Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Leviathan, Kelahiran Bayi Wikileaks dan Keterbukaan

Miyabi's picture

Manusia menciptakan mahluk jadi-jadian lalu tunduk kepadanya. Mahluk ini biasa disebut Leviathan. Salah mahluk Leviathan yg umum ada di berbagai belahan dunia ini adalah Negara-Bangsa (Nation State). Manusia membenci sekaligus mencintai mahluk ini. Saya dan Anda membutuhkannya dan juga sekaligus menghindarinya. Ada berbagai perasaan benci tiap kali saya harus berurusan dengan mahluk dingin beku ini: ketika memperpanjang KTP, membayar pajak,atau mengurus dokumen lain.

Mengapa harus ada Leviathan? Mengapa harus ada negara? Mengapa harus ada banyak negara? Mengapa banyak bangsa-bangsa membentuk negara? Di kotak ijo beberapa hari yang lalu ada orang dari Malaysia yang bilang: "Kita satu rumpun". Kalau Malaysia dan Indonesia cuma melayu saja, mungkin ya. Namun Indonesia dan juga malaysia terdiri dari berbagai ras dan etnis. Indonesia adalah negara bangsa (nation-state) dan sekeleompok orang menjadi bangsa bukan karena etnis atau ras, melainkan karena suatu keputusan politik bersama untuk menjadi satu bangsa dan bersama-sama membentuk sebuah mahluk Leviatan bernama Republik Indonesia.

Mengapa harus ada negara-bangsa? Mengapa harus ada kepatuhan kepada leviatan buatan manusia? Apakah haram menghormat kepada bendera dan lambang negara? Mengapa pula orang harus mempertaruhkan nyawa demi negara? Fatherland? Motherland? Pada mulanya orang mati berperang demi raja, karena raja adalah wakil Tuhan. Pada mulanya juga orang mati berperang demi kemuliaan dewa-dewa pelindung kota dan negerinya. Tapi dalam negara modern alias negara bangsa, prajurit mati berperang demi motherland dan fatherland? Siapa itu mahluk bapak pertiwi (seperti di jerman) dan ibu pertiwi (di Indonesia)?

Dalam setengah abad terakhir ada perubahan baru lagi. Meski batas-batas wilayah kekuasaan negara relatif stabil, namun batas-batas itu makin bebas dilewati. Orang, barang, modal dan informasi mengalir melintas batas-batas negara. Perubahan ini tak bisa dibendung lama-lama.  Leviathan tak lagi mudah mengangkangi penduduk di wilyayahnya. Namun korporasi-korporasi antarnegara menjelma menjadi mahluk-mahluk baru yang lebih kuat dan mampu mengendalikan pra leviathan.

Saya belum tahu apa sebutan khusus untuk mahluk-mahluk jadi-jadian yang ini. Namun mereka ini bernaung dan memperkuat salah satu leviathan kuat di dunia, yaitu Amerika Serikat. Pada tahun 80an orang senyum-senyum tiap kali Moamar Kadhafi berkoar-koar memaki-maki Amerika. Pada era akhir 90an dengan rontoknya blok komunis, orang menatap cemas, siap yg akan melawan Amerika. Belakangan orang terhibur oleh Ahmadinejad dan Hugo Chavez. Tapi tidaklah cukup kalau cuma menjadikan Amerika guyonan. Siapa yg akan mengontrol Amerika? Bahkan di Indonesia sudah berkembang biak berbagai varian teologi kemakmuran ala Amerika, dan berbagai pendetanya demikian rajin mendoakan pemilu Amerika.

Kejahatan sistemik dari perselingkuhan negara dan korporasi multinasional akan dilawan oleh individu-individu. Begitu kata seorang pakar pemasaran. Akhir 2010, tiba-tiba dunia melirik penuh harap. Ada jerit peluit dari suatu mahluk bernama Wikileaks. Apa pentingnya dan apa hebatnya yg dibuat Wikileaks? Apa hebatnya sekedar perbuatan membocorkan rahasia sebuah negara? Memang tidak hebat, kalau Anda ingin kekuatan fisik ala Nazi atau Uni Soviet. Namun seperti halnya sebuah lubang kecil dapat meretakkan dan meruntuhkan sebuah bendungan, demikian pula kebohongan terorganisir tersembunyi bisa dirontokkan dengan diungkap ke publik.

