Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Adakah Kesenjangan Antara Orang tua dan Anak?

Raissa Eka Fedora's picture

Orang tua saya bukanlah orang tua memble dengan kemanjaannya terhadap anak. Orang tua saya cukup tegas, dan tidak selalu memanjakan anaknya dengan mainan dan handphone atau mungkin apalah gitu........

Orang tua saya juga bukanlah orang yang sangat kejam terhadap anaknya. Mungkin dibilang agak keras, tapi bukanlah sebagai monster bagi anak-anak, (tidak termasuk kalau sedang marah) dan saya cukup berpengalaman tentang jenis marahan dari yang cuma bentakan hingga yang paling keras.

Saya bisa bilang kalau hidup saya terlalu singkat rasanya, berhubung dalam waktu semuda ini banyak yang saya alami sama seperti yang biasa orang yang lebih dewasa mengalaminya. Ini kala pertama saya mengalami yang namanya kehilangan seorang yang saya kasihi sedemikian, yang saya anggap sebagai kakak saya sendiri. Ini bukan kala pertama saya mencoba bunuh diri. Dan saya hampir melakukannya ketika saya berumur kurang dari umur 10 tahun. Ini bukan kala pertama saya beurusan dengan pikiran-pikiran menjatuhkan, bukan kala pertama saya mengalami banyak hal yang menyebalkan dan membingungkan, walau saya belum pernah berurusan dengan kepolisian.

 

Namun, tetap saja saya adalah seorang yang polos dan lugu selayaknya anak umur enam tahun yang tidak bisa apapun dan menghindari apa yang dibilang orang tua saya.

 

Apakah saya yang menjadi wakil dari semua anak yang berpikir, apakah orang tua turun dari langit dan tidak mengalami masa kanak-kanak?

Mungkin ya.

Jika, dan memang iya, pasti, pertanyaan itu konyol, pikirkanlah sekali lagi, atau kalau mungkin, copy ke word, print it, dan tempel menjadi pembatas alkitab, oh, itu tidak perlu. Saya cuma minta anda semua berpikir tentang hal diatas.

Banyak arti yang menjadikan orang tua 'sedikit' ditakuti anak-anak, karena kekerasan yang dialaminya. Dan lagipula, kebanyakan orang tua yang 'keras' tampaknya dilihat dari sudut pandang anak adalah seseorang yang tidak pengertian terhadap anak-anaknya. Mungkin demikian.

Karena itu, sebagai orang tua (yang bukan saya pastinya) sebelum marah, sempatkah berpikir bernostalgia sebentar dan mengerti perasaan anak. Pukulan kayu yangn menerpa tubuh muda yang berkembang hingga darah mengumpul membentuk kumpulan yang dilihat dari luar sebagai warna biru tua( Saya mengalami hal itu sebelum umur 10 tahun dibanyak tempat di tubuh saya) tidak akan mengubah rasa sayang anak terhadap orang tua, yang ada hanyalah trauma yang mendalam dan kalaupun merubahnya, bersiaplah menjadi orang yang benar-benar terjahat didunia.

Terjahat? Benar, bagi seorang anak dan sekitarnya. Pikirkanlah anak anda (bukan anak saya, jelas) berjalan menurut langkahnya dengan biru di tubuhnya dan sakit menjadi teman hidupnya dan 'orang tua' lain melihat, penderitaan tersebut dan menggerutu kepada orang tua si anak, atau pilihan kedua, mencontohnya.

Belum cukup. Penderitaan kayu bukan hanya merusak tubuh, tapi jiwa si anak. Mujizat aja deh anak itu bisa lepas dari penderitaan psikologis yang disebabkan orang tuanya. Anak (karena saya juga seorang anak) akan mengalami minder, tidak mau bergaul sama sekali, menyimpan semuanya, pendiam, dan lama-lama jiwanya tertekan dan si anak menjadi anak yang agresif dan pemarah.

Ini lebih daripada itu. Hal ini akan terulang kembali pada generasi berikutnya, dan menjadi kutuk keluarga.

Kutuk keluarga ini nggak cuma sebagai orang tua yang ganas. Tetapi orang tua yang super duper sayang sama anaknya membuat anak menjadi liar dan itulah akhir hidup anda bila ini terjadi pada anda.

