Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Etika Allah (tentang perceraian)

Rusdy's picture

Dari pengalaman saya, mayoritas pengikut Tuhan masih sering bertanya "Boleh ini/itu tidak?", atau "Ini/itu dosa tidak?". Tidak salah bertanya seperti ini tentunya, karena dengan bertanya demikian, kita ingin lebih mengenal Allah kita melalui aturan/larangan-Nya.

Yang saya ingin anjurkan, daripada bertanya demikian, mungkin akan jauh lebih baik lagi jika kita bertanya "Mengapa ini/itu tidak boleh?" atau "Mengapa ini/itu dosa?". Karena kita akan jauh lebih mengenal seseorang/sistem/sesuatu dari bertanya mengapa dibanding dari apa yang boleh atau tidak. Contoh: 'mengapa kita tidak boleh ini-itu di jalan raya?' dibanding 'apa yang boleh/tidak di jalan raya?'

Banyak dari pengikut Tuhan yang telah menulis di sabdaspace ini, menurut saya, sudah saatnya untuk mereka untuk melaju dalam kehidupan iman mereka dengan memulai makanan keras, tidak susu saja. Caranya? Mulailah mempertanyakan iman kita sendiri dengan belajar etika Alkitab, tidak sekadar nerima saja.

Contoh:

  1. Ketika kita masih kecil, kita hanya bisa patuh saja kepada orang tua ketika dibilangin ini/itu. Kenapa patuh? Ya patuh aja, jangan tanya-tanya, wong peraturan itu untuk kebaikan kita sendiri kok!

    Contoh: Kita tidak boleh bermain api, ya mesti nurut aja!
  2. Ketika kita beranjak masa remaja, kita mulai memberontak (walaupun kita sudah naturally pemberontak sejak lahir Wink), mulai meragukan semua peraturan ini-itu, apa benar peraturan itu baik untuk saya?? 

    Contoh: Apa benar bermain api, ngebut-ngebutan, ini-itu buruk untuk saya? Bagi yang memberontak, ya mulailah mereka memberontak

  3. Ketika kita mulai beranjak lebih dewasa lagi, kita mulai berpikir mengapa peraturan tersebut itu baik atau tidak.

    Contoh: Bagi yang mengerti mengapa bermain api, ngebut-ngebutan atau ugal-ugalan itu buruk, ya mereka bisa mengontrol diri. Apa batasannya? tidak perlu didefinisi! Karena mereka mengerti!

Sama halnya dengan kehidupan mengikut Tuhan, kita mulai dari iman anak-anak, nurut aja ini-itu, tidak boleh ini-itu, ini-itu dosa. Nah, setelah iman kita mulai bertumbuh dewasa, kebanyakan orang justru mulai ragu, apa betul mesti ini-itu? Ini-itu dosa? Dari kalangan teman-teman saya sendiri, ada yang meninggalkan imannya, tetapi lebih banyak justru yang diperkuat.

Lalu, apa itu Etika Alkitab?

Kalau moral Alkitab adalah berbuat baik, hormati orang-tua, tidak berzinah, dan lain sebagainya, maka etika Alkitab adalah mempelajari mengapa peraturan-peraturan tersebut ada.

Apakah etika Alkitab itu:

  1. Deontological? Ini-itu benar/salah, jangan tanya kenapa! Salah ya salah! Benar ya benar!
  2. Teleological? Ini-itu benar atau salah, tergantung tujuannya
  3. Consequentialist? Ini-itu benar atau salah, tergantung akibatnya

Berhubung nih artikel udah kepanjangan, long story cut short, menurut saya, etika Alkitab adalah teleological, atau semua ada tujuannya.

Tujuannya? Sudah dibahas di sini

Yaitu:

"supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!"

Filipi 2:10-11

Aplikasinya:

Semua, sekali lagi: SEMUA keputusan pribadi di dalam kehidupan kita harus berdasarkan tujuan ini!

  • Cerai atau tidak? (sebenernya ini tulisan awalnya komentar buat tulisan Baron Arthur yang ini, eeeh, jadi kepanjangan deh)
  • Seks sebelum nikah atau tidak?
  • Masturbasi (waduh!!) atau tidak?

Contoh: Dalam cerai atau tidak, kita harus bertanya apa tujuan menikah pada asalnya? Kalau kita mau telusuri dari awal (Kejadian) sampai belakang (Wahyu), kita sebenarnya bisa melihat bahwa pernikahan adalah salah satu gambar (bayangan) apa yang akan terjadi nantinya (pernikahan antara gereja Tuhan dengan penebusNya)! Jadi, untuk saudara pengunjung yang mengomentari tulisan Baron, bahwa pernikahan dan gereja tidak ada hubungannya, hmmmm.....:

"Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa" Matius 9:15

Nah, kalau tujuan Allah menciptakan pernikahan sedemikian rupa, silahkan menyimpulkan sendiri, dibimbing oleh Roh Kudus melalui hati kita masing-masing, boleh tidak?

Catatan: Kita tidak bisa memutuskan apa yang benar atau salah tanpa Roh Allah, karena gambaran yang sempurna apa itu tujuan Allah, telah dirusak ketika kita jatuh dalam dosa

waskami's picture

Walah

Walah, yang namanya topik perceraian rupannya menjadi topik hangat di sini, selain tentang masturbasi (berdasarkan blog sepanjang masa) dapat diintip di sini
__________________

Nyari beasiswa di sini aja

xaris's picture

Bagaimana dengan remarry?

Hi Rusdy,

Bagus sekali tulisan-tulisannya (termasuk si GarDu punya Laughing), juga cara penyampaiannya. Untuk post ini saya ingin tanya bagaimana pendapat kamu tentang remarry? Bisa ikut share disini jadi melengkapi tulisan2nya Smile.