Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

anakpatirsa's blog

anakpatirsa's picture

Pasar Triwindu

Seandainya, seandainya kakak dan adik-adikku melihat pasar barang antik di bekas gedung Srimulat ini, kami bakalan menjadi serombongan pelancong gila. Kami tertawa di setiap kios, bukan menertawai pedagangnya yang ramah. Juga bukan menertawai dagangan yang sudah berganti nama menjadi barang antik. Bukan! Kami menertawai kenangan masa kecil, kenangan saat kekonyolan terjadi secara alami.

anakpatirsa's picture

Cinta Memang Tidak Bisa Dimakan

"Ada apa, Tuh?" tanyaku sambil menatapnya. Kami memanggilnya Tutuh, sesuai permintaannya waktu kecil. Tutuh kedengarannya manja dan mungil, katanya memaksa hampir dua puluh tahun lalu.

"Ada orang mati," jawabnya, "sudah berminggu-minggu membusuk. Kita kesana, ya? Tetapi aku makan dulu."

anakpatirsa's picture

Kisah Dua Buku

Pantun Jenaka

Disini kosong di sana kosong
Tak ada batang tembakau
Bukan saya berkata bohong
Ada katak memikul kerbau

Jual bayam pembeli tali
Tali hilang di atas atap
Sejak ayam menjadi polisi
Banyak elang yang tertangkap

Pohon limau ditepi rawa
Tempat orang mengadu banteng
Nenek menangis sambil tertawa
Melihat kakek main kelereng

Aku tidak pernah bisa melupakan pantun ini. Nenek menangis sambil tertawa//melihat kakek main kelereng, membuatku melihat kakek bermain kelereng. Elang dan ayam ada di belakang rumah, bahkan pernah kulihat elang menyambar anak ayam. Juga sudah kulihat induk ayam melindungi anak-anaknya dengan sayap, sehingga tidak bisa kulupakan bait-bait itu.

anakpatirsa's picture

Sekali Lagi tentang Wanita

Banyak orang protes karena wanita tidak mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi pilot pesawat tempur. Mereka menganggapnya sebagai sebuah diskriminasi. Seharusnya wanita mendapat kesempatan yang sama, kata mereka, termasuk menjadi sopir kapal terbang. Mereka tidak tahu hanya sedikit wanita yang lulus ujian. Salah satu alasannya, wanita sulit menentukan mana utara dan mana selatan tanpa berpikir. Jarang orang super kaya mempercayakan jet pribadinya pada wanita. Alasannya, secara statistik, lebih banyak penerbang wanita yang hilang bersama pesawatnya.

anakpatirsa's picture

Sepotong Cinta di Stasiun Tugu

Sejak tadi, Pak tua itu sudah memperhatikan sepasang kekasih yang duduk dekat pintu masuk ruang tunggu. Menunggu Argo Lawu yang sebentar lagi singgah dalam perjalanannya dari Solo ke Jakarta. Ia tadi mendekati mereka, menawarkan dagangannya. Si cowok memberi isyarat dengan tangan, Jangan ganggu kami. Si gadis hanya menoleh sekilas, diam seribu bahasa.

anakpatirsa's picture

MEI

Kecantikannya sama sekali tidak hilang, sebelas tahun tidak mampu memupuskannya. Tidak hanya sekedar cantik, ia tahu. Eksotis? Dulu teman-teman mereka berkata, Mei gadis eksotis. Belum terlalu ia pahami alasannya. Banyak yang mampu menilai seorang gadis berwajah manis, cantik atau menarik, tetapi  jarang yang mampu mengungkapkan alasannya dengan kata-kata.

anakpatirsa's picture

Kisah di Atas Jalan

Sungai kampungku yang berhulu di pengunungan Schwaner, pegunungan yang pernah tak tersentuh peradaban itu masih ada. Memanjang enam ratus kilometer sampai ke Laut Jawa, laut yang memencilkan kami. Seratus tahun lalu, pemimpin adat dari seluruh pelosok pulau masih bisa mengarungi sungai ini. Berkumpul di hulunya, bersepakat meniadakan kebiasaan potong kepala. Sekarang, tidak ada lagi yang bisa mengarunginya sampai ke hulu. Tidak ada lagi kapal yang mampu melewatinya. Masa pulang kampung sehari-semalam di kaleng sarden itu sudah lewat; saatnya menikmati perjalanan di atas tanah. Masa meletakkan barang di atas lanting sebagai tanda mau menumpang juga sudah berakhir; teknologi bernama Short Message Service ataupun Missed Call benar-benar berguna.

