Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Haruskah Seorang Pemimpin Dibenci?

Sri Libe Suryapusoro's picture

Tulisan ini merupakan e-news di www.SayaBisa.com; dengan penulis yang sama.

Seseorang pernah berkata ke saya,”Menjadi pemimpin harus siap untuk dibenci.” Hal ini ada benarnya tetapi bisa jadi berbahaya. Ada pemimpin-pemimpin yang akhirnya tidak mau instrospeksi diri karena dia merasa memang sudah seharusnya dia dibenci. Ketika pemimpin tersebut melakukan kesalahan dan berbuat sekehendakhatinya maka banyak orang yang membencinya. Ketika dia terlalu memaksakan pendapat maka orang di sekitarnya menunjukan rasa tidak sukanya. ”Bukankah menjadi pemimpin memang harus siap untuk dibenci?”

Tetapi yang terjadi apakah seperti itu? Apakah pemimpin-pemimpin besar adalah orang yang dibenci oleh bawahannya? Bahkan setahu saya, sejahat-jahatnya seorang pemimpin dia masih dikagumi oleh bawahannya. Lihat saja Hitler yang kita kenal sangat kejam. Kalau kita pelajari kepemimpinannya, banyak orang yang suka dan kagum dengannya. Bahkan ada yang rela untuk mati bersama-sama dengan Hitler sebagai wujud kesetiaannya. Bagaimana dengan Suharto, seseorang mantan presiden yang dihujat banyak orang? Ketika saya mendengar wawancara dengan salah seorang mantan menteri, dia masih menyatakan suka dan kekagumannya dengan Suharto. Jadi menurut saya, pernyataan ”menjadi pemimpin harus siap dibenci” adalah salah.

Ada beberapa penyebab seorang pemimpin dibenci oleh orang-orang disekitarnya. Penyebab utama adalah tidak jalannya komunikasi. Ini menjadi kunci menggerakkan bawahannya. Pemimpin tersebut tidak mengkomunikasikan dengan baik apa yang akan dikerjakan. Atau pemimpin tersebut tidak berkomunikasi dengan baik untuk menentukan apa yang dikerjakan. Sebelum mengambil keputusan sebaiknya pemimpin berkomunikasi, sehingga orang-orang disekitarnya merasa dilibatkan. Dan jika keputusan yang diambil sangat berbeda dengan apa yang diinginkan orang-orang disekitarnya maka pemimpin harus mengkomunikasikannya dengan baik. Tetap hargai orang di sekitarnya dan menjelaskan keadaan yang membuat keputusan berbeda dengan yang sudah dibicarakan.

Sikap-sikap seperti apakah yang membuat kita dibenci oleh bawahan atau partner kita?

Sikap merasa lebih tahu. Pemimpin memang mendapatkan banyak informasi, pandangannya memang seharusnya paling luas diantara orang-orang yang dipimpinnya. Tetapi banyak hal yang tidak diketahuinya, terutama hal-hal teknis ataupun keadaan real di lapangan. Sering kali pandangan bawahan merupakan perwakilan dari apa yang dilihatnya dan dialaminya setiap hari. Sikap merasa lebih tahu membuat orang-orang di bawahnya merasa jengkel melihat apa yang terjadi. Ingatlah. Tidak ada orang tahu banyak hal. Mungkin tahu teori yang cukup banyak, tidak tidak menjamin tahu apa yang sedang terjadi lebih banyak daripada bawahannya. Ini adalah pemimpin yang bodoh.

Sikap seperti pemilik tunggal perusahaan. Banyak pemipin yang bersikap demikian dan itu adalah salah. Dia merasa bahwa tanggung jawab penuh hanya ada di dirinya dan dirinyalah yang menentukan semua yang terjadi. Merasa tanggung jawab itu baik tetapi jika bersikap seperti pemilik perusahaan maka pemimpin akan cenderung sewenang-wenang. Pemimpin cenderung melupakan peran orang-orang dibawahnya. Donal Trump sebagai pemilik perusahaan Trump justru bersikap tidak seperti pemilik perusahaan. Tujuannya supaya setiap orang-orang dibawahnya merasa menjadi pemilik perusahaan dan merasa berarti hidupnya. Ini adalah pemimpin yang tidak tahu diri.

Sikap seperti jenderal. Sering kali kita membayangkan apapun yang dikatakan Jenderal, kita tidak boleh membantahnya dan kita harus lakukan persis seperti yang dikatakan. Itulah ciri-ciri Jenderal di masa lalu. Karena memang setiap perintahnya berhubungan dengan banyak nyawa dan jika ada satu orang saja melanggar perintahnya maka semua orang bisa mati sia-sia. Banyak juga pemimpin yang bersikap seperti jenderal, memerintah dan perintahnya tidak boleh dikritisi ataupun dibantah. Semua harus dilakukan. Ini adalah pemimpin yang gila kekuasaan.

