Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Purnawan Kristanto's blog

Purnawan Kristanto's picture

Wisata Bencana

Photobucket

Pemandangan wilayah yang tersapu awan panas Merapi membuat bulu kuduk merinding. Menginjak wilayah ini seolah-olah melihat televisi era 1970-an. Warna yang dominan adalah hitam-putih. Seperti melihat foto dengan format grayscale.

Sebelum ke wilayah ini, kami lebih dulu mendampingi guru dan karyawan SMP Kristen dan jemaat GKI  beranjangsana ke dusun Remeng, desa Tlogowatu. Dengan mengendarai 6 mobil, kami berkonvoi ke desa di sebelah tenggara  Merapi, berjarak sekitar 8 km dari puncaknya. Setelah menurunkan bantuan dan mencomot ubi goreng, kami berlima sengaja meninggalkan rombongan yang sedang menjalani ritus ramah-tamah.

Sasaran kami adalah puncak Deles, sebuah tempat wisata di Klaten yang mirip dengan Kaliurang. Suasananya masih sepi. Belum banyak warga yang kembali ke rumah masing-masing, namun barikade polisi sudah disingkirkan. Sesampai di tepian kali Woro, terlihat pohon-pohon yang hangus terbakar di sepanjang aliran sungai. Dengan perasaan miris kami mendekati jurang tepian kali Woro. Tiba-tiba seekor monyet melintas sambil menyeringai, menunjukkan taringnya. Ah, masih ada monyet! Ini pertanda baik bahwa wilayah ini akan segera pulih. Hewan-hewan liar ini mampu menyelamatkan diri dari sergapan awan panas.

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Ringan Relawan (5)

KaligendolKepuasan terbesar relawan adalah ketika bisa meringankan beban penyintas bencana. Maka ketika mendengar di tempat tertentu ada pemyintas membutuhkan bantuan, maka adrenalin relawan terpacu. Mereka akan bergegas menuju lokasi untuk mengulurkan tangan.

Hal yang sama terjadi pada bencana erupsi Merapi ini.  Saat erupsi besar, tanggal 4 Nopember, mendadak timbul gelombang pengungsian. Mereka membutuhkan membutuhkan makanan siap santap dalam jumlah yang besar. Yang mengharukan, situasi kritis ini direspon masyarakat dengan sangat cepat. Tanpa dikomando dari pusat, namun berdasarkan solidaritas, mereka membuat nasi bungkus untuk dibagikan kepada pengungsi. Pada awalnya jumlah nasi bungkus hanya ratusan buah. Namun hari-hari berikutnya, jumlahnya bertambah drastis. Bahkan sampai mencapai puluhan ribu. Akibatnya, kami kewalahan mendistribusikan nasi bungkus.

Purnawan Kristanto's picture

Melanggar Batas Aman

Photobucket

Seharusnya saya tidak menuliskan pengalaman ini karena melanggar telah larangan pemerintah. Mengingat bahaya erupsi Merapi, pemerintah telah menetapkan radius wilayah bahaya. Angkanya bisa berbeda-beda untuk berbagai tempat. Kamis malam, 18 Nopember, kami mendapat kabar bahwa ada sebagian warga yang terpaksa bertahan di wilayah berbahaya di kecamatan Muntilan. Ceritanya begini: Sebenarnya mereka sudah mengungsi di sebuah sekolah di kota Muntilan. namun karena tempat pengungsian ini mengganggu proses belajar-mengajar, maka tempat pengungsian ini akan dipindah ke kota Magelang, yang jaraknya lebih dari 20 km.

Purnawan Kristanto's picture

Suplai Air Bresih untuk Penyintas Merapi

Warga desa Bawukan dan Gemampir sudah pulang dari tempat pengungsian yang kami kelola. Saat mereka sampai ke rumah masing-masing, mereka mendapati bahwa tandon air mereka telah tercemari abu vulkanik. Saat mengungsi, mereka lupa menutup atau memindahkan talang air. Akibatnya, abu vulkanik masuk ke dalam persediaan air mereka.

