Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kurelakan jariku dipotong

kittin's picture
Kulihat dokter yang memeriksa jari kakiku geleng2 kepala..waduuuh..firasat kurang baik ini…
“Ibu.. jari manis di kaki Ibu tidak baik keadaannya… siapkan secepatnya utk amputasi ya…”kata nya sambil menepuk pundakku
Entah kenapa… tiba2 kurasakan suatu kekosongan…
Lalu aku pulang.
Malam itu,juga besoknya,aku hampir tak bisa tidur.
Kucari tau rasa apa yg sekarang berkecamuk dalam hatiku,apa juga yg aku pikirkan sehingga rasa sendiri ini begitu dalam.
Yakin sekali bukan karena kehilangan satu jari manis di kaki kananku, karena sejak kecelakaan yg disebabkan seorang yg mabuk menabrakku pun,perawat di poliklinik terdekat sudah angkat tangan.

Sebagai catatan:
pada waktu Kerusuhan Mei 1998 lalu,anakku yg saat itu berumur 4 tahun dijahit kepalanya di Poliklinik yg sama karena ditabrak orang ngebut,aku yg membawanya pulang meskipun akhirnya kubawa ke RS.Dr.Oen Solo Baru karena di jalan langsung muntah-ada darahnya pula.
Ketika kejadian ini,mereka bilang anakku akan baik2 sj dengan penanganan pertolongan pertama ini
Nah,berbeda dgn kecelakaanku,pihak poliklinik  bilang “waduuuh,syaraf2nya nggak bagus bu..nggak brani tangani,langsung ke RS saja”

Begitulah,suami di luar kota,anakku paling besar tadi diboncengan,bersyukur kudengar dia baik2 meskipun aku sempat pingsan bbrp saat-entah berapa menit sudah.
Akhirnya,aku sendirian telpon taksi,mampir rumah untuk mengatur anak2 dan kulanjut meluncur ke RS,sendirian.
Ketika Dokter mau langsung mengamputasi-melihat parahnya keadaan- aku sempat me-lobi
“kalau dijahit bagaimana,Dok?”  di pencet2nya pinset ke jari2 kakiku,sambil tanya “terasa..?” pindah lagi ke jari satunya “terasa..?”
“kalo dijahit,kemungkinan pulih Cuma 10-15 persen” kata dokter sambil tersenyum padaku.Aku melihat kearah kakiku yang berlumuran darah dengan hanya sedikit kesakitan
“Ibu sendirian?” dipegangnya pergelangan tanganku
“Iya,Dok.. suami baru sore pulang".
"Dokter,saya ambil Resiko itu,Dok.Jahit saja”
“Baik,bu..sambil nunggu keluarga datang,ini dibersihkan,ya.”

Mungkin ada yang difikirkan Dokter ini ketika bertanya,”Ibu yakin dijahit?karena kalo kemudian perkembangan kurang bagus tetap harus diamputasi lho. Boleh tahu alasan tetap dipertahankan”
“Yakin,Dok” dan aku terdiam beberapa saat.
 
Kalo mau jujur… aku ingin minta Tuhanku buat Mujizat untukku.Salahkah?
Dan kalo langsung ku amputasi,peluang aku alami mujizat itu kututup sendiri.
Bukankah FirmanNya “"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”(Mat 7:7)
“Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”(Yoh 16:24)
Cukup sudah alasanku
“Dok,sy ingin mencoba peluang pulihnya,kalo ini langsung diamputasi,suatu saat saya bisa jadi kecewa karena tidak pernah memberi kesempatan. Nggak gigih gitu lho Dok,hehehe…” Dan aku terkikik kecil..dokter menggeleng2kan kepalanya,sambil tertawa juga.
 

Nah,jadi resiko gagalpun sejak awal aku sudah tau…Lalu kenapa sekarang saat vonis amputasi ini kurasakan sedih yang aneh?

Karena merasa aku dibiarkan saja oleh Tuhan?Seperti Yesus ketika meneriakkan “"Eloi, Eloi, lama sabakhtani?"

Karena Mujizat yang kuminta dengan iman tak kuterima?Beribu tanya memenuhi benakku.

Dan telepon dari teman-temanpun langsung masuk bertubi2 pada keesokan setelah vonis tersebut.
Awalnya gembala Persekutuan Doa-ku membezoek ke rumah mengabarkan keadaan ku dan beranting berita disampaikan.
(terima kasih teman2 semua,kalopun dulu aku belum sempat satu-satu berterima kasih..karena keadaanku yang baru bingung ya)

sampai malamnya masih kuterima telepon yang berisi penghiburan dan menguatkan.
Ternyata lumayan membantu walaupun gelisah tak juga hilang.
 
