Submitted by cahyadi on

“Donat… donat… donat.. donat… “ Suara bapak penjual donat itu selalu menerbitkan rasa iba di hatiku. Entah mengapa? Mungkin, karena suaranya yang agak-agak sengau atau mungkin juga karena melihat langkah kakinya yang tiada kenal lelah, menyusuri jalan setapak demi setapak, untuk menjajakan donat. Namun, dari hari ke hari, saat aku semakin sering mendengar suaranya, rasa iba itu berubah menjadi kekaguman.

Entah, mulai jam berapa, bapak penjual donat itu keluar dari rumah, aku tidak tahu. Yang aku tahu, saat sebagian besar orang masih menikmati suasana pagi dengan membaca koran, bercanda dengan cucu, menonton berita dan gosip, atau menikmati sepiring gorengan ditemani secangkir teh hangat, bapak itu sudah ada di jalanan sambil memanggul susunan rak-rak plastik berisikan donat. Suaranya yang khas meluncur deras, berharap ada orang-orang yang akan segera membeli dagangannya. Kadang berhasil, tapi tak jarang sia-sia. Namun langkahnya terus terayun. Bahkan hingga sang malam memeluk raganya.

Perjuangan yang luar biasa. Teladan hidup yang patut untuk dicontoh. Jujur, aku merasa malu melihat bapak penjual donat itu. Aku yang dikaruniai pekerjaan yang lebih baik, di kantor yang nyaman, tidak kepanasan, tidak kehujanan, seringkali malah tidak berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Hanya bekerja seadanya dan lebih banyak ‘leyeh-leyeh’ (bersantai-santai) karena merasa pekerjaan sudah beres.

Terima kasih, Pak. Suara khasmu telah membuka mata hatiku. Ayunan langkah kakimu membangkitkan semangatku untuk memperbaiki sikap-sikap yang kurang pantas, yang aku lakukan selama ini. Aku harus bekerja dengan baik karena itu adalah bukti rasa syukurku. Dan karena, ada lebih banyak orang yang nasibnya tidak seberuntung diriku. Kepanasan, kehujanan, bergelut dengan sampah, dikejar-kejar petugas, bertaruh nyawa, hanya demi mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
 

Submitted by dennis santoso… on Sun, 2010-05-09 18:56
Permalink

ini baru tulisan yang menarik untuk dibaca... ringkes and to the point... good job :-)

Submitted by smile on Sun, 2010-05-09 20:22
Permalink

Cahyadi,...jadi merasa tersindir...manusia ga ada puasnya,...seperi aku sendiri,...tapi bukankah orang ingin lebih baik dalam kehidupannya...dan tidakkah salah jika dia menghendaki seperti itu, lebih maju dan lebih maju lagi? (tentu saja dengan tidak lupa mengucap syukur)

 

sincerely,
smile

*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*

Submitted by Hannah on Mon, 2010-05-10 09:49
Permalink

Mas Cahyadi, blog lo bikin gw jadi pingin makan donat....

"Literary interpretation is in the eye of the beholder."

Submitted by Kiem on Mon, 2010-05-10 10:54
Permalink

Salam Damai Sejahtera Mas Cahyadi

Salut untuk mas Cahyadi, masih bisa tersentuh melihat tukang donat.

Banyak manusia, bahkan pendeta yang tidak tersentuh melihat seperti itu, atau tersentuh juga, tetapi hanya pada saat dilihat oleh jemaat saja.

Semoga hati mas Cahyadi yang gampang tersentuh tetap terpelihara dengan baik, dan semoga kebaikannya tukang donat bisa kita pelajari bersama, yaitu memanfaatkan waktu agar tidak ada jalan hidup yang sia-sia seperti masa lalu saya, sampai kelala 3 masih banyak membuang waktu.

Tuhan Yesus memberkati

Submitted by minmerry on Tue, 2010-05-11 15:18
Permalink

Agree. Kadang "donut uncle" bisa jadi good life sample for people. This donut uncle even don't know bahwa dia telah jadi teladan yang baik. (*smilling*...) Hehehe. Hopefully, we can be other's "donut uncle".

Agree with Pig, tulisan yang singkat tapi sangat menarik. To the point and i got "big thing" after read it.

Nice day....

 

 

logo min kecil

Submitted by Love on Tue, 2010-05-11 15:56
Permalink

Waktu pindah rumah ke pemukiman padat penduduk, saya girang karena tiap waktu tiap saat ada orang jualan makanan lewat depan rumah. Jadi, bisa menyalurkan hobi ngemil he he he ....

Dari sekian banyak penjual, yang membuat saya selalu merasa iba adalah penjual sate keliling. Mulai pkl. 17.00 dia sudah mulai keliling berjalan kaki dengan suara "cring cring cring" yang khas .... Ternyata tidak hanya sekali keliling, tapi dia akan mencoba mengais keberuntungan lagi, dengan memutar perumahan beberapa kali, siapa tahu ada yang berubah pikiran tiba-tiba ingin makan sate. Bahkan pernah, saya terbangun karena mendengar suara "cring cring cring ..." pada pkl. 00.30 .... Saya sudah ada di alam mimpi, bapak tukang sate itu masih setia mendorong gerobaknya dalam keheningan malam dengan penuh harapan ....

Thanks sharing-nya :)