Sikap menonjolkan diri sendiri. Seorang atasan biasanya melihat orang yang menonjol dan mempromosikannya. Itulah sebabnya banyak orang yang mencoba menonjolkan diri sendiri. Sering kali orang yang menonjolkan diri sendiri tidak lagi bekerja sebagai team. Dia lebih suka menyimpan ide-ide bagus untuk dirinya dan membiarkan yang lain bermasalah (kalau perlu menciptakan masalah dalam diri orang lain) supaya dirinya menonjol.

Sikap melempar tanggung jawab. Banyak orang yang tidak berani bertanggung jawab atas setiap kejadian yang buruk. Atau dia sudah menyiapkan orang yang akan dijadikan kambing hitam sebelum kejadian buruk terjadi. ”Saya memang tidak bisa menyelesaikan pekerjaan tetapi semua itu terjadi karena si A memberikan tugas ini terlambat waktunya.” Si pelempar tanggung jawab tidak pernah berkata,” Aku salah, tolong maafkan atas kesalahanku.” Biasanya ada tetapi atau alasan mengapa dia tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan alasan itu akan menyalahka orang lain.

Sikap menekan. Sikap ini seperti ketika kita akan menginjak kursi atau benda lainnya supaya kita lebih tinggi. Banyak pemimpin yang memiliki sikap seperti ini. Menekan bawahannya supaya dirinya terlihat lebih bagus, dinilai lebih tinggi dan dianggap sebagai pemimpin yang baik. Biasanya pemimpin seperti ini akan memberikan tugas yang berat ke bawahannya tanpa memberikan solusi jika mengalami masalah. Tujuannya hanyalah tugas bisa diselesaikan dengan baik tanpa peduli keadaan orang yang menjalankan tugas.

Buat saya jika seorang pemimpin tidak disukai oleh partner kerjanya atau bawahannya berarti dirinya bermasalah. Memang menjadi pemimpin pasti mengecewakan orang. Bisa jadi dia mengambil kebijakan yang berlawanan dengan orang yang dipimpinnya atau dia terpaksa melakukan sesuatu yang membuat bawahannya tidak nyaman. Tetapi jika seorang pemimpin memiliki komunikasi yang bagus dan hubungan yang sehat dengan bawahannya maka si pemimpin tidak akan menjadi orang yang dibenci. Jika Anda seorang pemimpin yang dibenci bawahan Anda tolong cek hal-hal ini. Apakah Anda memiliki sikap seperti yang saya sebutkan diatas? Jika tidak, apakah Anda memiliki hubungan yang sehat dengan orang yang Anda pimpin? Apakah Anda sudah mengkomunikasikan apa yang Anda lakukan dengan baik?

Anda boleh saja mengecewakan bawahan atau partner Anda tetapi janganlah menjadi pemimpin yang dibenci oleh bawahan dan partner Anda.

__________________

Small thing,deep impact

clara_anita's picture

Sri: The Higher The Lonelier

Membaca artikel anda, saya jadi ingat perkataan salah satu orang yangsaya anggap bijak dalam urusan kepemimpinan. Beliau mengatakan, salah satu kesulitan menjadi pimpinan adalah, semakin Anda berada di tingkat yang lebih tinggi, semakin sulit pula Anda berkomunikasi ke bawah karena semakin panjang jenjang rantai yang harus dilalui. Komunikasi ke samping pun makin sulit. Bisa dibayangkan seorang yang berada di posisi puncak dapat jadi sendirian di level itu. Situasi ini, akibatnya, dapat melahirkan beberapa alternatif seperti yang Mas Sri utarakan di atas. Jadi, bisa jadi situasinyalah yang memposisikan dia bermasalah. Celakanya lagi, bila si pemimpin hanya mendengar masukan dari lingkungan yang terbatas (alias punya juru bisik). Nah, pak atau bu bos bisa membuat keputusan secara blink-blink. Begitulah kata-kata beliau. GBU
anakpatirsa's picture

Komentar sebelum makan

pernah dengar seorang pemimpin berkata, kadang-kadang seorang pemimpin memang harus menjaga jarak dari bawahan, karena beberapa bawahan akhirnya tidak melihat adanya 'jarak' yang memang harus ada di antara mereka. Jarak yang bernama hubungan kerja. Katanya, beberapa pemimpin mencoba bersikap 'akrab' tetapi akhirnya keakraban ini digunakan oleh bawahan untuk 'lebih akrab lagi'. Tetapi sekali lagi itu hanya sebuah teori bagiku, karena aku bukan pemimpin, sehingga tidak pernah mengalaminya sendiri. Jadi, tidak bisa berkata apa-apa. Jangan terlalu diambil hati, mengutip si priska: ini hanya komentar sebelum keluar cari makan.