Purnawan Kristanto's picture

Cerita Ringan Relawan (3)

Photobucket

Di pos kemanusiaan Klaten, ternyata ada banyak relawan yang bernama "Agus" dan "Bambang."  Jadi kalau ada orang yang mencari "Agus" pasti akan ditanya "Agus yang yang mana?" Hal ini mengingatkan saya empat tahun yang lalu. Saat itu kami juga membuka pos kemanusiaan. Suatu kali ada tenaga paramedis dari Kalimantan Tengah, tepatnya dari R.S. Bethesda Serukam yang datang ke pos kami.
"Saya mencari pak Agus," kata paramedis perempuan itu.
"Agus siapa ya?" jawab salah seorang relawan.

Purnawan Kristanto's picture

Cerita Ringan dari Relawan

Bantuan

Ada dua kelompok relawan yang sama-sama menerima bantuan dari lembaga amal bentukan stasius TV. Mereka harus mengambil sendiri bantuan di home base lembaga amal ini. Satu kelompok relawan membawa truk, sementara kelompok relawan yang lain hanya membawa pick up kecil. Maka terjadilah dialog berikut:
"Mengapa kamu bawa mobil kecil?" tanya relawan yang bawa truk kepada relawan yang bawa pick up.
"Memangnya kenapa?" Relawan yang bawa pick up balik bertanya.
"Itu namanya kamu nggak beriman."

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan 7 Nopember

Minggu 7 Nopember
Selama 4 malam belakangan ini suara gemuruh seakan menjadi musik pengiring tidur kami. Sebenarnya pada siang hari aktivitas Merapi pun tetap ada namun tersaingi oleh deru kendaraan dan hingar-bingar manusia sehingga tak terdeteksi oleh telinga. Pukul 4:30, saya bangun untuk kemungkinan adanya evakuasi menyusul gemuruh Merapi yang semakin meningkat. Bersama Agus Permadi, saya mengelilingi kota Klaten, namun nampaknya tidak ada pergerakan pengungsi yang siginifikan.

pengungsi Merapi
Ibadah Minggu

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Harian Relawan 2-6 Nopember 2010

Hmm...sudah lima hari aku tidak menuliskan pengalaman harianku selama menjadi relawan tanggap bencana ini. Apa ya yang masih kuingat? Dimulai saja deh dari rapat koordinasi di antara GKI yang terjun dalam tim tanggap bencana ini, Selasa 2 Nop.  Ternyata, walau sama-sama bertujuan kemanusiaan, namun untuk menyatukan gerak di antara kami itu bukan perkara mudah. Ada berbagai variabel yang harus diurai untuk memahami keruwetan ini. Kadang variabel itu tampak konyol dan menggelikan, tapi itu nyata.

Purnawan Kristanto's picture

Cerita Ringan Relawan (2)

Dalam hal tertentu, rasa memiliki yang dimiliki oleh jemaat terhadap gerejanya itu baik. Tapi dalam situasi tertantu, rasa memiliki itu kadang bikin jengkel dan geli. Seperti dalam bencana, misalnya. Jemaat kadang merasa bahwa barang-barang yang ada di posko itu milik mereka sehingga berhak menyalurkan barang sesuai selera mereka tanpa koordinasi.

Pagi tadi terjadi kepanikan karena pemerintah menambah wilayah aman bencana dari radius 15 menjadi 20 km. Akibatnya, pengungsi kocar-kacir dan muncul titik-titk pengungsi baru.

Subuh itu, saya segera mengoperasikan SMS centre gereja untuk mobilisasi nasi bungkus. Selain itu juga membuka dapur umum. Puji Tuhan, ada sekitar 640 bungkus bisa disediakan secara impromptu. Siangnya, kami mengerahkan jemaat untuk memasak. Lalu tiba-tiba kami mendapat kabar bahwa ada anggota jemaat yang tanpa koordinasi dengan posko langsung mengambil puluhan nasi bungkus di dapur umum dan membagi-bagikan sendiri nasi bungkus itu. Hal itu membuat berang koordinator posko.

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan, 1 Nopember

Photobucket

Senin pagi, aku menyempatkan diri ke Yogyakarta. Tepatnya ke kantor Lembaga Konsumen Yogyakarta untuk mengikuti audio cenference. Ceritanya, aku memenangkan kompetisi menulis ide klip pendek yang diselenggarakan oleh www.beosope.com dan mendapat hadiah kamera video Flip. Sebenarnya, aku harus mengambil sendiri hadiah ke Jakarta, Jumat (29 Oktober), namun aku memutuskan untuk tidak berangkat karena harus melakukan respons bencana merapi. Rupanya pihak beoscope bisa mengerti situasinya. Para pemenang tidak perlu ke Jakarta namun mendengarkan penjelasan tentang kelanjutan lomba melalui telepon. Dari Yogya, ada empat orang yang dinyatakan sebagai pemenang. Aku salah satu di antaranya.

