Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Double Esspresso - Going Home

minmerry's picture

@ DOUBLE ESSPRESSO

going home

Hari ini adalah hari yang biasa untukku.

Satu hari lagi, cuaca yang cerah di pearl city.

Aku memandang langit hari ini, biru. Sangat biru. Pearl city sudah ditinggalkan badai dan hujan yang tanpa henti. Awan terlihat lebih putih dari biasanya, langit terlihat terlalu biru. Desember yang sangat indah di pearl city, walau di belahan kota lain, itu tidak sama.

Di kota lain, ada badai dan ada langit yang tidak sama, seperti yang aku nikmati hari ini.

 

Beberapa hari ini, aku menyadari Coffee shop ramai hampir seperti biasa. Double Esspresso-ku sudah menjadi bagian dari hidup beberapa orang. Aku mendapati, mereka, tamu-tamu coffee shop yang sudah terlanjur menyukai coffee shopku. Aku mengenali mereka, dan sekaligus tidak berusaha mendekati mereka. Karena pengunjung-pungunjung coffee shop beberapa malam terakhir ini pulang lebih larut dari biasanya, aku merasa lelah. Sisi baiknya, aku bisa tertidur begitu saja. Sungguh menyenangkan. Aku sangat menikmati hari-hari ku di Pearl City.

Pagi ini saat Glass datang ke rumah untuk menjemputku, aku memakai baby doll-ku dan menyatakan padanya, aku tidak akan mandi karena merasa tidak enak badan, dan merasa pernyataan tidak mandiku terlalu penting untuk diabaikan. Aku sebal, karena sebagai balasannya dia malah menyuruhku segera mengganti baju dan berangkat.

'Ayo cepat...' Katanya dengan tidak sabar. Dia akan marah sebentar lagi.

Setelah berhasil memakai flat shoe-ku dan keluar dari rumah, aku sadar ponselku tertinggal. Glass mulai tidak sabar. Saat aku kembali dengan ponselku, aku sadar dompetku tertinggal. Dan akhirnya dia berangkat sendiri, dan aku berjalan santai tanpa ada yang memerintahkanku untuk buru-buru. Dia akan memaafkanku, entah mengapa, tapi ia pasti memaafkanku akan "cacat" yang kuderita ini.

Dokter melarangku untuk menikmati kopi dan segala hal yang bisa memacu infeksi di perut ini untuk kembali. Dan aku mencoba meyakinkan dokter, saos cabe itu vitamin C. Vitamin C bagus untuk kekebalan tubuh. Dan aku berjanji padanya akan berusaha semampuku. Jika ada yang menyangka, setelah aku baru pulih dari sakit, aku akan dimanjakan, itu salah. Dan jangan tertipu dengan drama korea. Jadi, pagi ini aku menahan diri untuk menikmati kopi pagi, dan yoghurt-ku.

'Kei, ingat ya... Lum boleh makan yang pedes-pedes... Lalu nih, Joli bawain susu kental. Trus nih kesukaan kamu, serial drama korea yang Joli ceritain itu lho. Nontonnya ga usa ama Glass,' Joli mengedipkan matanya.

Aku langsung menyambar susu kental coklat itu dan satu tas berisi serial drama yang menjadi pelariaanku jika jadwal insomnia datang.

'Thanks yo. Kopi, biasa?'

'Tambah dua. Ada yang nitip dari kantor.'

Joli tidak sarapan di coffee shop pagi ini. Aku memberikan kopi padanya, lalu ia pamit ke kantor. Aku menatap punggungnya saat dia berjalan keluar. Aku berdoa baginya semalam, malam sebelumnya, dan pagi ini. Dia tidak baik-baik saja, meski dia tidak berkata begitu. Namun aku berharap ia baik-baik saja.

Hayden. Dia datang sangat-sangat awal dari biasanya. Sangat rapi.

'Kamu ada janji?'

Dia menggeleng cuek.

'Nih gajimu bulan ini. Plus bonus! Coffee shop ramai, aku untung banyak. Aku untung banyak.'

Dan Hayden melemparkan koran tepat ke kepalaku.

‘Udah bosan dengan wajah murungmu itu, Kei?’

Aku mengangguk, ‘Aku kembali. Aku Keira dengan masa depan hanya-Tuhan-yang-tahu. Dan aku kembali memakai lipgloss.’

‘Lipgloss?’

‘Hm hm, dan Si stupid Glass tidak menyadarinya.’

’Jangan curhat padaku, Kei...’

Dia berjalan menjauh, kembali ke tahtanya. Tidak memperdulikanku.

’Jahat...’

’Ngomong-ngomong, lipgloss-mu cantik.’ Hayden berteriak dari seberang ruangan.

’Tentu saja.’ Aku menjawabnya pelan.