Jelas aku tak akan takut soal berubahnya penampilan gara-gara jari kakiku,masih sangat narsis bahwa aku cukup manis dilihat kok (hahaha…)

Percayalah,bahkan ketika dikomando untuk “Bu,di foto dulu ya..” dengan segera kucari sisir dan bedak yg selalu ada di tas,merapikan diri…dan ternyata cuma tulang-tulang kakiku yang perlu di-rontgen.
Jelas kumarahi petugas perawatnya.
“Mas.lain kali,sama pasien bilang “mau rontgen” jangan mau foto,yaaa…. Aku dah merapikan diri lho” Perawat itu tertawa-tawa lama “Lha buat apa toh bu,kalo foto sebadan?”
“Lhaa..siapa tahu”

Nah,bukan juga aku takut penampilan terganggu,apalagi banyak masukan dokter untuk menenangkan keraguanku.
Wah,waktu terus berjalan,lewat sehari sudah.

“Segera ya bu,sebelum nanti kerusakan menjalar”pesan Dokter tersebut  seraya menepuk nepuk punggung tanganku waktu bersalaman,sebelum kutinggalkan ruang UGD kemarin.
Puff…kenapa begini berat rasanya?
Bahkan lagu2 Rohani dan Kothbah yang kumonitor dari Radio Rohani 24 jam pun jadi terasa hambar,sedangkan sejak operasi pertama kemarin siaran tersebut terasa sangat menguatkan.

Kuraih telpon dan kuhubungi nomor Dokter Bambang
“kapan dokter bisa mengamputasi saya,Dok?”
“kapanpun Ibu siap,sekarangpun okey”
Puff…keputusan yg tak mudah… “Ya Dok,kalau besok pagi bagaimana?jam berapa saya harus siap di RS?”
“Okey..Jam delapan ke RS,ya.. Puasa malam ini sampai besok,jadi makanlah dulu buat simpanan energi.Sampai besok ya Bu”.

Berikutnya,aku perlu yakinkan diriku bahwa tak ada pilihan lebih baik,semua usaha mempertahankan untuk sembuh sudah kulakukan.
Owwhhh..dimanakah Tuhan yang selama ini kusembah, Mujizat yang kuharapkan seperti JanjiNya.
Keadaan seperti bagaimana seseorang layak menerimanya,tak layakkah aku?
Persetan,apapun itu..
Dalam bimbang kupejam mata,dalam doa kukatakan”Tuhan,entah apapun yang kurasakan,Engkau lebih tahu dariku.Keraguan,bimbangku,rasa dibiarkan ini… Tapi bagi aku cuma Engkaulah yang aku tau tempat terbaik ku  berlindung.. kuatkan aku Tuhan,temani aku.. yakinkan aku,Engkau mendahului ku dan menyiapkan semua operasi ini bagi aku…Amin”.

Aku butuh tidur,untuk menyiapkan diri lebih lagi.


*************************************

Kesibukan anak-anak bersiap sekolah membangunkanku,kupandangi sejenak kelima jari kakiku kananku yang semua ditusuk pen-platinum sebesar tusuk sate.Harus tinggal empatkah?Tapi jika itu yang terbaik..
 
Sesaat,lalu kuraih kursi beroda… dan langsung aku duduk sambil membantu persiapan mereka sarapan dan berangkat.
Rumah kembali sepi.
Kuraih telpon dan kuhubungi taxi.
Aku berangkat ke Rumah Sakit dan suami menyusul langsung sepulang mengantar sekolah anak-anak.

Jam 12 siang,saat aku berbaring di kamar menunggu Operasi yang akan diadakan jam 13.00 seorang perawat masuk dan bertanya”Ibu beragama Kristen?”
“Iya Sus”
“Ini ada team doa dari gereja ***** yang kebetulan melayani di sebelah, ibu bersedia didoakan?”
“Boleh Sus”Kemudian muncullah orang yang ternyata kukenal,Tante Mary.
Langganan ku jika belanja kue dan jajanan di Pasar Besar yang memang team bezoek di gerejanya.
Ia pun terkejut melihat ku terbaring dan kuceritakan  kejadian kecelakaanku.
Tante Mary kemudian bercerita bahwa kecelakaan dan amputasi juga dialami anak laki-lakinya tahun lalu.Kok..kebetulan amat?kejadian yang sama?harus kudengar saat ini?Tuhan yang mengaturnya,itu pasti.

“Di kelingking kakinya Nik.Dan sampai sekarangpun nggak ada keluhan apa-apa kok,jadi jangan khawatir lah.Kita bawa doa saja sama-sama yaa..” Lalu kami berdoa.
Hehe..jadi teringat Napi yang akan dieksekusi… didoakan kemudian …bye-bye.

Setelahnya perawat membantuku mengenakan baju operasi,kupandangi sekali lagi telapak dan jari-jari kaki kananku.
Menunggu persiapan ruang operasi,fikiranku melayang mencari-cari keyakinan tentang imanku selama ini.
Apa yang salah?Kurang berimankah?Dimana yang tak beres?
Bersyukur,padanan tokoh-tokoh Alkitab membantuku pelan-pelan memahami.
Pertolongan  yang tidak kita terima,tidak selalu berbanding lurus dengan iman,sekalipun harus kupunyai kepekaan jika memang ada hal yang Dia tak berkenan dan kulakukan.
Elia,pernah dibiarkan kekurangan-sekalipun tetap dipelihara
Stefanuspun mengalami penganiayaan.
Juga Yesus,yang memohon cawan ini lalu dari padaNya,tak diluputkan dari kayu Salib.
Lalu apa istimewaku?
Tiba-tiba terbersit di fikiranku,”jika ini proses baru lagi yang memang harus kulalui..kenapa tidak”
Pelan kukatakan,sambil tanganku terlipat saat  tempat tidurku memasuki ruang operasi.
“Tuhan,..Engkau bersamaku saat ini.Bersyukur aku hanya akan kehilangan satu jari kakiku dan bukan kehilanganMu”

Kurelakan sudah jariku dipotong.
 