Saat baru saja turun dari sepeda motor, tiba-tiba Kirana, anakku menelepon lagi. “Pa, merapi erupsi. Merapi erupsi!” Tak berapa lama kemudian, panggilan telepon datang bertubi-tubi. Kami harus segera merespon erupsi ini karena ada ribuan warga yang akan mengungsi. Kami memperkirakan malamnya pasti akan banyak pengungsi yang harus diberi makan. Aku segera berkoordinasi dengan pdt. Simon Julianto yang ada di Boyolali. Mereka sedang melayani lebih dari 2 ribu

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan, 31 Oktober

Untuk pertama kalinya, kami mendapat guyuran hujan abu dan menyaksikan evakuasi pengungsi. Saat itu kami baru saja menyuplai kebutuhan pengungsi di di Boyolali.

***

Minggu pagi, bpk Hendro dari Gugus Tugas Penanggulangangan Bencana GKI Pondok Indah menginformasikan sudah masuk ke wilayah Klaten. Bersama dengan bpk. Tukiyo dan bpk. Egi, bpk Hendro sudah melakukan perjalanan semalaman dari Jakarta. Pukul 8:30, mereka sudah sampai di Gki Klaten. Saya memberikan informasi tentang situasi pengungsi kepada mereka. Tak lama kemudian pak Bambang  Pudyanto bergabung, lalu sarapan nasi bebek di warung ibu Suwarni, Gondang. Tujuan pertama adalah barak pengungsi di Dompol, Kemalang, Klaten. Saat melintasi pos pengungsi di Keputran, suasananya seperti pasar malam di siang hari. Spanduk dan umbul-umbul dari berbagai instansi, partai, lembaga dan perusahaan  dipancangkan di berbagai tempat.  Berlomba-lomba mencari paparan mata paling strategis. Wakil Presiden baru saja berkunjung ke tempat ini. Tentu saja tempat ini menjadi strategis. Ironisnya, jumlah pengungsi terlihat sedikit. Ada dua kemungkinan: pengungsi kembali lagi ke rumah mereka pada siang hari untuk mengurus ternak atau memang belum ada pengungsi karena wilayahnya jauh dari ring 1.

Purnawan Kristanto's picture

Respons Merapi-29 Oktober

Tanggal 29 Oktober, Tim Tanggap Bencana Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Tengah kembali menyalurkan bantuan. Dengan menggandeng Pundi Amal SCTV, tim Medis Obor Berkat Indonesia dan Gereja Kristen Jawa di Klaten, kami meluncur ke lereng utara Merapi. Tujuannya menyisir para pengungsi yang belum terjamah bantuan karena ketiadaan liputan media. Kali ini kami juga membawa kontributor Liputan 6 SCTV.

Cerita selengkapnya akan ditambahkan kemudian setelah saya beristirahat dan pikiran menjadi segar. Berikut ini foto-foto para laskar pahlawan kesiangan:

Photobucket
Puncak Merapi dilihat dari Selo

Update:

Malam sebelumnya, pdt. Sugeng menginformasikan bahwa tim medis dari Obor Berkat Indonesia (OBI) minta diantar ke wilayah yang belum dijamah bantuan.  Sehari setelah erupsi pertama, mereka sudah membawa 30 dokter ke Yogya. Namun setelah melihat bahwa suplai tenaga medis di Yogya sudah memadai maka sebagian besar dokter langsung berangkar ke Mentawai, menyisakan 4 dokter.

Saya merencanakan mengajak mereka untuk melayani di Boyolali, yaitu di pos pengungsian mandiri yang  diampu oleh Lembaga Bakti Kemanusiaan Umat Beragama (LBK-UB) Boyolali.

Purnawan Kristanto's picture

Jonathan Prawira Menjiplak (?)