Mungkin saya termasuk orang yang beruntung saat ini ketika saya tidak sampai mendekam di neraka ketika "eksperimen" saya berhasil merasakan kematian.

Dan mungkin saya orang yang beruntung bisa bebas dari tekanan psikologis yang membuat saya menjadi orang yang sensitif.

Mungkin kayu adalah cara terbaik membuat anak anda berlaku benar, dan juga cara terbaik membuat anak anda adalah orang gila lebih awal.

Mungkin tongkat adalah jalan terbaik membuat anak anda menjadi orang yang menjauhi kesalahan, dan jalan terbaik menuju rasa frustasi dan kematian dini.

 

Tuhan menghajar kita dengan tongkat, sama seperti orang tua saya. Tetapi yang membuat berbeda adalah Ia menghajar, lalu menyembuhkan, Ia memukul dengan keras, tetapi sedetik kemudian Ia memeluk anda dan menangis dan berkata ribuan kali, "I love you, my darling." Orang tua saat ini bila keras lalu membiarkannya merasakan sakit adalah orang tua yang tidak berpengalaman menjadi seorang anak.

Saya bisa bilang begini berdasarkan hasil pikiran saya, bukan contekan, hasil pengamatan saya, dan kesimpulan yang saya ambil dari semuanya.

 

Saya bukan orang yang berpengalaman menjadi seorang orang tua, tetapi saya sedang menambah pengalaman menjadi seorang anak.

 

Orang tua memukul anak dengan tujuan sayang, kurasa itu salah sama sekali.

Sebelum saya mendapat jutaan komentar para orang tua, dengarkanlah penjelasan saya.

Orang tua memukul anak menimbulkan dua kesakitan, sakit di tangan dan sakit di anak. Anak merasakan dua kesakitan lagi, sakit di tubuh yang dipukul dan sakit hati yang menerima perlakuan tersebut.. Sakit hati menimbulkan dua kesakitan lagi, sakit hati yang menjadikan trauma dan sakit yang membuat mereka merasa diri tidak berharga. Sakit yang membuat anak tidak berharga membuat dua sakit bagi si anak. Sakit itu membuat anak, pertama, mengasihani diri sendiri, dan kedua, membuat anak membenci dirinya sendiri. Jadi, anak tidak mengalami sakit satu, tetapi, enam rasa sakit yang secara tidak sadar anak mengalami semuanya.

Kesimpulan, orang tua memukul anak itu adalah hal yang manusiawi sekali, tapi orang tua yang merasa dirinya milik Tuhan Yesus Kristus memukul anak, sedetik kemudian memeluk anak dan menangis serta ribuan kali mengatakan, "I love you, my darling, I love you so much"

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

hai hai's picture

Raissa, follow me, I am not lose!

Raissa, follow me, I am not lose, since my guide is the Lord of universe! Apabila kisah yang kamu tulis ini adalah kisah hidup kamu sendiri, maka kamulah yang harus mengajar orang tua kamu untuk menjadi orang tua. Apabila saatnya belum tepat saat ini, maka kamu dapat melakukannya nanti.

Tuhan menghajar kita dengan tongkat, sama seperti orang tua saya. Tetapi yang membuat berbeda adalah Ia menghajar, lalu menyembuhkan, Ia memukul dengan keras, tetapi sedetik kemudian Ia memeluk anda dan menangis dan berkata ribuan kali, "I love you, my darling." Orang tua saat ini bila keras lalu membiarkannya merasakan sakit adalah orang tua yang tidak berpengalaman menjadi seorang anak.

Raissa, hanya pengkotbah biadab yang mengajarkan, bahwa Tuhan menghajar kita dengan tongkat dan orang tua menghajar kita dengan kayu, rotan, lidi, sabuk, cubitan, tempeleng dan semuanya itu dilakukan demi kasih sayang. Sebutkan nama pengkotbah-pengkotbah tesebut, maka saya akan mencari mereka untuk membuktikan, bahwa ajaran mereka benar-benar biadab.

Menghajar anak dengan kayu, rotan, lidi, sabuk, cubitan, tempeleng, hanya dilakukan oleh orang tua goblok yang stress dan putus asa. Ketika melakukannya, tidak ada kasih sayang di hati mereka. Ketika melakukannya, hati mereka penuh dengan amarah, tidak ada kasih sayang sama sekali.