anakpatirsa's picture

My Girls

Kita berteman saja, Aku sudah punya pacar, Kuanggap kakak itu kakakku. Kalimat itu bertujuan mengurangi rasa sakit. Mereka tidak berani berkata, Maaf, kamu sudah tereliminasi, Kamu bukan tipeku, atau Lihat cermin dong. Penolakan itu terlalu sopan, tetapi buku harian pun tidak mampu menampung keluh kesah.  Jawaban itu selalu berakhir dengan pertanyaan, Setelah ini kamu masih mau berteman denganku, kan?

anakpatirsa's picture

Akibat Tidak Mendengarkan

Selama liburan, aku membaca satu dari sedikit buku tentang kebudayaan suku kami. Buku berjudul "Menyelami Kekayaan Leluhur" ini merupakan kumpulan dokumentasi tertulis mengenai kebudayaan kami. Gubernur pertama propinsi ini yang menyusunnya. Aku tertarik pada bagian yang menceritakan tentang reaksi masyarakat jika ada anggotanya yang meninggal. Terlalu banyak kematian selama dua minggu disini, sehingga tidak bisa kulewati begitu saja topik kematian dalam masyarakat pedalaman.

anakpatirsa's picture

Si Lawung

Tidak bisa kuhindari lagi. Sudah dua hari main kucing-kucingan, tetapi akhirnya panggilan namaku itu terdengar juga. Seruan "Hei, sini!" itu tergiang di telinga. Tidak ada gunanya pura-pura tuli. Jadi, aku menoleh jengkel. Ulangan sudah selesai, seharusnya aku bisa menikmati minggu tenang menunggu pembagian rapor. Panggilan itu merupakan awal pupusnya ketenangan. Tidak bakalan bisa kunikmati suasana santai menunggu libur. Tidak bisa kutonton siswi SMKK menjagai stand mereka. Padahal ini kesempatan langka. Di STM, hanya ada sepuluh siswi, membuat mereka bertingkah seperti lebah ratu.

anakpatirsa's picture

Cutton Buds 2

Kualami pertengahan Agustus lalu. Kutulis tanpa niat memostingnya, tetapi akhirnya aku berubah pikiran.

Lumayan, menambah point.

Tidak lucu jika aku kembali ke rumah sakit itu lagi dengan kekonyolan yang sama. Aku juga tidak mau lagi menjadi tontonan perawat praktek. Dokternya mungkin sudah melupakan wajahku, tetapi akan segera ingat lagi bila melihat catatan medisku. Ia sendiri yang dua minggu lalu menulis, "Telinga kemasukkan kapas." Tidak mau kudengar ia bertanya, "Yang kemarin telinga kiri atau kanan?" Waktu itu telinga kiriku yang bermasalah, dan sekarang seseorang harus mengeluarkan kapas dari telinga yang sebelahnya lagi.

anakpatirsa's picture

Tetelestai, Lost in Translation

Ada yang mengucapkan kata ini saat mengetahui orang yang ia sukai memilih orang lain. Baginya, tetelestai berarti pupuslah harapan. Ada yang mengucapkannya karena barusan putus dengan seseorang. Baginya, tetelestai berarti "kita putus." Ada yang teringat kata ini saat melihat orang tuanya sakit keras. Baginya, tetelestai berarti sekarat.

Tetelestai, ada yang begitu sering mendengarnya. Baginya, tetelestai tidak memiliki makna selain "sudah selesai."

anakpatirsa's picture

LINUX

Adikku yang bertanya, "Linux itu sulit ya?"

"Mengapa?" tanyaku balik. Bangga juga, di pedalaman terpencil, kata ini sampai juga.

"Temanku bilang, waktu itu kami mau meminjam komputernya, 'Sori, aku pakainya Linux, kalian tidak bisa memakainya.'"

