Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Bohong Putih Sang Bapa segala Bangsa Abraham

paulwekwek's picture

Bohong, menipu, berdusta adalah tindakan menyatakan, mengatakan, mengabarkan sesuatu pernyataan yang berbeda dari kenyataan atau keadaan  sebenarnya. Orang yang melakukannya disebut Pembohong, Penipu, Pembual. Kegiatan yang didalamnya ada bohong, menipu disebut Penipuan. Biasanya bohong di lakukan hanya untuk kepentingan pembohong untuk mengambil untung, atau mengelabui orang yang dibohongi. Itulah sebabnya berbohong itu selalu berdampak negative, bahkan dalam beberapa kasus, bohong itu berdampak fatal. Penyesatan adalah dampak fatal dari berbohong. Seorang Penyesat harus ahli dalam berbohong. Justru itulah Allah sangat Tegas terhadap kebohongan atau dusta seperti yang tertulis dari beberapa ayat berikut ini:

normal;text-autospace:none">Keluaran 20:16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

normal;text-autospace:none">Keluaran 23:7 Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah.

normal;text-autospace:none">Imamat 19:11 Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.

normal;text-autospace:none">Amsal 25:18 Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam.

normal;text-autospace:none">Mazmur 119:29 Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah aku Taurat-Mu.

Bohong dengan tujuan baik disebut bohong putih orang batak (baca= bule) menyebutnya white lies. Bohong putih adalah tindakan  menyatakan, mengatakan, mengabarkan sesuatu pernyataan yang berbeda dari kenyataan atau keadaan sebenarnya untuk tujuan baik atau minimal lebih baik daripada tidak berbohong. Atau juga jika tujuannya lebih menguntungkan baik bagi si Pembohong juga bagi orang yang dibohongi. Tidak jarang juga bohong putih hanya menguntungkan pihak yang dibohongi, hal ini sering kita temui pada cerita cinta sang kekasih yang akan pergi jauh untuk merantau dalam waktu yang sangat lama namun alasan kepergiannya pada kekasihnya hanya melanjutkan pendidikan atau juga dengan alasan menaklukkan dunia ibukota dengan iming-iming akan dipersembahkan buat kekasihnya kelak.   

Anda dan saya pasti seringkali  mendengar pernyataan bahwa "bohong putih" itu tidak apa-apa, kalau tujuannya baik. Namun sebagian lagi berkata bohong putih tetap saja berbohong, bohong tetap bohong dan bukan perbuatan terpuji.  Dalam kehidupan sehari-hari, memang agak sulit untuk berlaku jujur apalagi di saat kita diperhadapkan dengan suatu dilema atau keadaan kepepet yang mengharuskan seseorang untuk berbohong, dan jika tidak berbohong mungkin keadaan akan menjadi tambah sulit . Sehingga "bohong putih" seringkali menjadi salah satu pilihan terakhir atau sebagai jalan keluar, atau mungkin untut meredakan situasi untuk sementara waktu.

normal;text-autospace:none"> color:black">Baiklah, untuk sedikit memahaminya mari kita menuju kearah tujuan judul blog ini, Sang Bapa segala bangsa Abraham berbohong. Saya menyebutnya berbohong dari ayat berikut:

normal;text-autospace:none">Kejadian 22:7-28 Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.

normal;text-autospace:none"> 14.0pt;Verdana","sans-serif";Times New Roman";
color:black">Ketika Abraham berkata seperti yg tertulis pada  kej 22:8 Dia sama sekali tidak tahu bahwa Allah memang akan menyediakan anak domba. Dia berbohong  pada Ishak.  Hal itu ditunjukkan dengan ayat berikut:
14.0pt;Verdana","sans-serif";Times New Roman";
color:black"> 

normal;text-autospace:none">Kej 22:9-10 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.

normal;text-autospace:none"> 14.0pt;Verdana","sans-serif";Times New Roman";
color:black">JIka memang Abraham sudah tahu bahwa Allah akan menyediakan anak domba bukankah dia seharusnya menunggu? Alih- alih menunggu dia justru ingin melakukan penjagalan yang sadis seperti penjagalan  yang saya lakukan di sini
14.0pt;Verdana","sans-serif";Times New Roman";
color:black">.
 

normal;text-autospace:none"> color:black">Abraham memang berbohong namun saya sebut bohong putih sebab tujuan Abraham berbohong pada anaknya Ishak adalah supaya Ishak tidak melarikan diri ketika dia mau dipersembahkan sebagai korban bakaran. Kenapa saya beranggapan bahwa jika Abraham jujur pada Ishak maka Ishak akan lari ? Karena tidak ada Firman Allah yang berkata pada Ishak bahwa Dia akan dijadikan sebagai korban bakaran. Dan bagi Abraham LEBIH BAIK mempersembahkan Anaknya Ishak daripada tidak TAAT pada Perintah Allah.  

normal;text-autospace:none">Kejadian 22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."

normal;text-autospace:none"> 14.0pt;Verdana","sans-serif";Times New Roman";
color:black">Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus berbohong itu dosa. Namun Jika memang harus berbohong, berbohonglah dengan bijaksana.

__________________

Bless all of Us..

