Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Dari Facebook Cinta Jadi Gedebuk!

Tante Paku's picture

  

      KEGEMBIRAAN dan kesedihan jadi terasa maya tatkala cinta sekedar kehampaan yang terekam dalam layar-layar harapan. Kau selalu berharap bertemu denganku, untuk menghibur serta menolak kesedihan dan meludahkan kegundahan. Kau ingin aku tersenyum, walau senyum tak mudah ditafsirkan maunya, karena senyum seperti duta bagi milyar suasana.

     Awal pertemuan kita lewat facebook begitu biasa saja. Dari sekedar berbalas status hingga bersambung terus. Dari hubungan putus tanpa status hingga kau tulis menikah tanpa perduli walau sekedar melayarkan keluh dalam status.

     Terus terang aku tidak menduga kalau akhirnya dia mendesak ingin bertemu di tempatku yang jauh dari kotanya. Dan ketika senja begitu indah, ia sudah berada di hotel lantai 5 tempat pertemuan diputuskan. Kami mengadakan hubungan intim seolah teman lama yang tidak pernah bertemu sangat lama

     "Aku tak menduga kalau engkau benar-benar datang," kataku tersenyum. "Keheningan suasanaku selama ini tiba-tiba digenderang degup pada jantungku yang bertalu-talu dari biasanya."

     "Aku ingin engkau menjawab pertanyaanku," katamu.

     "Apa yang ingin engkau pahami dariku? Bukankah aku sudah menceritakan apa adanya," jawabku.

     "Selama ini, entahlah, gairahmu kepadaku apakah dalam kemasan ketidakpastian yang kau bungkus rapi?"

     "Aku tak faham maksudmu?"

     "Tak faham? Tidak!  Yang benar engkau pura-pura tak faham," tuduhmu tajam.

     "Aku tidak mengerti dan tidak berpura-pura," aku masih menjawab apa adanya.

     "Engkau jangan bersandiwara!  Engkau sudah mainkan perasaanku!"

      "Silahkan kalau kamu suka dengan apa yang kau yakini, aku tak pengin lagi berkata apa-apa!"

     Suasana hening.

     Seperti tiada kamu disisiku, seperti kerisauan menyembunyikan engkau dari hatiku.

     "Mungkin selama ini akulah yang sudah kelewat berharap," katamu memecah keheningan. "Engkau mengerti mengapa aku ingin bertemu denganmu, seperti sekarang ini sudah kita lalui?"

     Aku menggeleng.

     "Sungguh engkau tidak fahami?"

     "Tidak."
 
     "Mengapa engkau tidak mengerti?"

     "Tidak tahu."

     "Tidakkah engkau sebelum ini sudah menduganya?"

     "Tidak."

     "Mengapa tidak?"

     "Tidak tahu."

     "Tidak tahu?"

     "Ya. Tidak tahu. Ah, apakah aku harus mengaku tahu? Padahal aku sungguh-sungguh tidak tahu."

     "Dan sekarang juga masih tidak tahu?"

     "Iya. Justru semakin tidak tahu apa yang kau maksudkan."

     Engkau terdiam. Hanya desah nafasmu yang terdengar kesah.

     "Mengapa engkau tidak terus terang saja?"

     "Engkau ingin aku terus terang saja?"

     "Ya. Sangat menyenangkan kalau kau terus terang saja!"

     Aku terdiam.

     "Apakah kau sanggup untuk berterus-terang?"

     "Kalau aku berterus terang, apakah aku masih layak menurutmu?"

     "Mengapa engkau berfikir demikian?"

     "Sebab engkau perempuan, yang boleh berpura-pura. Sementara seorang lelaki wajib dan harus berterus-terang?"

     Dia diam.

     Beranjak dari tempat duduknya. Keluar dan memandang langit yang semakin gelap. Aku mendekati, begitu dekat dan memandangnya, hingga nafasnya menghembusi nafasku. Tiba-tiba ia meronta serta mendorongku dengan cepat dan cekatan hingga aku terjatuh dari lantai 5 hotel itu.

     Perempuan itu pergi begitu saja, meninggalkan seorang lelaki yang tewas ketika tubuhnya jatuh hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras, GEDEBUK!!

Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat