Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

DRAMA KEHIDUPAN BANGSA KITA, RAKYAT YANG MENDERITA

Tante Paku's picture

     BANGSA KITA memang tengah bermain drama, dan barangkali ini tengan menyuguhkan adegan ketegangan emosi yang tidak terkendalikan. Setiap hari kita disuguhi pemberitaan antara kepolisian dan KPK yang saling menembakan sejuta mitraliur "kebenaran" diri masing-masing. Sementara sisa-sisa puing akibat bencana di banyak tempat belum terselesaikan.

     Drama memang salah satu acara yang menarik di layar televisi. Mungkin penelitian yang lebih luas dan menyeluruh dapat dilakukan bahwa drama di televisi sangat diminati penonton. Utamanya mengenai kehidupan keluarga. Ada yang selalu setia mengikuti drama atau sandiwara apa pun dan bisa menangis bila memperhatikan suatu cerita yang menyentuh hati. Mereka tertawa apabila ada yang lucu. Mereka ikut geram bila ada yang tidak berkenan di hati. Mereka seolah melibatkan diri dalam peristiwa dan adegan yang ditonton.

     Peristiwa demi peristiwa dalam drama bangsa ini tampaknya berinteraksi tinggi di dalam visi para pejabat tinggi, baik pusat maupun daerah. Mereka tampaknya harus memvisualkan pikiran politisnya ke dalam bentuk yang nyata. Tanpa harus memikirkan bentuk yang pas dalam hati rakyat (orang awam pada umumnya). Kehidupan sehari-hari bangsa kita telah menjadi ajang penampilan seni drama yang efektif. Ribuan kata diterjemahkan ke dalam bentuk yang konkret serta mengantarkan pesan yang hendak disampaikan oleh pengaturnya.

     JANGAN dilupakan bahwa rakyat (kaum awam) bisa bersikap kritis apabila berulang-ulang menonton sebuah drama. Penonton awam kadangkala akan memprotes adegan yang tidak logis diterapkan dalam keseharian mereka. Rakyat pasti sudah bosan dengan tontonan yang penuh perdebatan ideologi, penuh intrik-intrik politik kotor, penuh kepekatan kolusi korupsi dan nepotisme. Dan unsur-unsur disintegrasi sosial harus dipertanggujawabkan oleh pemerintah, sebagai tuntutan sikap kritis dari rakyat banyak. Langkah kritis yang cukup dapat dipertanggungjawabkan, karena rakyat menggunakan metode perbandingan untuk menilai kadar pemerintahan suatu negara. Perbandingan ini membuat pikiran mereka lebih kritis dan pendapat mereka lebih tajam dan dapat dipercaya.

     Banyak peristiwa di SEGALA BIDANG yang menghadapkan antara rakyat dan pejabat, si kaya dan si miskin, tidak dapat diatasi dengan cara yang sederhana, dengan kata-kata yang sederhana, melainkan dengan BAHASA KEKERASAN sekalipun dalam peristiwa yang ringan.

     Para hamba hukum bergerak dengan visi, gerak, aksi, yang menimbulkan suasana tegang, saling mengumbar kehebatan kekerasan dan kata maki-makian yang kotor dan dangkal. Kepekaan terhadap situasi, lingkungan yang mencekam memang ditunjukkan oleh YANG KUAT untuk  MENEKAN YANG LEMAH.

Tema-tema yang disuguhkan penguasa terhadap rakyat sering dengan pengungkapan yang kasar, tanpa menghormati hak rakyatnya. Ingat kasus-kasus penggusuran di banyak tempat, mereka mengerjakan karyanya tanpa memenuhi persyaratan teknis maupun estetis, sesuai dengan selera masyarakat setempat.

     Kemajuan di Indonesia memang pesat, utamanya di bidang telekomunikasi. Tak ada selisih waktu lama dalam menangkap suatu peristiwa antara desa dengan kota. Media cetak maupun elektronik sudah menjembati untuk menyimak pola kehidupan, pola tingkah laku para pengambil keputusan dalam negeri ini. Lewat media televisi, rakyat pun bisa menyaksikan para orang terpandang bermain drama dengan penuh penghayatan, mantap dan mengesankan.

     Coba perhatikan dengan seksama drama-drama nyata yang disuguhkan televisi, selalu menampilkan aktor-aktris dengan adegan-adegan yang wajar dalam situasi yang tidak wajar. Kita tidak perlu mengutip kata-kata yang sering muncul  dalam drama bangsa kita lewat kemunculan seorang tokohnya di televisi, terlalu menyakitkan untuk dikutip satu demi satu di sini. Dan celakanya, kalau contoh yang kurang baik tersebut segera ditiru oleh anak-anak yang sedang bertumbuh jiwanya, yang kelak membentuk satu generasi produk kata yang tidak mengenal tabu dan tidak tahu memilih kata yang baik dalam pergaulan.