Terbuka lebih dipilih daripada tertutup. Tahu lebih dipilih daripada tidak tahu. Anda bisa memilih untuk tetap tertutup atau tetap tidak tahu. Namun ada kecenderungan yang makin dipilih oleh banyak orang, yaitu memilih untuk mengetahui dan memilih untuk terbuka. Apakah terbuka itu lebih baik dari tertutup? Saya tidak tahu mana lebih baik mana lebih buruk. Barangkali ini bukan soal baik dan buruk. Kotak pandora sudah dibuka, dan segala yang baik dan segala yang buruk sudah terbang ke udara. Cuma dengan dibuka, sesuatu yang semula tersembunyi bisa dilihat dan diuji.

Saya tidak tahu persis apa yg terjadi dengan Timnas. Namun saya berharap perbincangan terbuka dari hati ke hati antara mereka dan Si Pelatih kemarin bisa memberi mereka kelegaan dan memungkinkan mereka tampil prima nanti malam. Seperti penderita perut kembung akut, yg lega bahagia jika akhirnya dia bisa kentut.

__________________

".... ...."

Wapannuri's picture

@Miyabi :Coba baca iki !

Ada blog yang bagus http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/ ! Saya selalu baca ! Tulisannya menarik, mencerahkan dan membangun ! Sebuah blog yang juga menjadi inspirasi saya ! Semoga berguna !

__________________

Dunia di mata Wapannuri.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

smile's picture

Miyabi

Miyabi,. kalo melihat Amerika, jadi ingat Pearl Harbour dan Omongan Yamamoto tentang Jangan membangunkan Raksasa yang sedang tidur. Dunia tak bisa terlepas dari Amerika.

Siapa yang menghancurkan Unisoviet? orang Amerika, dengan dana anggaran dana pertama US Dollar 5 juta . Namanya Charlie wilson.

Amerika, memang sebuah Leviathan terkuat sampai saat ini. Semua. politik keamanan yang terjadi di dunia tak terlepas dari kontrol Amerika. Sama ketika kerusuhan terjadi Mei 98 di Indonesia, sama ketika Soeharto hendak melnegserkan Soekarno, semuanya ada campur tangan negara super power itu.

Ingat Leviathan ingat Leviathan Spirit...

Selamat Tahun baru Miyabi...Semoga cepet lulus....

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

manguns's picture

Gereja dan Leviathan korporasi

Leviathan Nation-State, mulai dari despotism, theokrasi, monarki, monarki konstitusi, republik, sosialis, demokrasi: akibat kebutuhan dan kepentingan. Leviathan korporasi akibat mayoritas masyarakat dunia memilih atau ikut-ikutan memilih pasar bebas sebagai faham yang diyakini mampu menyelamatkan perekonomian dunia. Tak terkecuali, negara-negara yang secara resmi berhaluan sosialis seperti Cina dan Vietnam. Perlahan tetapi pasti, kendali masa depan dunia ini pun berangsur-angsur berpindah ke tangan para pemimpin korporasi.

Leviathan nation-state modern dewasa ini menggelinding dengan ketergantungan dukungan finansial yang sebagian besar bersumber dari penerimaan pajak yang didominasi dari sektor swasta, terutama perusahaan yang masuk kategori korporasi. Disadari atau tidak telah terjadi perubahan fundamental yang melahirkan tatanan dan perilaku sosial baru bahwa porsi kekuasaan dan proses pengambilan keputusan strategis masa depan dunia diam-diam juga telah banyak berpindah dari tangan para pemimpin pemerintahan ke para pemimpin bisnis.

Krisis global 2008 jadi pelajaran perilaku CEO Leviathan korporasi ini sebagai pihak yang bertanggung jawab atas terjerembapnya dunia ke krisis global yang menyengsarakan milyaran orang di banyak negara ini. Pada krisis global 2008, Indonesia termasuk dari tiga negara Asia yang masih menikmati pertumbuhan ekonomi karena mungkin sudah demikian terpuruk, sehingga tidak bisa lagi terjerembab. Atau memang yang busuk2 sudah habis terpuruk, dan tersisa yang tangguh berdiri diatas karang.