 

(7 thn yll… dan tak akan bisa terlupakan,terlebih saat kulihat telapak kakiku…Ahh,ternyata jari manisnya yg hilang tak mengurangi apapun…. Malah menopang imanku kuat saat goncangan hidupku datang.
Dan tak pernah kusesali apapun yang telah terjadi,aku punya alasan memutuskannya..selalu berpulang pada hubunganku dan Dia…hmm jauuuh lebih manis dari jari manisku)
__________________

hidup ini indaaaah.....Laughing

joli's picture

tetep manis n sexy

Kittin, : selalu berpulang pada hubunganku dan Dia…hmm jauuuh lebih manis dari jari manisku)

@tin, kesimpulan yang manis,. selalu kembali ke hubungan-ku dengan DIA.

Nggak pernah tahu ki, kalau Kittin kurang manis  krn kurang-nya jari manis. Seperempat abad tak bersua, kayak-nya tetep aja tuh,, atau karena narsis itu tidak tergantung jari-jari ya?

Salam ama ur Mama ya, masakan-nya enak :)

kittin's picture

kenapa dengan masakan mami,ya?

benar Joli... pada akhirnya,cuma hubungan kita dan Dia yang menentukan happy tidaknya hidup kita.

Tp mmng gak mudah melepas dan kehilangan apapun dr kehidupan kita,sekalipun secara teori dan fakta kita tau itu bukan hal yg boleh ada.

Salut deh buatmu yg sudah ke-4 kalinya menjalani surgery... aku nyerah dengan 2kali itu.. cukup sudah.

Salam sudah kusampaikan,ternyata yang diingatnya cuma Linda dan Icung..repotlah sudah kukasih gambaran betapa dulu km sering ke rumah Bibis..tetap..cuma Linda dan Icung...hahahaha.

Btw..kenapa teman-temanku selalu keingat masakan mamiku ya?Ya sate B2-nya,sambal tempe penyetnya,Bihun goreng dan semua kue buatannya...

Kapan juga kalian sempat ngicip itu..kok aku g ingat?atau gak tau.. artinya pas aku pergipun kalian ke rumah..hehehe...curiga sama motifnya lah sekarang,hehehe...

Bersyukur,78tahun usianya...dan sehat.Luar biasa kemurahan Tuhan di hidupku.

 

__________________

hidup ini indaaaah.....Laughing

mujizat's picture

Kittin sudah menemukan allahnya

Shalom, Senang membaca blog kesaksian ini, yang berujung "happy ending". Salib membuktikan bahwa Yesus mengedepankan kehendak Bapa-Nya melebihi kebutuhan daging-Nya. Kematian Stefanus membuktikan kasih dan kesetiaan Stefanus terhadap Yesus melebihi cinta akan nyawanya. Kesaksian Anda juga telah membuktikan bahwa allah Kittin bukan jari manisnya, tetapi kedekatan dengan Sang Penebus. Kasih kepada jari manis tidak menghalangi kasih kepada Tuhan, karena Tuhan lah Allah Kittin, dan bukan jari manis Kittin. Selamat. Salam,
__________________

 Tani Desa

kittin's picture

HAPPY or UNHAPPY ending

salam juga,Muji...

Btw,Happy ending or Unhappy bukan ketika episode hidup kita menampilkan tayangan yg penuh senyum dan penerimaan atas selesainya suatu kasus.

Dalam tulisanku,Mujizat seperti yang kuharap tidak terjadi (dan jangan berfikir bhw aku tidak sempat tergoncang keimananku ataupun tak muncul banyak keraguan..wow,aku belum sampai di level iman setinggi itu)

Mulut mudah bicara "kehendakMu yang jadi",makanya tak pernah kata2 itu kuucapkan --karena: itu sudah menjadi Hukum pasti kok.Mana ada dalam kehidupan ini yg bisa terjadi tanpa kehendakNya ---

Tapi ketika bangun dari operasi itu,belum sempat kutuliskan bahwa aku sempat pandangi kakiku yg tak lagi utuh sambil ku bergumam:akhirnya Mujizat akan mulai sekarang.. Dan benar,bbrp waktu setelahnya aku dengan keadaan yg lmyn berat toh melewatinya juga.. dengan keadaan yang tak lebih buruk dari sebelumnya.

Mujizat selalu ada,ketika kita masih percaya.

__________________

hidup ini indaaaah.....Laughing