Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Oh, Ternyata ...

tilestian's picture

Hemmmm .... akhirnya, terjawab juga .... Beberapa waktu yang lalu, memang saya sering terusik dengan kata "kasih". Sering kali ketika saya bertemu dengan teman-teman persekutuan, mereka selalu bilang, "Aku mengasihimu". Wah, senengnya karena ada yang mengasihi. Tapi kasih yang seperti apa ya? Koq sampai sekarang kalimat itu terus saja dikatakan, tapi saya tidak merasakan apa-apa yang berarti.

Saya jadi teringat saat ada seseorang yang mengajak saya berbicara. Seseorang itu usianya lebih tua 3 tahun dari saya. Sebenarnya sih biasa saja apa yang ia katakan, yaitu "San, saya titip tas sebentar ya, saya taruh di sini." Kalimat yang biasa bukan? Tapi koq perkataan itu nyampe ke saya bukan sekadar perkataan yang biasa ya? Ada aura yang membuat merinding ... (hehe) -- lebih tepatnya perkataannya sangat berwibawa, ada isinya, dan sapaan yang dilontarkan itu bukan seperti orang biasa yang sering menyapaku (ah, susah ngejelasinnya). Sempat beberapa saat saya berpikir, koq ada yang aneh ya? Seseorang itu temen persekutuanku juga dulu, ia benar-benar fokus melayani Tuhan sampai sekarang.

Kemarin waktu di gereja, dapat khotbah berjudul "Story of Love" ... hemmm, tentang apa ya? Ternyata isi khotbah itu menjelaskan bagaimana kasih yang berdasar pada Allah dan kasih yang berdasar pada manusia. Manusia bisa saja mengasihi, melakukan yang baik kepada sesamanya, tapi itu terbatas ... kasihnya terbatas. Kasih Allah sangat tidak terbatas ... betapa panjangnya, lebarnya, tingginya, dan dalamnya kasih Kristus (Efesus 3:18). Jika kasih Kristus hanya berupa panjang saja, maka kasih itu hanya sebuah garis. Jika hanya panjang dan lebar, maka kasih itu adalah sebuah luas. Namun dalam Alkitab dikatakan panjang, lebar, tinggi, dan dalamnya kasih Kristus, berarti kasih Kristus berupa ruang -- ruang yang tidak terbatas.

Sering manusia memunyai prinsip bahwa "Jika kamu baik pada saya, maka saya akan baik juga padamu." Saya pun juga pernah berpikir seperti itu. Ternyata itu semua adalah prinsip kasih manusia, yang hanya mau mengasihi jika orang lain mengasihi kita. Jika orang lain tidak berbuat pada kita, wah ... jangan sampai deh aku akan berbuat baik sama kamu ... hehe. Prinsip ini sama sekali bukan kasih yang kita terima dari Kristus. Kasih Kristus justru berlaku pada orang yang kondisinya sangat tidak layak sekalipun. Seseorang yang dikucilkan, tidak dianggap oleh lingkungan, dll. justru Tuhan Yesus sangat mengasihi mereka. Apalagi kita yang sudah dijadikan anak-anak-Nya, secara otomatis Tuhan Yesus pun mengasihi kita tanpa syarat. Walau kita sering mengecewakan-Nya, Ia tetap mengasihi kita. Dalam keadaan apa pun, Yesus tetap mengasihi kita. Kasih-Nya tak bisa diukur dengan apa pun ... sungguh luar biasa.

Kadang kala jika seseorang yang sudah menerima kepenuhan kasih Allah, maka melalui perbuatan mereka saja, kita dapat merasakan dampaknya ... kasih yang muncul dari dalam dirinya dapat kita rasakan. Meskipun orang itu tidak berkata, "Aku mengasihimu." Jika kita mampu mengasihi orang lain dengan tulus, itu bukan karena kita yang telah berhasil ... namun itu semua karena Tuhan lebih dulu mengasihi kita (1 Yohanes 4:19). Thanks Jesus for Your love.

__________________

God's will be done Smile