Indonesia memiliki sejarah buruk perihal hubungan antara para CEO yang merangkap pemilik perusahaan dengan para birokrat pemerintahan. Bulan madu yang mesra berujung KKN. Perekonomian Indonesia  yang tampak hebat seperti ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi, sebetulnya menyimpan masalah inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi. Ketika krisis datang pada 1997, perekonomian Indonesia pun hancur lebur, diikuti kecamuk politik dan sosial yang dahsyat hingga menumbangkan Pemerintahan Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Kala itu, dibanding negara-negara Asia lainnya seperti Thailand dan Malaysia, Indonesia yang terparah dihajar krisis dan paling lama pulihnya. Ini merupakan salah satu fase sejarah sekaligus pelajaran pahit bagi bangsa Indonesia.

Pasar bebas terbukti rawan krisis sebagai akibat perilaku buruk CEO yang semata mengedepankan nilai keuntungan. Krisis global memaksa dunia mencari solusi lain, Social Enterprises mulai dikedepankan, yang bertujuan mencari social benefit, yaitu keuntungan bisnis tidak dibagikan tapi dikembalikan seluruhnya bagi keuntungan masyarakat. Berbeda dengan CSR dari perusahaan yang merupakan penyisihan sebagian kecil profit dan kegiatan sampingan bahkan acap dijadikan ajang promosi, Social Enterprise dibentuk mencari profit yang semata untuk tujuan social benefit.

Social Enterprise bukan barang baru bagi Indonesia, entitas koperasi mengusung nilai yang sama, walaupun benefit yang dibagikan hanya terbatas bagi anggotannya. Entitas koperasi berangkat dari nilai kearifan lokal atau nilai budaya bangsa, yaitu gotong royong dan tepo seliro.

Indonesia dulunya sangat kaya dengan kearifan lokal yang kurang digali dan tumbuhkembangkan, seperti lumbung padi, gotong royong membangun rumah, gotong royong menggarap sawah ladang, partisipasi/arisan pesta atau hajatan, sistem subak di Bali, Pela (gotong royong kekeluargaan) di Ambon,  Arisan sangat ampuh akan ancaman keluarga miskin jatuh ke tangan rentenir saat menghadapi desakan kebutuhan kesehatan atau uang sekolah. Sinergi pela petani dan pela nelayan di Ambon menciptakan pasar barter yang bermanfaat bagi kedua kelompok, menghilangkan peran dan biaya intermediasi.

Seluruh kearifan lokal Indonesia memiliki ciri yang sama mengedepankan Social Benefit. Suatu hal yang saat ini mulai diusung pemikir tingkat dunia, ketika pasar bebas mulai gagal membawa kesejahteraan umat manusia. Kegiatan nirlaba berbagai entitas di Indonesia sudah lama dilakukan guna membawa social benefit bagi masyarakat Indonesia. Kegiatan puluhan ribu yayasan, arisan, lembaga keagamaan cenderung terabaikan, tidak cukup diekspose, ketika intelektual bangsa Indonesia selalu terpukau akan kemegahan produk budaya barat.

Perjanjian Baru mengisahkan hal yang sama, hampir dua ribu tahun mendahului, bagaimana antar warga jemaat gereja purba saling membantu kebutuhan fisik,  saling bantu antar wilayah (Rm 15:26) jemaat. Tapi tampaknya otoritas gereja (protestan) Indonesia lebih asik memperbincangkan ayat dan kepentingan gereja masing-masing, ketimbang aktualisasi. Sering memelintir ayat demi kepentingan gereja sendiri. Betapa sering ayat 2 Kor 9:7 digunakan untuk MENGANCAM jemaat agar memberikan kolekte sebanyak-banyaknya.  Padahal keseluruhan bab itu bicara penggalangan sumbangan untuk jemaat jerusalem.

Belakangan ini kehebatan aksi ekonomi sosial kesehatan pendidikan Katolik tidak semasif masa lalu, jangan lagi protestan. Saat kuliah dulu 1986, saat persekutuan mahasiswa, mulai bikin seminar dengan menggandeng Persekutuan Intelektual Kristen Indonesia. Kini lewat 20 tahun, tidak pernah mendengar karya PIKI, bahkan ICMI yang naik daun.  PGI gaungnya hanya mengeluh, terakhir berpuisi ke SBY tentang pengingkaran. Sinode lebih parah lagi biaya milyaran dari kolekte, agendanya seputar: pendeta bermasalah, mutasi dan jualan aset gereja,. Tapi setahun lalu serasa di semprot yang diatas ...  ngeluh doang .. kerjain aja dolo, kalo elu bisa.

Terpaksa kini luntang lantung nyari wangsit, kebetulan nyemplung di ss.