 

Mendengar windbell yang berbunyi menyambut tamu, tamuku, di dalam coffee shop selalu menyenangkan. Memandang pemandangan jalan orang-orang yang lalu lalang, dari tempat ku duduk melalui dinding kaca di coffee shop, selalu menyenangkan. Membersihkan meja, menata ulang kembali meja-meja-ku dengan serbet baru, bunga sambil menebak siapa yang akan duduk disini berikutnya, selalu menyenangkan. Memikirkan apa yang sekarang ada di dalam kehidupanku dan mencoba menikmatinya seperti cerita, selalu menyenangkan. Memakai babydoll pink-ku dengan rambut yang habis di creambath sangat menyenangkan. Aku merasakan sentuhan rambutku di bahu, di pipi, di lengan. Dan aku merasa cantik.

Min muncul dihadapanku, dengan seenaknya, menyambar surat kabar yang sedang aku baca sore itu.

’Masih tentang kecelakaan kapal itu?’

Aku mengangguk. ’Iya. Korban makin bertambah.’ Menghela napas, melanjutkan. ’Mengerikan. Pesen apa, Min?’

’Espresso, single.’

’Right away.’

Aku memperhatikan Min membaca dengan seksama. ’Kamu makin hitam, dan kurus.’

’Hm hm, my mum said so. Don’t worry, everything is good. I feel good, and kamu Kei, looking good today.’

‘Thanks. Nih, single, espresso. Kapal itu kelebihan muatan?’ Tanyaku.

’Sepertinya begitu.’ Dia mengangguk. ‘Aneh, dan menyedihkan. Imagine, saat menunggu kepulangan seseorang, dan tiba-tiba saja ada kejadian, lalu mengubah semua, dan bum, orang itu tidak akan pulang lagi.’

‘Ada sesuatu yang seharusnya kamu ceritakan padaku, namun tidak kamu ceritakan, Min?’ Tanyaku penuh kecurigaan.

‘Jangan sombongggg.... Kaya aku aza yang punya hidup yang rumit, Kei...’ Min menggodaku. ‘Semua baik-baik saja. Kejadian ini mengusikku, karena sanke berada di perarian yang sama kembali ke Pearl City, hari ini. Kejadiannya bisa saja menimpanya.’

‘I see.’

Sore itu kami habiskan mengembangkan imajinasi yang, tidak pernah berani Min bayangkan.

‘Aku tidak berani membayangkan dia, yang penting bagiku, siapapun itu, tidak pernah kembali lagi, ketika aku mengharapkan kepulangannya.’

Aku diam mendengarkan. Aku, hari ini, menjadi Keira yang mendapat sorotan lampu. Bukan Keira yang sibuk dengan kegelapan hidupnya.

’Aku sungguh berharap, dan mendoakan kamu, Min, kamu tidak akan kebagian giliran mendapatkan pengalaman seperti itu. Tidak.’ Aku menyentuh lengannya. Berkata padanya, menatap tajam padanya. Lalu melanjutkan,

’Tapi, seseorang di luar sana, mungkin. Mereka yang berjalan masuk ke coffee shop ini, atau Cuma berjalan melewatinya, mungkin mendapat bagian itu.’ Kataku, memandang sesuatu yang jauh. Sesuatu yang memaksa hidupku untuk menerima kejadian itu, dan memandang hal itu juga terjadi pada orang lain.

‘Aku sendiri sudah.’

‘Maaf, Kei. Bukan maksudku...’

’Its okay.’

Min menikmati gelas espresso pertamanya. Aku menikmati susu coklat hangat untukku sendiri. Aku sendiri tidak menganggu Min, dia mulai sibuk menyusun daftar ini dan itu. Nampaknya sedang memikirkan cerita dalam benaknya.

Sore mulai berganti malam. Semua menatap layar televisi yang menyiarkan berita itu terus menerus.

Kecelakaan kapal itu terasa membekas. Tentu saja.

Aku menatap ke seluruh tamu-ku dengan gelas kopi di depan mereka. Seorang pria berjas yang duduk di tengah coffee shop. Mahasiswa yang berkumpul. Pekerja professional dengan laptop dan ponsel mereka. Beberapa orang yang duduk menikmati obrolan ringan.

Dan, seperti yang aku katakan, di kota lain, ada badai dan ada langit yang tidak sama, seperti yang aku nikmati hari ini. Seperti yang mereka nikmati malam ini. Ada yang berduka di langit belahan yang lain.

Korban kecelakaan itu sudah meningkat ke angka yang lebih tinggi. Aku teringat pada Joli. Bagaimana dia berlari dan menghadapi kejadian mengerikan, dan masih tetap berlari.

Dan saat ini, aku berusaha mengingat dengan baik, bagaimana scene demi scene yang berhasil di capture oleh siaran berita demi berita, mereka yang berenang berusaha menyelamatkan hidup mereka.

