Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Argumentum Ad Ignorantium

paijobudiwidayanto's picture

Frase di atas merujuk pada kesalahan logika dimana sebuah kesimpulan diambil/dianggap benar karena kesimpulan itu belum terbukti salah.

Contoh:

1. Premis 1 : Anda berkata bahwa Allah tidak ada,

Premis 2 : Anda tidak dapat membuktikan bahwa Allah tidak ada.

Kesimpulan : Allah ada

Hanya karena seseorang tidak membuktikan bahwa Allah tidak ada, tidak berarti bahwa keberadaan Allah itu sudah terbukti benar. Diperlukan argumen yang lebih kuat daripada sekedar argumen di atas untuk sampai pada kesimpulan bahwa Allah ada.

2. Premis 1 : Anda mengatakan bahwa penyakit – penyakit infeksi (misalnya tifus, disentri, dll) ada hubungan dengan yang supranatural

Premis 2 : Anda tidak dapat membuktikan ada hubungan antara penyakit – penyakit infeksi dengan hal – hal yang bersifat supranatural

Kesimpulan : Penyakit – penyakit infeksi pasti tidak ada hubungan dengan sesuatu yang bersifat supranatural

Hanya karena seseorang tidak dapat membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit – penyakit infeksi dengan hal – hal yang supranatural tidak berarti bahwa memang tidak ada hubungan antara keduanya. Bisa saja orang tersebut memang tidak memiliki alat dan cara untuk membuktikan hal itu, walaupun sebenarnya ada hubungan antara keduanya. Diperlukan argumen yang lebih kuat daripada itu untuk sampai pada kesimpulan di atas.

Andaikata pun premis 2 diganti dengan: “Sains membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit infeksi dengan hal – hal yang supranatural”, itu tidak membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit infeksi dengan hal – hal yang bersifat supranatural karena sains secara definisi mempelajari fenomena – fenomena yang tampak dan berusaha menjelaskannya hanya dengan menggunakan kategori – kategori yang bersifat natural bukan supranatural. Dalam sains, aturan dasar adalah jangan berusaha menjelaskan fenomena – fenomena yang ada dengan merujuk kepada sesuatu yang supranatural. Jadi dengan sains kita tidak akan sampai pada kesimpulan itu.

__________________

Iron Sharpens Iron

erick's picture

Setan lbh pandai dr manusia, tapi setan tdk lbh pandai dr Allah

paijobudiwidayanto, waktu di sastra, saya belajar ttg silogisme. Susah bgt , apalagi silogisme-silogisme bahasa perancis yang notabene dihanturkan oleh para pemikir-pemikir gila di abad pertengahan.

 

Dalam Alkitab, yang gw percayai, dan qualitasnya gw jamin (bukan gw doang sih yg menjamin, waktu dan tempat menjaminnya demikian dari saat kitab itu dituliskan, hingga saat ini, alkitab itu tak lekang dimakan waktu), perang silogisme sangat kentara di kitab Ayub.

 

Cerita tentang  Ayub di tulis orang karena begitu terkenalnya ia akan kesalehannya di tanah Ur. Perang silogisme yang tercatat di kitab Ayub menggambarkan siapa dan bagaimana teman-teman Ayub. Teman-teman Ayub bukan orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang pandai.

 

Namun apa arti silogisme, dan atau argumentum ad ignorantium  mereka ketika Ayub terang-terangan mengakui kesalahannya dihadapan Tuhan, dan meminta maaf akan kesalahan teman-temannya dihadapan Tuhan?

 

paijobudiwidayanto, Setan lebih pandai dari manusia. Tetapi setan tidak lebih pandai dari Allah.

 

 

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

paijobudiwidayanto's picture

Silogisme tetap berlaku pada saat kita berhadapan dengan Tuhan

Erick, Sekali lagi sebuah komentar yang menarik dari anda. Fakta bahwa teman-teman Ayub menggunakan silogisme dan kesimpulan silogisme itu tidak benar di hadapan Tuhan tidak berarti bahwa silogisme tidak benar alias salah. Benar tidaknya kesimpulan dari satu silogisme tergantung pada premis dan ternyata premis teman-teman Ayub tidak benar. Tetapi silogismenya tetap berlaku Iron Sharpens Iron
__________________

Iron Sharpens Iron

erick's picture

argumentum ad ignorantium

argumentum ad ignorantium= kesalahan logika berfikir, dari frase-frase yang salah, kemudian diambil kesimpulan.

Pada posisi ini kita sepakat. (iya engga?)

Teman Ayub yg pandai mempergunakan banyak frasa, dan menyimpulkan banyak hal dari pemikiran-pemikiran mereka yang brilian itu. Katakanlah frase mayor benar, minor benar, kesimpulan benar. Mayor benar, minor benar, kesimpulan benar. Mayor salah, minor benar, kesimpulan benar. Mayor salah, minor benar, kesimpulan salah. Mayor salah, minor salah, kesimpulan salah. dsb.

Namun pada akhirnya Ayub mengaku bahwa ia lemah. bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Semua silogisme itu tidak berguna.

 

Kamu boleh tetap mempergunakan silogisme untuk merasionalisasikan sesuatu. OK?

 

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

paijobudiwidayanto's picture

Thanks

Bahkan pada saat Ayub mengaku lemah pun itu merupakan satu silogisme. Dia masih menggunakan logika pada saat itu. Tapi mungkin dia tidak menyatakannya seperti halnya para logician. Kira-kira seperti ini silogismenya: 1. Dulu saya berpikir bahwa saya tahu segala sesuatu. 2. Tuhan mewahyukan sesuatu yang saya tidak tahu sebelumnya. 3. Kesimpulan: Ada hal yang saya tidak tahu. Hal yang saya tidak tahu itu adalah bahwa "saya lemah" Dengan kata lain kita menggunakan logika dengan segala macam aturannya setiap hari. You just cannot avoid that. You may not state the premises the way the logicians do, but you nevertheless use them. I other words you use enthymeme or you are being elliptic. Iron Sharpens Iron
__________________

Iron Sharpens Iron