Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Aku dan Langit

clara_anita's picture

Dedaunan menyukai hijau. Fajar selalu rindu pada jingga. Senja tresna pada lembayung. Seperti laut lekat pada biru
dan puspa bangga akan semburat berkas pelangi di mahkotanya. Tapi bumi lebih memilih kelabu sendu. Dunia penuh nuansa warna semarak, namun bumi tetap setia pada kelabu muram.

... dan bumi pun unjuk bicara ...

"Kelabu mengingatkanku pada langit. Langit yang kukasihi dengan sangat. Tidakkah kau tahu betapa tiap detik tak letih aku menengadah menatap langit?"

"Malang langit tak pernah tergapai. Apakah aku ini? Hanya seberkas debu. Hina dina aku hingga di ujung sepatu pun aku tak diingini. Namun aku tetap mencintai langit meski tak mungkin tanganku merengkuhnya. Aku memang ngeyel -- konyol. Sayang, apa dayaku. Aku sudah terlanjur mencinta."

"Bunga suka pada langit nan biru. Kelopaknya bermekaran menawan centil di bawahnya. Para pekerja bersorak girang ketika ia berjubahkan lembayung ungu. Pertanda malam menghantar rehat sejenak. Sedang nelayan pun pelaut berjaga menunggu jingga saat daratan nampak di pelupuk-- mengijinkan tubuh lelah mereka bersandar."

"Aku pun menyukai semua warna langit -- tapi aku selalu rindu pada kelabu pengiring hujan dan kadang badai. Semua serentak bersembuyi, bahkan tetumbuhan pun seolah merunduk kala langit berselimut kelabu -- tapi aku selalu rindu pada kelabu."

"Kelabu adalah balas langit atas segala rinduku. Kala ia telah menyelubungi dirga -- makin lama makin pekat , itulah bahasa langit yang tak dapat lagi membendung kasihnya pada hamba hina dina ini. Perlahan kelabu luruh bersama tetes-tetes air mata langit. Jatuh ia luruh memelukku erat. Saat itulah langit turun menyapaku -- mesra dan syahdu. Perlahan kelabu akan memudar, dan di sanalah selengkung busur warna-warni membentuk titian ke arah langit. Ia serasa demikian dekat -- tak berjarak."

"Ah langit, karena aku tak mungkin meraihmu, kau turun menyapaku."

"Itulah mengapa aku begitu kasmaran pada kelabu saat yang lain mengagumi biru. Ternyata aku lebih membutuhkan kehadiran langit, bukan hanya hadiah-hadiahnya yang menyilaukan mata. Aku mencintai langit saat biru, jingga, ungu dan terlebih saat ia kelabu."

Tante Paku's picture

Gaya seorang Clara.

GAYA ialah cara tertentu atau cara khas di dalam mengolah daya ungkap bahasa. Di tangan penyair yang kuat gaya apapun dapat menghasilkan karya bermutu. Sebaliknya betapapun fanatiknya seorang penyair terhadap gaya tertentu, ia akan gagal menghasilkan karya bermutu kalau ia tidak bekerja dengan seksama. Fanatisme terhadap gaya, konvesi atau aliran tertentu akan merugi karena tidak akan dapat menikmati karya-karya puisi dari gaya, konvensi atau aliran lain.

     Salah satu upaya meningkatkan apresiasi dan juga kreasi adalah mengatasi kungkungan fanatisme terhadap gaya ini. Salah satu upaya itu ialah menyadarkan diri dan orang lain bahwa mutu  karya/puisi tidak tergantung pada gaya.

     Bahwa suatu karya yang mampu mengungkapkan pengalaman atau gerakan kesadaran yang intens pekat, karena penyairnya menemukan lambang-lambang yang memadai adalah KARYA PUITIK, lepas dari gaya apa yang dimanfaatkan penyair.

     Pasang surutnya suatu gaya, konvensi atau aliran merupakan bagian dari jawaban terhadap tantangan zaman, ia akan berhasil menyumbangkan karya-karya bermutu. Mutu ini hanya dapat diterima oleh mereka yang senantiasa terbuka dan rendah hati di dalam menghadapai gaya, konvensi atau aliran apapun. Dengan kata lain tidak fanatik.

     Ini sekedar uraian untuk mengantar blog  Aku dan Langit karya Clara Anita yang mampu memanfaatkan kekayaan batin serta mengeksplore ketrampilannya dalam menulis.

Salam maniez.

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

clara_anita's picture

Sepertinya pengantarnya kok

Sepertinya pengantarnya kok malah jadi lebih baik dari yang diantar

Makasih banyak tante

kaswan's picture

Bagus...bagus..bagus......

Wah bagus skali mbak Nita....

Dulu banyak belajar sastra atau banyak membaca sastra???

Saya sendiri  pengen sekali bisa menulis seperti mbk Nita dan rekan2 di SS ini. Kapan ya saya bisa,....?sudah belajar tulis sesuatu sih tapi sering ga selesai.

Kadang selesai tapi ketika saya baca dan rasakan koq kurang 'berasa' menurut perasaanku.Ga seperti kalo baca tulisan orang lain......

Ya mungkin saya harus banyak belajar dulu dan tidak jemu tuk mencoba menulis sebisanya......

Maju terus mbak Nita dengan karya2 tulisannya.....

clara_anita's picture

@kaswan

Saya pun masih belajar menyukai sastra mas.

Perjumpaan saya dengan sastra a.k.a literature bukanlah cinta pada pandangan pertama, Mas. Terpaksa malah. Bagaimana tidak, sebagai cantrik di jurusan bahasa dan sastra, saya "berkewajiban" membaca dan mengintepretasikan berbagai jenis karya sastra -- mulai dari puisi, prosa, sampai film dan lagu. Terus terang, kelas-kelas literatur adalah kelas yang paling tidak saya gemari saat itu. Sulit dimengerti dan terlalu banyak hal yang bisa dipandang dengan cara yang berbeda. Saya lebih menyukai kelas-kelas linguistik yang sifatnya lebih "pasti". Apalagi kalau sudah ketemu om William Shakespeare... tobat deh susahnya ....

Sampai sekarang, tulisan saya maih lebih rendah kualitasnya bila dibanding dengan blogger-blogger lain. Saya hanya menulis apa yang saya tahu dan apa yang saya rasa-- yang tentunya sangat terbatas dan masih dangkal. Tapi bukankah dunia ini tempat belajar yang menyenangkan. Lebih baik memulai dengan yang tak sempurna dan berangsur memperbaiki ketimbang menunggu sempurna kan?

Jadi, saya tunggu karya Mas Kaswan... Tak sabar ingin menikmatinya ^^

GBU