Bila ada orang tua yang menentang kalimat-kalimat saya tersebut di atas, saya menantang mereka untuk diskusi di hadapan ribuan saksi dan saya berjanji, akan mempermalukan mereka habis-habisan. Bila ada orang tua yang menentang kalimat saya tersebut di atas di sabdaspace, saya menantang mereka untuk menulis.

BERTOBATLAH hai orang tua yang menghajar anak dengan kayu, rotan, lidi, sabuk, cubitan dan tempeleng! BERHENTILAH membohongi diri, bahwa kalian melakukannya demi kasih sayang! Hai orang tua, anda GOBLOK bila berpikir, bahwa pelukan, kata-kata "I love You!" akan membuat anakmu melupakan apa yang telah engkau lakukan padanya, menghajarnya dengan kayu, rotan, lidi, sabuk, cubitan dan tempeleng! BERTOBATLAH SEKARANG atau engkau akan menghabiskan masa tuamu kesepian tanpa rasa hormat dari anak-anakmu! SEMOGA Tuhan mengampuni dosa-dosamu!

Nona raissa, maaf, saya benar-benar marah! Namun, adalah fakta, banyak orang yang menjadi tua tanpa pernah menjadi orang dewasa. Apabila dunia berlaku tidak adil padamu, jangan bunuh diri, bertahanlah untuk tetap hidup dengan segala cara, bila saatnya tiba, kita akan mentertawakan masa lalu kita, bila waktunya tiba, kita akan menceritakan penderitaan-penderitaan yang pernah kita alami seolah itu sebuah lelucon, lalu menertawakannya habis-habisan. Bila tekanan hidup seolah tak tertahankan, bercerminlah, tatap bayanganmu lekat-lekat dan menyanyilah, "How low can you Go?" Menyanyilah terus, maka kamu akan tahu, bahwa kamu akan bertahan walaupun tekanan-tekanan tersebut terus menekanmu hingga kamu menembus bumi. Ketika engkau merasa menyanyi, "How low can you Go?" tidak lucu lagi, maka tatap bayanganmu, tatap tepat di matanya dan katakan,

"Tidak perlu jadi pemenang, asal mampu bertahan hingga akhir pertandingan!"

Nona raissa, namanya Mardi Lestari, dia atlit nasional lari 100M dari Indonesia. Ketika dia mengikuti olimpiade, dia tahu mustahil menjadi juara olimpiade seumur hidupnya. Namun dia tetap giat berlatih, berlatih dan berlatih. Raissa, Mardi Lestari bukan orang goblok. Dia tahu, dengan tubuhnya yang mungil, dengan langkahnya yang pendek, mustahil baginya untuk bersaing dengan pelari-pelari dunia apalagi menjadi juara olimpiade. Namun dia tetap giat berlatih, berlatih dan berlatih. Berlatih dengan penuh semangat dan berjuang dengan sepenuh hati. Ketika jongkok di track, dia tidak menoleh ke kiri atau ke kanan, tatapannya ke depan, ke garis finish, tujuannya pasti berlari secepat mungkin menuju garis finish, musuhnya adalah dirinya sendiri. Ketika pestol meletus, diapun melesat, pesat. Mardi Lestari, juara asia lari 100M, di olimpiade dia juara ke 8 dunia.

"Tidak perlu jadi pemenang, asal mampu bertahan hingga akhir pertandingan!"

Itulah prinsip hidupnya. Di Indonesia dia tidak dihormati, namun di dunia lari 100M, dia sangat dihormati.

Dulu, aku sering melihat seorang jawa kulit hitam legam, berlari di tengah terik matahari jam 11.00-13.00 seolah orang goblok, mengelilingi Stadion Utama Senayan, sementara teman-temannya telah berleha-leha santai sambil mentertawakan kebodohannya. Namanya Icuk Sugiarto, seorang ADIDAS = Anak Desa Ingin Dasyat. Bakatnya dalam berbulutangkis terbatas, dia tidak memiliki smesh yang tajam menghunjam bak Liem Swe King, dia juga tidak memiliki pukulan mengecoh bak Rudi Hartono, aku menyebutnya pemain bulutangkis paling santun dan jujur di dunia. Kekuatannya adalah daya tahannya, jurusnya adalah menyeberangkan kok hingga lawan membuat kesalahan karena bosan atau kecapean. Untuk dapat melakukan hal itu, harganya adalah berlari 100 putaran Stadion Utama Senayan di tengah terik matahari sementara teman-teman lainnya telah berleha-leha santai sambil menertawakan kebodohannya.