Saya belum bisa menuruti nasihat beberapa orang yang lebih saleh supaya hanya mendengarkan lagu-lagu rohani. Saya masih senang mendengarkan lagu-lagu duniawi. Bahkan menggemari lagu-lagu yang dibawakan oleh grup ben yang disebut oleh orang-orang saleh itu sebagai "penyembah setan." Misalnya Gun n Roses, Beattles, Metallica,  Rolling Stones, Queen, dll.
Beberapa hari belakangan ini, saya mendengarkan lagu rohani baru yang bagian-bagian tertentu, rasa-rasanya sudah saya kenal puluhan tahun yang lalu.  Lagu itu berjudul "Tiang Awan dan Tiang Api" ciptaan Jonathan Prawira, yang dilantunkan oleh Regina Pangkerego.


Jonathan Prawira

Purnawan Kristanto's picture

Deadman Pedal Selamatkan Nyawa

Antaranews

Saat sedang berada di atas kereta api menuju Jakarta, seorang teman mengirimkan SMS: "Ada tabrakan kereta api di Petarukan, Pemalang." Kereta Argo Anggrek menabrak kereta bisnis Senja Utama. Saya segera ambil HP  untuk mencari berita on-line. Saya tertegun. Akhir-akhir ini naik kereta api itu seperti bermain roulette rusia. Entah itu naik kereta ekonomi, kereta bisnis atau kereta eksekutif, penumpang tidak tahu kereta mana yang akan mengalami kecelakaan. Kalau tidak anjlok, ya menabrak kendaraan lain dan bahkan menabrak sesama kereta.

Purnawan Kristanto's picture

Pengasong di Kereta Eksekutif

Beberapa bulan terakhir ini saya sering bepergian ke Jakarta dan Tasikmalaya menggunakan kereta api. Meski sebenarnya punya uang pas-pasan, saya memilih menggunakan kereta eksekutif supaya saya bisa beristirahat dan menjadi bugar ketika sampai tujuan. Dengan begitu, saya langsung bisa melakukan berbagai macam aktivitas di tempat tujuan.
Dalam UU RI No.8 Thn.1999 Tentang Perlindungan Konsumen, ayat 4d,  dinyatakan bahwa konsumen punya hak untuk “didengar pendapat dan keluhannya.” Sehubungan dengan itu, saya ingin menggunakan hak itu. Saya ingin memberikan masukan kepada PT KAI:

Purnawan Kristanto's picture

Hobi Videografi

Meski pernah kuliah di jurusan Komunikasi, namun saya tidak pernah memegang dan mengoperasikan kamera video selama kuliah.

Baru sekitar 5 tahun terakhir ini, saya memegang, mengelus-elus dan mengoperasikan kamera video, sertanya menekuninya sebagai hobi videografi.

Purnawan Kristanto's picture

Bebek Klaten

Sudah lama saya dan isteri pingin ke warung bebek ini. Beberapa teman di gereja mengatakan warung makan dengan menu bebek goreng ini enak.  Orang-orang menyebutnya "Bebek Nglinggi" karena berada di desa Nglinggi, Klaten.

Bebek Mlinggi

Foto-foto: Purnawan Kristanto

Dulu ketika kami ke sini pada pukul 20:30, ternyata bebeknya sudah habis. Hal itu membuat kami semakin penasaran mengingat lokasi warung ini sekitar 1,5 km dari jalan besar. Meski terpencil, namun warung ini cukup ramai. Pembeli harus antre untuk mendapat pelayanan.
Hari ini, Minggu 26 September, bersama dengan keluarga besar di Jakarta dan Purwakarta memutuskan membuktikan sendiri rasa bebek di warung mewah ini (mepet sawah).

Purnawan Kristanto's picture

(Dugaan) Penipuan via Obrolan Facebook (2)

Suatu siang di rumah mertua yang panas [bukan suasana hati yang panas, melainkan cuaca sedang panas], aku sedang on-line di facebook untuk membalas komentar-komentar yang masuk dan sesekali mengomentari posting teman.

Tiba-tiba "Pop...!"

Jendela chatting muncul. Seorang dengan id Matius Go mengirimkan pesan: "Lagi dimana?" tanyanya.

"Di Jakarta," jawabku jujur.

Di megapolitan ini aku punya agenda rapat dengan panitia Festival Penulis dan Pembaca Kristiani  dan bersiaran di Radio RPK. Sedangkan rumahku ada di Klaten.

"Mau minta tolong kamu nih"

"Apa"

"Bisa tolong bantu aku transferin duit dulu ke BCA. Nanti jam 5 sore aku transfer balik ke kamu"

Aku mulai mencium bau tak sedap di sini dan mulai pasang-pasang kuda-kuda.