gunung Merapi tidak jadi meletus bukan karena Mbah Marijan, tetapi karena bisulku meletus duluan.

        Sekarang, setelah empat tahun, urutannya lebih sederhana, Merapi meletus, Mbah Marijan mati konyol, dan bisulku dioperasi.

anakpatirsa's picture

Kisah Sepotong Tahi

        Sepotong tahi mengapung.

        "Tahu kisah Sangumang dan Maharaja?" tanyanya.

        Aku tahu. Pemuda miskin memeras raja gara-gara sepotong tahi. Seperti Abunawas dan Raja, Kisah Sangumang dan Maharaja bercerita tentang seorang rakyat jelata miskin dan seorang raja tolol.

        Raja tolol yang mempunyai putri yang sangat cantik.

anakpatirsa's picture

Home: Asperger Syndrome

        Kutanya dia.

        “Berapa muridnya di sini?”

        “Seribu sembilan belas,” jawabnya.

        Ia tahu aku hanya basa-basi. Aku juga bisa ikut-ikutan jadi gila, aku berhitung.

anakpatirsa's picture

Lelaki Tua dan Tiang Listrik

        Ia bertanya, “Kemana saja selama ini?”

        Aku tidak sedang bermimpi. Dua puluh tahun lalu ia mengejarku dengan sebilah parang, sekarang menyuruhku masuk rumahnya. Dua puluh tahun aku menghindarinya, dan sekarang ia hanya bertanya, Kemana saja selama ini?

        Tiang listrik membuatnya gila.

anakpatirsa's picture

Aku Merokok

Sebuah pesan singkat masuk:

Keponakanku Si Martin kedapatan merokok di sekolah, padahal masih SD kelas tiga. Rokoknya Dji Sam Soe lagi. Ternyata sudah sering dia merokok. Diapain ya, si Martin ini biar kapok?

Aku ngakak. Kubalas:

Lebih baik kedapatan merokok di sekolah pakai Dji Sam Soe daripada tertangkap basah duduk dibawah pohon sambil menghisap rokok rambut jagung.

Itu sama sekali tidak keren.

Kok kamu begitu?

Ia sama sekali tidak mengerti.

anakpatirsa's picture

The Smiling General & Cenderawasih

        Aku pergi ke Bank Indonesia. Gara-gara Alkitab. Tepatnya, gara-gara uang kadaluarsa di Alkitab.

anakpatirsa's picture

Gedung Baru Parlemen

        "Hanya pelacur yang mengangkangi jalan seperti itu," katanya. "Dan kalian tinggal di gedung yang mengangkangi jalan seperti pelacur."

anakpatirsa's picture

Home: Diaz dan Vero

        Jika penilik sekolah menuduh kakakku korupsi karena menemukan meja sekolah di rumah—meja yang ada tipe-ex Roni Tuti—meja itu akan kuangkat dan kulemparkan ke kepalanya.

anakpatirsa's picture

Tiga yang Hilang

        Tiga hal sudah lenyap dari kota ini.

        Satu, pisang goreng.

        Sudah kukelilingi kota untuk mencarinya. Hanya kutemukan dua, satu di samping gedung pertemuan Tambun Bungai, dekat lapangan Sanaman Mantikei, tempat mangkalnya para bencong. Satunya lagi di jalan Yos Sudarso, dekat kampus, hanya seratus meter dari tempat kosku dulu. Harganya seribu rupiah sepotong. Pisang molen lebih murah, seratus rupiah sebiji, seukuran ujung kelingking.

anakpatirsa's picture

Angkot Air

        SEKALI lagi Ririn melihat layar ponselnya. Pesan itu tetap sama, AC pesawat A546 rusak. Khusus penerbangan hari ini, semua pramugari yang bertugas harus memakai deodoran sebanyak-banyaknya.

anakpatirsa's picture

Borneo 1843

Lukisan sebuah kampung dengan pohon pisang di pinggir jalan dan sebuah gereja bertiang tinggi tepat di tengahnya. Bentuk menaranya menandakan gereja, selain judul yang mengatakannya, Suasana Kampung Melayu dan Sebuah Gereja. Di belakangnya, di kejauhan, di antara pepohonan, tampak beberapa rumah panggung. Kampung yang begitu sepi. Kecuali satu dua orang sedang membersihkan pekarangan, seorang anak bermain tanpa mengenakan apa-apa dan seorang ibu menuntun anaknya yang bertelanjang bulat.

anakpatirsa's picture

Kopdar: Sebuah Catatan Kecil

Tidak ada rencana menghabiskannya akhir pekan panjang selain menonton The Pretender. Itupun season satunya habis di Jumat sore. Saat menerima pesan Joli yang menanyakan apakah Sabtu malam bisa ikut kopdar dengan Sandman, tanpa membuat banyak alasan saya langsung menjawab: Sangat bisa.

anakpatirsa's picture

Pelajaran Kesenian

        Indonesia Raya ...

        "Masa langsung kamu nyanyikan bagian Indonesia Raya-nya," kata Pak Ludie, "itu kan refrain-nya?"

        Tanpa ia potong pun, aku tahu ada yang salah. Rasanya bukan seperti ini bagian awal lagu yang kudengar Senin lalu.

anakpatirsa's picture

TUMBANG ANOI

Ada musimnya anak-anak hidup dalam ketakutan.

Orang tua punya musim sendiri—musim hujan, musim kemarau, musim buah, dan musim ikan mudik. Kami punya musim sendiri—musim enggrang, musim gasing, musim tembak tutus, dan musim kayau. Di musim enggrang, kami ke sekolah naik tiang kayu. Di musim gasing, kami menarik tali yang membuat kepala serasa ikut berputar. Di musim tembak tutus, kami membawa senapan bambu berpeluru kertas basah di tas sekolah. Di musim kayau, kami hidup dalam mimpi buruk dan ketakutan.

anakpatirsa's picture

Uneg-uneg Seorang Blogger

Bukan saya bermaksud menyingkirkan seseorang karena sedang di ujung tanduk. Cukup lama saya tidak memedulikan masalah poin, bahkan sedikit kehilangan minat untuk tetap bercokol di halaman utama. Bila blog ini kelihatan menyerang langsung, itu saya sedang kegerahan. Gerah karena pelanggaran policy SABDA Space yang dilakukan dengan begitu "elegan".