Nona Raissa, anak saya lahir 7 September 2001, sekarang sekolah kelas 1 di sekolah Kalam Kudus. Minggu yang lalu, saya mendengar seorang ibu bercerita, dia menasehati anaknya untuk meneladani Wisely. Ketika lonceng jam istirahat berbunyi, semua anak langsung berlari keluar kelas dan bermain, Wisely mengambil bekalnya lalu menuju meja kantin, dia makan. Setelah makan, dia menyimpan bekalnya lalu bermain dengan teman-temannya. Ibu itu lalu bertanya pada saya, dengan metode apa Wisely dididik orang tuanya. Saya bilang, "Wisely dididik ayahnya dengan metode melatih anjing." Ibu itu memandang saya aneh, namun tidak berani membantah, karena takut menyinggung saya (ingat, kata dennis saya preman, itu artinya penampilan saya benar-benar preman). Ketika lonceng pulang sekolah berbunyi, beberapa detik kemudian anak-anak berhamburan keluar dan berlarian di lapangan. Ibu-ibu, suster, pembantu dan bapak-bapak yang menjemput langsung siaga lalu berteriak-teriak memanggil anak yang mereka jemput. Dengan tenang aku bersiul  dengan nada tertentu, pada siulan kedua sebuah suara menggema dari lapangan,

"Aku di sini papaku!" Lalu seorang anak berlari menghampiriku  di hadapanku dia berkata,

"Rupanya papaku yang menjemput aku!" Anak itu lalu memberikan tasnya padaku dan minta izin untuk berlari-lari di lapangan,

"Papa, aku mau lari-lari dulu di lapangan boleh?" aku mengacak-acak rambutnya sambil berkata,

"Silahkan anakku, aku tunggu kau di sini!"

Kurang lebih 5 menit kemudian, Wisely menghampiriku dengan nafas ngos-ngosan dan keringat bercucuran. Dia lalu duduk di pangkuanku dan bercerita betapa kencang dia berlari mengelilingi lapangan dan siapa saja yang dikalahkannya ketika berlari. Aku menanggapi ceritanya dengan mengepalkan tinjuku dan mengacung-acungkannya ke udara sambil berseru,

"Berjuang-berjuang, semangat-semangat, yeaaaa...." Lalu kami saling berpelukan.

Hari selasa yang lalu, istriku libur, dia menjemput anakku, Wisely ke sekolahnya. Pulang dari sekolah, istriku bercerita, ada beberapa ibu-ibu bertanya padanya, di mana dia belajar mendidik anak dengan metode melatih anjing, berapa biayanya? Lalu dia mengeluh, bahwa sekarang seluruh dunia sudah tahu, suaminya orang gila (kalau istriku bilang aku gila, artinya aku lucu namun bijaksana).

Jurus pertama melatih anjing adalah, jangan menghukum anjing bila dia belum mengerti peraturannya.

Raissa sahabatku, maaf, umur kamu baru 13 tahun, karena aku merasa sudah kenal kamu 1000 tahun yang lalu.  

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Raissa Eka Fedora's picture

Hai hai, jangan pandang aku seperti anak kecil lain

Hai hai sahabatku yang baik, jangan pandang aku seperti anak kecil lain, walaupun umurku baru 13 tahun. Bebaslah berbicara, aku akan mengerti. Baiklah, mungkin ini adalah ayat favorit orang tua, Amsal 13:24, dan satu hal yang membuat kami, para anak-anak tidak dapat melakukan apa-apa selain berdiam diri. Yaitu hukum ke-5 dari 10 perintah Allah di kitab Keluaran. Baiklah, mungkin bahasaku di artikel cukup keras ketika aku bilang Tuhan menghajar kita dengan tongkat. Yang aku maksud adalah terkadang Tuhan memukul kita untuk berkata itu tidak berkenan di hati-Nya. Mungkin tidak seperti memukul anak dalam fisik, tapi lewat keadaan yang fatal, karena kelakuannya itu, dan ketika ia bertobat, maka Tuhan akan memeluk dia dengan erat dan berkata, I love You. Kami - para anak - adalah perekam yang bagus, tapi tidak dapat dikontrol. Semua yang di alami akan direkam di otak kami dan itu akan membuat kami sangat trauma. jadi begitulah, Tuhan menghajar kita dengan orang tua menghajar saya sangat berbeda, kalau saya sedang tenang, ini saya bahas berkali-kali deh, dari sudut pandang yang berbeda.