Sebagaimana diberitakan, kapal Dumai Express 10 tenggelam di perairan Takong Hiu, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, Minggu. Penyebab kecelakaan diperkirakan, selain cuaca buruk, juga akibat kelebihan muatan.

Berdasarkan data terakhir yang dikeluarkan Lanal Tanjung Balai Karimun, jumlah korban tewas dalam kecelakaan itu 27 orang, yang selamat 255 orang, sedangkan yang dilaporkan hilang 26 orang, atau seluruhnya 308 orang. Sementara itu, jumlah penumpang dalam kopi manifes yang diperoleh dari agen pelayaran hanya 213 orang.

(Kompas - Korban Hilang Masih 26 Orang - Kapal Fiber Tak Boleh Beroperasi di Laut Lepas Rabu, 25 November 2009 | 03:04 WIB)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/25/03044358/Korban.Hilang.Masih.26.Orang

 

Ponsel Min bergetar. Aku tahu dia menunggu sesuatu. ’Sanke berhasil mendapat tiket, dan sudah sampai di pearl city. Safely.’

Aku ikut senang mendengar pernyataan Min. Dia melambai padaku dan berlari keluar.

Aku, duduk, masih menatap berita itu. Berharap tidak lebih banyak lagi yang hilang atau tewas karena kecelakaan ini.

Dan perlahan-lahan satu persatu mereka kembali.

Kembali ke rumah, rumah dengan orang yang menunggu kepulangan mereka atau rumah tanpa ada yang menunggu. Aku, Keira, baru mengerti satu perasaan dalam benakku. Perasaan begitu ingin pulang.

Aku mematikan televisi.

Mematikan mesin kopi-ku.

Perasaan begitu merindukan pulang. Dan tanpa bisa kutebak, aku bisa saja kehilangan kesempatan itu, kesempatan untuk pulang.

Berita duka cita ini akan berlalu. Kabar kecelakaan ini akan segera redup.

Aku mematikan lilin-lilin hijau di setiap sudut coffee shop.

Aku mungkin akan segera lupa dengan perasaan betapa berharganya kesempatan untuk bisa pulang.

Windbell. Glass.

 

’Ayo pulang..., kerumahku.’

 

Aku tersenyum mendengarnya.

 

Aku mengangguk. Mengunci coffee shop, dan berjalan tepat di samping Glass.

 

Dia tidak menyuruhku untuk buru-buru kali ini. Dia bertanya apakah aku lelah, dia menggandeng tanganku.

Dan aku pulang bersamanya.

 

__________________

logo min kecil

Tante Paku's picture

Coffe black, min.

Hari ini adalah hari yang biasa untukku.

Perasaan begitu merindukan pulang.

Dan tanpa bisa kutebak,

aku bisa saja kehilangan kesempatan itu,

kesempatan untuk pulang.

Berita duka cita ini akan berlalu.

Kabar kecelakaan ini akan segera redup.

Aku mungkin akan segera lupa dengan perasaan

betapa berharganya kesempatan untuk bisa pulang.

Indah sekali kalimat yang kudengarkan darimu, sambil kumenikmati coffe black malam ini.

Dan aku pulang bersamanya.

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

minmerry's picture

Tante Paku

Bagaimana espresso malam itu, tante? How does it feels, when going home after a cup of coffee at my place?

logo min kecil

__________________

logo min kecil

joli's picture

pulang ke rumah-ku

'Kei, ingat ya... Lum boleh makan yang pedes-pedes... Lalu nih, Joli bawain susu kental. Trus nih kesukaan kamu, serial drama korea yang Joli ceritain itu lho. Nontonnya ga usa ama Glass,' Joli mengedipkan matanya.

Iya, jangan sampai Glass ikutan nonton, akan banyak komentar yang tak perlu nanti.. 

Film drama Korea emang lebih asik di tonton di bandingkan film mandarin maupun taiwan..

Oiii si Minmerry akhirnya mampir ke double esspresso juga? pengin godain dia, dan bantuin menghitung hari..

Glass

Ayo pulang..., kerumahku.’

Aku tersenyum mendengarnya.

Aku mengangguk.

Ehm.. ehm..  Joli mau ikutan pulang ah.. ke rumah siapa ya???

minmerry's picture

Joli

Joli, min stress tuh. Sibuk menghitung dan menghitung... Dan katanya hari ini dia akan singgah ke coffee shop, minta Keira untuk menulis nama-nama, menyusun, dll... 

Dan Min udah melahap dua potong besar Hazelnut Cake, katanya dia butuh tambahan nutrisi dan sensasi manis supaya dia ga depresi. (Berlebihan, yeah...)

Temanya : "Romantic" lho, Jol. Udah diskusi dengan Hayden sebagai music directornya.

Bener-bener dah dekat... ckckck..

 

logo min kecil

__________________

logo min kecil