MEMANG para pakar banyak yang tahu bahwa drama kehidupan bangsa kita belum semua ditangani secara serius dan meyakinkan. Setiap peristiwa yang menelan korban jiwa saja terlambat ditangani. apalagi kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi, pastilah bertele-tele. Tetapi rakyat yang tidak mau pusing dengan segala tetek-bengek teori yang hebat dan tinggi-tinggi sekarang ini, tetapi menuntut pernyataan dan kenyataan yang lebih berharga, yang merangsang mereka mencintai kehidupan ini.

     Masyarakat kita sekarang ini masih banyak yang menderita akibat tekanan krisis ekonomi akibat ulah segelintir  PENGUASA yang  RAKUS ber-KKN demi kesenangan dirinya. Mereka tak henti-hentinya bermain drama dengan setting yang serba glamour. Kelihatannya memang menyenangkan dan menghibur, namun itu di luar kenyataan yang sebenarnya. Rakyat kita menginginkan suguhan yang lebih baik, lebih terarah, lebih merangsang daya imajinasi dan suguhan yang berbobot dari mereka yang mempunyai kesempatan berperan di negara ini.

Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

bygrace's picture

TP : Mengesankan ?

TP menulis :

Lewat media televisi, rakyat pun bisa menyaksikan para orang terpandang bermain drama dengan penuh penghayatan, mantap dan mengesankan.

bygrace :

Menonton penjelasan Kapolri dan jajarannnya di depan DPR kemarin malam mengenai kasus KPK, saya mengamini bahwa mereka yang hadir di sana sungguh pintar bermain drama dan bermain kata. Tapi, yang muncul bukanlah rasa kagum dan terkesan.

(Beberapa) pertanyaan yang kurang cerdas yang disambut dengan jawaban ngeles - untuk saya - hanya menimbulkan rasa mual dan muak. Sebegitu bodohkah rakyat Indonesia disuguhi tontonan seperti itu ?

Syukur kepada Tuhan, Beliau masih memberikan bagi bangsa ini segelintir orang seperti anggota Tim Delapan dan Ketua MK yang cukup mengerti apa yang dirasakan oleh rakyat Indonesia.

Oh, ya, satu lagi, TP menulis :

Masyarakat kita sekarang ini masih banyak yang menderita akibat tekanan krisis ekonomi akibat ulah segelintir  PENGUASA yang  RAKUS ber-KKN demi kesenangan dirinya.

bygrace :

Menurut saya, harus dilengkapi : ...PENGUASA dan PENGUSAHA. Korupsi terjadi bukan hanya karena ada pejabat yang mencuri, tetapi karena ada pengusaha yang menjadi rekanan (sering pula menjadi sponsor)  untuk mencuri. Anggoro, abangnya Anggodo, adalah contohnya.

Tante Paku's picture

Penguasa bisa dari mana saja.

bygrace, PENGUASA bisa datang darimana saja dan siapa saja. Penguasa adalah mereka yang mempunyai kekuasaan dalam siatuasi dan waktu tertentu. Baik pejabat maupun pengusaha bisa berdiri sendiri sebagai penguasa, namun bisa juga berkoalisi sebagai penguasa, tergantung sikonnya.

Untuk kasus Anggoro/Anggodo kita harus melihat ke belakang terlebih dahulu. Mereka tidak berbeda dengan pengusaha-pengusaha era orde baru dalam menjalankan bisnisnya. Kalau  PEJABATNYA BERSIH , pengusaha tidak bisa berbuat apa saja. Pejabat punya kuasa dengan undang-undangnya, kalau itu tidak dilanggar, mustahil pengusaha berani menyuapnya.

Selagi menjadi PENGUASA, kalau benar-benar SETIA pada SUMPAH JABATANNYA, Korupsi, Pungli dan  KKN serta pelanggaran-pelanggaran lainnya, tak punya peluang melakukan itu semua. Tetapi ternyata banyak PENGUASA yang RAKUS demi kesenangan dirinya.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

Huanan's picture

Menyedihkan...

Menurutku Para Pejabat di Indonesia selalu demikian. Sejak dari jaman Orba sampai sekarang. penuh dgn drama dan sandiwara. Seolah2 mereka tidak diberikan Hikmat dan akal budi oleh Tuhan untuk menyatakan keadilan dan kebenaran tsb. Inilah negara demokrasi yang penuh dgn ke pura2an.

Negara kita yang boleh di bilang hampir 100% percaya akan adanya Tuhan. kita bisa lihat dari sila ke I dari Pancasila :" Ketuhanan yang maha Esa".  Tapi dilihat dari tingkah laku dan perbuatan pemimpin dan para pejabat sangat bertentangan dgn pinsip2 dasar ajaran agama. Percaya kepada Tuhan, tapi tingkah lakunya lebih parah daripada negara yg tidak atau belum mengenal Tuhan.  Jadi bedanya belum tahu apa itu dosa tapi melakukan dosa dan sudah tahu apa itu dosa tapi tetap melakukan dosa itu beda sekali. berarti dosanya double. he he he

 

__________________

Huanan