Karena bagiku Ia adalah lebih dari sahabat dan kekasih.

Salam manis, Raissa

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

hai hai's picture

Tongkat Pelatih Anjing

Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya. Amsal 13:24

Raissa sahabatku, ketika menyebut kamu sahabat, saya tidak peduli berapa umur kamu. Saya tahu pasti, pengetahuan saya jauh lebih banyak dari kamu, karena pengalaman dan jam belajar saya lebih lama dari kamu, tetapi soal kepintaran, rasanya saya harus mengakuinya secara jujur, saya kalah.

Ibarat komputer, ada mother board, ada prosessor, ada program, ada hardisk. Mother board adalah tubuh kita, prosesor adalah kecepatan kita mengolah data, program adalah ilmu yang kita pahami, sedangkan hard disk adalah tempat menyimpan data. Mana yang lebih hebat, sebuah komputer pentium III atau pentium IV? Kebanyakan orang akan langsung menjawab, bahwa komputer pentium empat lebih hebat. Benarkah jawaban tersebut? Untuk kecepatan mengolah data memang prosesor pentium IV lebih hebat, namun untuk kinerja secara keseluruhan belum tentu.

Salah satu kesalahan orang-orang dewasa adalah, mereka menganggap dirinya lebih pinter dari anak kecil, padahal, belum tentu hal itu benar. Pengetahuan dan pengalaman orang dewasa lebih banyak dari anak kecil, namun belum tentu mereka lebih pinter. Para programer sangat memahami pepatah, "Garbage in, garbage out," sampah yang dimasukan, sampah pula yang dihasilkan. Sebuah program yang salah akan mengolah data-data yang diinput secara salah pula, data-data yang salah bila diolah, akan menghasilkan informasi yang salah pula.

Berdasarkan penelitian para ilmuwan, secara naluri, seorang bayi akan melewati fase tengkurap, merayap, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. Ketika seorang bayi lahir, kepalanya sangat besar bila dibandingkan dengan tubuhnya. Dengan membiarkan bayi tengkurap berarti memberinya kesempatan untuk melatih tulang punggungnya, otot dada dan perut, hal itu dilakukannya ketika dia berlatih mengangkat kepalanya. Kedua tangan dan kakinya juga terlatih, ketika dia menekan tempat tidurnya dengan tangan dan kakinya, hal itu juga terjadi ketika bayi tersebut berusaha merayap.

Apabila kamu meletakan jarimu di telapak tangan bayi, maka secara otomatis tangannya akan menggenggam. Bila kamu meletakkan telapak kaki bayi di lantai, maka secara otomatis dia akan melangkah. Yang harus dipelajari si bayi bukan menggenggam, tetapi melepaskan genggamannya. Yang harus dipelajari si bayi bukan melangkah, tetapi berhenti. Yang harus dipelajari si bayi bukan meluruskan kaki dan tangannya, tetapi menekuknya dan menghentikan gerak refleknya untuk meluruskan tangan dan kaki.

Apa yang dilakukan kebanyakan orang tua? Mereka membungkus bayinya dengan kain (dibedong) dan menelentangkan bayinya, memasung anak bayinya atas nama kasih sayang. Membedong bayi berarti menghilangkan kesempatan bayi untuk berlatih. Ketika manusia dewasa, dia berdiri tegak, dengan memaksa bayi telentang, itu berarti menghilangkan kesempatan baginya untuk melatih cara matanya memandang dan melatih keseimbangan sejak dini.

Seorang bayi lahir dengan naluri tertawa ketika senang dan menangis ketika susah. Seorang bayi menangis ketika merasa tidak nyaman, mungkin karena basah kena air kencing, lengket kena tahi, kesepian karena tidak ada teman, atau karena sakit. Banyak orang dewasa yang mengajarkan orang dewasa lainnya untuk mengabaikan bayi yang menangis, menurut mereka itu akan melatih bayinya untuk disiplin dan tidak cengeng. Bayi-bayi yang dilatih disiplin dengan cara demikian, akan tumbuh menjadi anak yang minder, karena sejak bayi sudah dipaksa untuk menerima kenyataan, bahwa dia ditolak.