Tiba-tiba saja, batu itu kembali melintasi kepalaku.

anakpatirsa's picture

Ketika Aku Ikut Ultah LAI

Akhirnya aku bertemu orang-orang LAI. Mereka punya hajatan, ulang tahun ke 55. Mengunjungi Solo merupakan salah satu wujud pelaksanaan rangkaian syukuran yang berlangsung dari bulan Februari sampai September 2009 ini.

anakpatirsa's picture

Kisah Babi

Ibu pasti sibuk melakukan sesuatu sehingga lupa memberinya makan. Membuat makhluk itu berteriak sekeras-kerasnya dengan jeritan yang lebih memilukan daripada jeritan babi yang sedang disembelih. Ibu pasti langsung meninggalkan apapun yang sedang ia kerjakan sambil menggumamkan kalimat yang biasa ia ucapkan, "Ya, ya, aku dengar." Jeritan itu tidak akan berhenti sampai ia melihat ibu datang dengan seember makanan. Seolah-olah tahu, tetangga yang mendengar jeritannya akan bergumam, "Mau memelihara babi tetapi tidak sanggup memberinya makan."

anakpatirsa's picture

Sepeda

Jika aku tidak melakukan sesuatu, selimutku bakalan tersingkir dari daftar blogger di halaman utama. Si Dede Wijaya hanya perlu mencari satu topik Top Ten lagi untuk membuatku tersingkir.

Aku harus melakukan sesuatu. Tidak ada cara paling cepat mempertahankan posisi selain mencari arsip lama, blog lokal kantor. Akupun menemukan blog pertamaku.

anakpatirsa's picture

Residen yang Tidak Pernah Terlambat

Banyak yang bisa kudapati dari sebuah majalah tua. Sejak dulu aku memang terbiasa membaca buku atau majalah jenis ini. Aku juga menyukai baunya, ini juga yang menjadi alasanku membeli lima majalah tua tahun 70-an yang bahkan sudah tidak terbit lagi. Harganya seribu per majalah. Jadi, dengan lima ribu rupiah, aku mendapat lima majalah "PRIMA"--di pasar loak buku tentunya. Lumayan! Ketika membaca edisi Januari 1978, aku menemukan sebuah artikel pendek yang cukup menarik. Sebenarnya bukan artikel, hanya sejenis tulisan kecil pengisi halaman kosong. Judulnya "Residen yang Tak Pernah Terlambat".

anakpatirsa's picture

Wanita

Sulit kumengerti alasannya marah. Kalau bukan dia yang tadi bercerita tentang kejengkelannya pada Si Treni, aku bisa sedikit lebih mengerti. Aku benar-benar bingung. Lima menit lalu, dengan penuh kejengkelan, ia mengata-ngatai perempuan itu. Tetapi sekarang ia membelanya. Tadi aku tidak mengatakan wanita kerjanya hanya lahir, besar, kawin lalu melahirkan. Tidak! Tadi aku hanya berkata, isi otak temannya itu seperti isi otak sebagian wanita purba. Kira-kira seperti itu, dan akupun tidak akan berani berkata demikian jika ia tidak menceritakan tingkah perempuan yang menjengkelkannya itu.

anakpatirsa's picture

Ilalang, Kamus sampai Alkitab

Ilalang tumbuh tinggi menutupi bekas taman di antara belasan bangunan. Bila tamannya saja begitu tidak terawat, tidaklah mengherankan bila gedungnya sendiri tidak terurus. Beberapa kaca jendela tampak pecah, bahkan banyak yang benar-benar bolong. Atapnya bernasib sama, puluhan pucuk sirap tergeletak begitu saja di samping bangunan. Tidak ada yang mau repot-repot mengumpulkannya, apalagi memperbaiki atap-atap sirap itu.

anakpatirsa's picture

PENGUSAHA TOP FIVE KAMPUNGKU

Top Ten orang terkaya di dunia selalu muncul tiap tahun di majalah Forbes. Dari nama seperti Bill Gates, Warren Buffett, Lawrence Ellison, Lakshmi Mittal, Mukesh Ambani, hanya Bill Gates yang kukenal. Itupun hanya ngaku-ngaku. Bill Gates sendiri tak mengenalku, sehingga kalau meloncat-loncat di depan hidungnya, aku hanya mendapat lambaian tangan pengusiran.