Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Lupa nazar atau ngak nyadar?

mujizat's picture

Saya pernah merenung, mengapa sering orang sudah sungguh2 berdoa, sungguh2 damba jawaban doa, sungguh2 minta kesembuhan dari sakit parah, sungguh2 berharap sangat terjadi mujizat namun Tuhan seperti bungkam sejuta bahasa? Lalu sebuah inspirasi melintas, untuk searching di e-bible dengan kata kunci "kesesakan" dan kutemukan dua ayat ini:

 

Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! 

Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:14,15).

Sebuah pemahaman terukir di benakku. Ada dua hal: pertama, ucapan syukur di kala senang, saat segala sesuatunya baik, ketika diberkati, ketika rejeki melimpah dst. ... , lalu kedua, membayar nazar kepada Allah.

Untuk saat ini saya fokus kepada yang kedua saja: membayar nazar kepada Tuhan.

Nazar biasanya diucapkan seseorang yang menyatakan komitmen dia untuk melakukan sesuatu tindakan. Sering nazar dilakukan ketika seseorang kepepet, ada suatu persoalan yang pelik dan sangat berharap campur tangan Tuhan untuk menyelesaikan masalahnya, seperti kasus Yefta yang akhirnya harus mempersembahkan anak perempuannya demi nazar yang pernah diucapkannya ketika mantan perampok ini dipakai Tuhan untuk memimpin Israel melawan bani Amon (Hakim 11:1-40), sehingga nazar bersifat mengikat juga.

Tetapi terkadang ada perkataan kita yang walaupun tidak dimaksudkan sebagai nazar tetapi menyatakan suatu komitmen tertentu kepada Tuhan, misalnya ketika seseorang baru mengalami jatuh cinta pertama dengan Tuhan, ia barangkali berkata: pakailah aku, Tuhan, suruhlah aku kemana Engkau mau,...

Atau seringnya ketika di gereja kita menaikkan pujian yang ini:

 

PAKAILAH AKU, TUHAN

SESUAI KEHENDAK-MU

SELURUH HIDUP INI,

KUPERSEMBAHKAN HANYA UNTUKMU

 

 

MURNIKAN AKU TUHAN

DENGAN API SURGAWI

BENTUK BEJANA INI

SESUAI KEHENDAKMU

.......... dst

Apakah tidak sadar, atau kah lupa, bahwa makna bait-bait tersebut merupakan permintaan untuk dipakai Tuhan, sesuai kehendak-Nya, bahkan seluruh hidup kita, sekali lagi: SELURUH hidup kita, bukan sebagian, tapi seluruhnya, telah kita persembahkan kepada Tuhan melalui ucapan mulut kita. Kalau semuanya telah dipersembahkan, berarti kita tidak punya hak lagi dunk, untuk berbuat sesuka hati, tapi musti hidup menurut kehendak-Nya.

Jika, seandainya, kita pernah menyerahkan diri kepada Tuhan serupa itu, maka bagian kita adalah memegang komitmen tersebut sampai mati, atau kita menjadi orang yang tidak bernilai oleh sebab Tuhan tidak dapat mempercayai lagi kata-kata kita.

Pepatah Jawa mengatakan: "Ajining dhiri amargo soko lathi,.. " , bermakna : nilai seseorang ditentukan oleh , apakah kata-katanya dapat dipercaya atau tidak.

Yuk kita periksa lagi, adakah kita pernah mengucapkan nazar yang belum ditepati, entahkah itu nazar yang dapat diselesaikan dengan hanya satu tindakah untuk satu waktu, ataukah ucapan setara nazar yang harus dibayar dengan seluruh waktu kita dan dengan seluruh hidup kita.

Lalu tunggu dan lihat, bagaimana Tuhan akan meluputkan kita pada waktu kesesakan.

Shalom

__________________

 Tani Desa

X-1's picture

Kalo nazarudin?

udin yang suka di Kamar

namanya kamarudin...

Udin yang rajin berdoa

namanya aminudin

udin yang rada stress,

namanya sarafudin..

udin yang suka lupa,

namanya lupaudin...

udin yang suka NAZAR, 

namanya nazarudin...

(penulisnya pasti namanya nazarudin nih)

ha ha hah a ha ha ha....

ha ha ha ha haha ha haha

 

__________________

mari gila bersama-sama dengan warna merah, kuning, hijau, dan biru..