Saya sengaja tidak melatih anak saya menulis, karena tulisan saya benar-benar jelek dan tulisan istri saya juga jelek banget. Pada hari pertama dia masuk TK B, dia diajar menulis angka 1 oleh gurunya dan diberi PR untuk menulis angka satu berdasarkan contoh. Di rumah, anak saya dengan penuh semangat menulis angka 1, namun sayangnya, angka 1 yang ditulisnya miring-miring. Istri saya, menghapus tulisan tersebut, lalu menyuruhnya untuk mengulanginya, dan tetap miring-miring, hal itu terjadi berkali-kali hingga anak saya putus asa. Istri saya marah dan memaksanya, bahkan mencubitnya ketika dia membantah. Kebanyakan orang tua melakukan kesalahan yang sama seperti istri saya. Hal itu akan mematahkan semangat anak kecil dan membuat anak tersebut tumbuh menjadi orang yang malas belajar.

Saya menghentikan tindakan istri mengajar anak saya dengan memintanya untuk masak mi rebus. Ketika mie rebus masak, saya berkata kepadanya, "Bukan begini cara masaknya!" lalu membuang mie rebus itu ke tong sampah dan memintanya untuk memasak yang baru. Ketika mie rebus masak, saya melakukan hal yang sama dan hal itu membuat istri benar-benar marah. "Lu masak sendiri aja dech!" Bentaknya, sambil berjalan masuk ke kamar. Beberapa menit kemudian saya masuk ke kamar dan berkata kepada istri saya, "Perasaan kamu sama seperti perasaan anak kita ketika kamu menghapus tulisannya dan memaksanya menulis lagi, bedanya adalah dia tidak berani marah dan menyuruh kamu menulis sendiri."

Anak saya tidak bodoh, dia bukannya tidak tahu bahwa angka 1 yang dibuatnya tidak sempurna, dia berusaha, namun karena kurang latihan, maka dia belum mampu. Keesokkannya saya datangi gurunya, menjelaskan bahwa anak saya belum pernah belajar menulis dan memintanya untuk memberi semangat agar anak saya gemar belajar. Kepada anak saya, Wisely, saya katakan, dia sudah menunjukkan kehebatannya, karena baru pertama kali belajar tulisannya sudah mirip, kalau dia berlatih terus, maka tulisannya akan seindah tulisan gurunya.

Sekarang Wisely duduk di kelas 1, 2 minggu yang lalu dia menunjukkan nilai matematika-nya padaku, dari 10 soal dia hanya betul 4 soal, tentang lebih besar dan lebih kecil. Dia bertanya, kenapa gurunya menyalahkan, padahal yang dia kerjakan benar? Dia lalu menjelaskan padaku jalan pikirannya. Saya lalu menjelaskan padanya pertanyaan soal-soal tersebut. Keesokannya saya menghadap gurunya dan memintanya untuk memberikan PR tentang lebih besar dan lebih kecil kepada Wisely, agar anakku dapat menunjukkan kehebatannya. Kali ini, dari 20 soal, dia mendapat nilai 10.

Nah, Raissa, saya sudah menjelaskan hukum pertama melatih anjing, jangan menghukum anjing untuk perintah atau peraturan yang belum dipahaminya.

Jurus kedua melatih anjing adalah, "Jangan memaksa anjing, tetapi manfaatkan nalurinya."

Karena di surga, yang terbesar adalah anak-anak  

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

dennis santoso a.k.a nis's picture

inti masalah di artikel ortu anak part one

" ... Ia (Tuhan) memukul dengan keras, tetapi sedetik kemudian Ia memeluk anda dan menangis dan berkata ribuan kali, "I love you, my darling." ... "

ga selalu begini sa, kalo yang gue alami sih om tuhan juga sering ngediemin anaknya sampe beberapa waktu deh. maksud gue pernyataan lo ini mungkin bener di beberapa kasus, tapi nggak selalu begitu.

Raissa Eka Fedora's picture

Nggak selalu?

Den, mungkin nggak sedetik kemudian, tapi kayaknya u belom baca semua episod ya, baca gih sana.......

Karena bagiku Ia adalah lebih dari sahabat dan kekasih.

Salam manis, Raissa

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

dennis santoso a.k.a nis's picture

ah masa sih?

baca "sharing" gue deh. kita nih semodel sa, sama2 merasa diri paling tahu. bedanya, gue nggak hobi ngejudge kayak kamu :p
Raissa Eka Fedora's picture

Maksud loe?????????

Maksud loe apa????????????????????

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

dennis santoso a.k.a nis's picture

lemot deh lo :p

sebagai anak yang suka baca segala hal, lo lemot deh sa. gue udah baca artikel lo tiga2nya, dan comment gue adalah dari hasil menyambung ketiga artikel itu. gitu maksud gue :p

yakin lo baca buku2 yang lo bilang lo baca? :D

Raissa Eka Fedora's picture

Yedehhhhhh

Waduh, lo pikir nih gua baca matanya merem ya? ya iyalah gua tau!! Yang gua tanya, maksud ngejudge ntu apa????? Atau lu mikir gua judes????

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

dennis santoso a.k.a nis's picture

ahahahahaaaa ...

sa sa ... kamu ini in a way lucu deh ...

mikir dulu terus jawab pertanyaan gue ini, apakah reaksi selalu ada karena aksi?

Raissa Eka Fedora's picture

Memang ada

reaksi setelah aksi itu memang ada, tapi kalo lo mukulin dinding beton dengan tebal 19 cm gak akan ada, yang bereaksi tangan lu merah-merah ahahahahahaha

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

dennis santoso a.k.a nis's picture

salah hihihi ...

salah hihihi ... di fisika hukumnya memang selalu begitu, tapi tidak dalam hubungan antar manusia ... belajar lagi ke buku lo sana nak :p
Raissa Eka Fedora's picture

Males gua ke Fisika

Males ah, gue pengen online suruh belajar ke Fisika, enak aja lu ya, gua . . . . Ah taku sir roy ngomel ma gua lagi waktu liat-liat. (Geer dikit, tapi gak besar kepala kayak lu)

Hubungan antar manusia punya reaksi setelah aksi, pasti ada dong!!!!! Cuma masalahnya, reaksi itu ditimbulkan atau tidak!! Weeeeee!!!!!!!!

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

Bin Nun's picture

Mau bunuh diri?

perasaan mau bunuh diri sekarang banyak hinggap pada anak2 remaja... menurut penelitian terakhir angka bunuh diri yang tinggi akhir-akhir ini disebabkan oleh keputus-asaan dari pihak anak terhadap orangtuanya.... memang kita tahu bahwa menghidupi keluarga itu tidak gampang di tengah-tengah deraan ekonomi seperti sekarang ini.... tapi bukan alasan bagi orang tua untuk tidak sekedar duduk ngobrol dengan anak-anaknya - tidak hanya di hari Sabtu-Minggu saja... tapi juga di hari biasa... tapi bukan alasan juga bagi anak yang baik dan mempunyai iman kepada Kristus Yesus untuk mengakhiri hidup dan mati sia-sia... Jalan TUHAN tidak dapat kita mengerti Raissa... DIA cuma minta kita jalani saja dan tetap teguh di dalamNya... istirahat bila perlu, tapi jangan menyerah... kalau mau menyerah... pikirkan saja YESUS sedang tersenyum dan memelukmu... it works with me... :) BIG GBU. *JM
Raissa Eka Fedora's picture

Bin nun, itu kan dulu

Baca lagi deh Bin Nun, itu kan dulu, sudah lewat. Saya sekarang sudah diperbaharui Tuhan, so plis, jangan diungkit kembali, I'm different now. Saya berbeda dengan yang dulu, dan saya mengerti hati Tuhan baru setahun ini saja, semenjak saya masuk ke kelas 1 SMP. So, pliss, jangan kembali diungkit kembali
__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

Bin Nun's picture

well... ok...

well... ok... but promised us that you wont do something fool if you are down... promise in front of the others... of our brothers and sisters... because we love you so Raissa... we don't want anything bad happened to you... rit brother Hai, brother Nis... and the others...

BIG GBU!

*JM

Raissa Eka Fedora's picture

I promise, kabar kematianku karena bunuh diri gak akan ada

I promise, Bin Nun, Yosua, (aku tau laoh dari mana namamu!) kabar kematianku karena bunuh diri gak akan ada di koran dan di dunia, aku akan diangkat Tuhan nanti..........
__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-