Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Dari Kambing Hitam Sampai Domba Pilihan (Matius 25:33b)

Diapari MT Situmeang's picture

Sekitar awal Juni 2009 yang lalu saya menerima black campaign (yang isinya berbau SARA dan sudah jelas menjelekkan salah satu pasangan capres/cawapres) dari seseorang yang memiliki nomor GSM 0817XXXXXXX. Karena tidak mau menyebut namanya, maka saya panggil dia ……….. (maaf saya, sebut dia sama dengan nama binatang) dengan mengirimkan sms: Hei …………, kok kamu menjadi pengecut begitu, dan tak berani menyebut identitas kamu. Supaya kamu tahu hai …………., saya adalah simpatisan capres/cawapres X/Y (nama-nama salah satu capres/cawapres).

Saya kurang mengerti maksud dan tujuan lain selain tujuan yang saya sebut di atas dari sms black campaign tersebut, kalau tujuannya mempengaruhi saya agar memilih pasangan capres yang sesuai dengan seleranya, saya pikir tidak juga, sebab saya yakin yang mengirim sms itu adalah orang yang mengenal dan mengetahui siapa saya dan siapa pilihan saya. Saya juga yakin dia tahu bahwa saya tidak dapat dipengaruhi (oleh manusia) dengan cara apapun, sebab kalau saya ditanya orang: Memilih siapa di pilpres nanti? Saya dengan gamblang langsung menyatakan pilihan saya tanpa mempengaruhi dan meminta sipenanya itu agar memilih apa yang saya pilih. Begitu kan cara berdemokrasi yang sehat?

Baiklah, kita masukilah masalah sebenarnya.

 

1.     

Menurut saya, oknum yang terlalu memuja dan memuji salah satu capres/cawapres (sehingga tidak dapat lagi menggunakan akal sehatnya, mungkin juga sudah gila) adalah orang yang telah mempertuhankan manusia. Saya sendiri apabila dengan bimbingan Tuhan (Roh Kudus) pada saat mencontreng di pemilu nanti, merasa harus memilih yang lain dan bukan pilihan saya sebelumnya; pasti saya memilih capres/cawapres yang saya yakini telah ditentukan oleh Tuhan untuk saya pilih tersebut. Jadi, saya tidak perlu terlalu fanatik dan terikat untuk mendukung capres/cawapres yang saya pilih sebelumnya dan tidak mempertuhankan manusia (band. Mat. 23: 10-12).

2.     

Isi black campaign seperti saya katakan di atas, penuh dengan hujat dan isu-isu bohong lainnya. Kalaupun itu benar terjadi, kenapa kita (Kristen) selama ini tidak bahu-membahu dan meninggikan Allah (baca Keluaran 17:8-16, Kemenangan orang Israel melawan orang Amalek) dalam memperjuangkan hak kita? Kenapa kalau untuk hal duniawi (memperjuangkan Propinsi Tapanuli = Protap misalnya) kita bersedia masuk penjara? Kita telah menomor duakan Tuhan (bandingkan Mat. 6:33.., carilah dahulu Kerajaan Allah...)?

3.     

Di mana pejabat, mantan pejabat tinggi atau tokoh-tokoh Kristen (di pemerintahan, eksekutip, judikatip, legislatip, swasta dan gereja) pada saat gereja HKBP Binjai, Sumatera Utara, dilarang pembangunannya, juga hak  beribadah (suatu hak yang sangat azasi bagi umat beragama di manapun di dunia ini) khususnya bagi umat kristen dibatasi?

 

Untuk sementara ketiga hal di atas terlebih dahulu saya angkat ke permukaan. Saya yakin nanti pasti akan ada lagi isu-isu lain yang lebih seru menyangkut hak dan kewajiban umat kristen  sebagai warga negara dari teman-teman bloger. Tapi hati-hati, jangan sampai menyinggung perasaan umat agama lain.

Saya anjurkan teman-teman membaca buku bagus karangan Almarhum Pdt. Eka Darmaputera, PhD berjudul “Kita lebih dari Pemenang”, terbitan Gloria Graffa, Jakarta, 2008.

Buku di atas saya beli, demikian juga Keluaran 17: 8-16 (nats pada saat kebaktian kelompok di kompleks tempat tinggal saya), saya kutip pada saat saya merenungkan isu-isu di tanah air akhir-akhir ini. Buku dan nats tersebut mernggambarkan bahwa kita (umat kristen yang setia sampai akhir kepada Kristus Yesus, Tuhan kita dan melaksanakan semua perintahNya tanpa pamrih) adalah lebih dari manusia-manusia pilihan. Di buku ini banyak jalan keluar dan petunjuk yang dapat kita lakukan menyangkut ketiga isu yang saya angkat, dan teman-teman dapat bernafas lega dan mengatakan:  "Begini rupanya caranya (di samping banyak cara lain, karena itu baca juga buku-buku bimbingan rohani lain yang sangat banyak dijual) Tuhan memenangkan kita."

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pendeta JAU Doloksaribu (Jakarta), Robert Pandiangan, RH Pasaribu (medan), Saut Sirait (Bandung) dan lain-lain yang telah membangkitkan inspirasi di diri saya untuk menulis tulisan yang tidak seberapa ini. Tuhan memberkati kita semua.

 

KEN's picture

Hihihi, logat orang bandung

nih kutipannya: ...eksekutip, judikatip, legislatip...