PlainBread's picture

Kebohongan

Tindakan Abraham saat itu bukan yang pertama kalinya. Sewaktu masuk ke Mesir (apakah dengan Firaun, Abimelekh atau dua2nya), Abraham menyuruh Sara istrinya untuk mengaku sebagai adiknya. Benar, Sara adalah adiknya (lain ibu). Tapi supaya dia tidak dibunuh, Abraham meminta Sara untuk TIDAK memberitahukan bahwa dia adalah adiknya SEKALIGUS istrinya.

Gitu juga dengan Abraham dan Ishak. Ishak bertanya di mana dombanya. Abraha menjawab,"Allah yang menyediakan dombanya." Jawaban Abraham sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Allahlah yang menyediakan. Tapi dia juga tidak berterus terang (terang terus) bahwa Ishaklah dombanya.

Perdebatan apakah tindakan2 Abraham merupakan kebohongan atau tidak, tergantung dari definisi kebohongan itu sendiri.

Terlepas dari itu, Abraham tidak bisa dituntut bersalah dari tidak menaati hukum taurat, karena hukum taurat baru ada sekitar 400 tahun setelah Abraham mati. Ini mirip dengan perdebatan apakah Kain mendapat keturunan dari Hawa atau dari saudara perempuannya. Either way, banyak yang mempersalahkan Kain atas hal ini berdasarkan taurat. Kenyataannya taurat belum ada saat itu.

 

 


"It's not what I think that's important. It's not what you think that's important. It's what God thinks that's important. Now I'm going to tell you what God thinks!" - Chosen people of God

paulwekwek's picture

PlainBread "Kisah anjing kesayangan"

Yup anda benar saudara PB itu bukan yang pertama kali, namun saya memilih kish Abraham dan Ishak karena ngebayangin emosi Abraham saat itu. Anak yang ditunggu2nya puluhan tahun, anak semata wayang akan di persembahakan dengan cara yang sama dengan mempersembahkan domba yaitu di sembelih. Ketika membaca kisah Abraham saya teringat kisah anjing kesayangan beberapa tahun yang lalu. 

Dulu ketika saya masih seorang penjagal anjing, tidak pernah saya hiraukan  asal muasal anjing yang akan saya sembelih. Hingga tiba suatu waktu datang seorang ibu yang menjual anjing kesayangan anaknya hanya untuk biaya sekolah anaknya itu yakni pemilik anjing tersebut. Anjingnya warnanya kuning dan gemuk serta bagian perutnya bulunya putih. Dan saat ngobrol ,si ibu itu berpesan sama saya supaya membohongi anaknya jika nanti anaknya datang menanyakan tentang anjingnya. Dia memesankan supaya saya menjawab anaknya bhwa memang tidak ada anjing yang sama cirinya sama anjingnya itu. Esoknya anaknya datang dan menanyai saya apa ada anjing yang saya beli sehari sebelumnya dengan ciri warnanya kuning serta bulu bagian bawah putih? Saya perhatikan wajah anak itu, umurnya kira-kira 11 tahun, namun kelihatan dari matanya dia baru saja menangis dan mukanya muram tanda lagi sangat bersedih. Saat itu saya benar2 tidak tahu dengan apa saya memberi jawab. Dilema. Disatu sisi saya menempatkan diri di posisi si ibu. Disisi lain saya juga membayangkan suasana hati si anak yang kehilangan anjingnya. Disisi yang lainnya lagi sya harus menyembelih minimal satu anjing pada hari itu jika tidak kami tidak jualan keesokan harinya. Dengan segala pertimbangan saya memutuskan untuk membohongi si anak, dan mengatakan bahwa tidak ada anjing yg saya beli dgn ciri yg sama dengan anjingnya. Sianak pun pergi dengan wajah yang sangat2 kecewa dan putus asa. Sore harinya ketika hendak menyembelih yang saya bayangkan hanya wajah si anak tadi. Kisah2nya dengan anjingnya akan berakhir sudah. Tidak ada lagi anjing yang menjemputnya didepan rumahnya. Tidak ada lagi anjing yang akan menggeram ketika ada tamu tidak dikenal datang kerumahnya. Seketika itu juga saya memutuskan untuk membungkus anjing itu dan mengembalikannya, tidak peduli lagi dengan jualan kami, tidak peduli lagi ttg apa kata ibunya. Setelah sampai dirumahnya kebetulan hanya ada anaknya itu yang duduk lesu dan putus asa. Ketika melihat saya dia langsung senyum dan menghampiri. Langsung membuka karung tempat anjing kemudian memeluk anjingnya dengan penuh rasa bahagia. Ketika itu saya juga merasa sangat bahagia, walaupun yang saya lakukan itu akan berisiko potongan jajan untuk beberapa bulan.. hahahahaha.. SEjak kejadian itu ketika hendak membeli anjing, saya selalu menanyakan kepemilikan anjing tersebut. 

  Memang kedua kisah itu berbeda, tapi apa yang saya dan anak itu rasakan saat itu  tidak sebanding dengan apa yang Abraham rasakan. Yang kami pikirkan hanya seekor anjing sementara Abraham anaknya sendiri yang dipetaruhkan.

 

Bless all of Us..

__________________

Bless all of Us..