Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Hati yang Gembira adalah Obat

Andreas Priyatna's picture

Hari minggu yang lalu, tanggal 20 Mei 2012 saya menjenguk teman lama saya yang dirawat di rumah sakit, senior dan juga teman yang pernah bahu membahu bekerja sama dalam satu Unit. Teman saya itu terkena stroke, karena dia memang mengidap darah tinggi sejak lama dan juga pola makannya yang bebas. Waktu saya jenguk kemarin ketika kami hanya berdua, dia curhat dan bercerita tentang masa lalunya, matanya berkaca-kaca, dia mengaku salah di dalam merenda hidupnya dan sekarang dia menyesalinya. Terenyuh saya mendengar ceritanya tapi saya berusaha untuk tidak larut, malah berusaha menghiburnya. Teman saya itu termasuk orang kaya, uang bukan masalah buatnya, karena selain bekerja di kantor, dia juga memiliki sebuah pabrik meubel. Dia mengatur dan mengelola hidupnya hanya dengan uang semata, dengan uang semuanya bisa berjalan, roda hidupnya dan hidup keluarganya berputar hanya dengan uang, bukan dengan cinta dan kasih sayang. Walaupun dia memiliki segalanya tapi dia merasa hidupnya tidak bahagia, hampa dan gersang. Hal ini pernah dikatakannya pada waktu kami berdua duduk sambil merokok di sebuah taman setelah kedinginan turun ke air terjun Niagara. Lanjutnya lagi…, ntar sore kita balik deh ke Los Angeles dan besok balik ke Jakarta…, terus terang selama tour ini gw senang banget, gw rasanya lepas bebas. Memang saya lihat dia sangat menikmati tour tersebut, apalagi ketika di Atlantic City pada waktu dia main roullete dan jackpot. Jadi rupanya selama kurun waktu kira-kira 16 tahun hidupnya tidak berubah, masih seperti yang dahulu, hidup yang hampa dan gersang, hatinya bagaikan gurun yang tandus yang tidak pernah tersirami,  dia tidak pernah merasakan hatinya gembira, oleh karenanya dia sering sakit-sakitan. Bukankah Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Amsal 17:22)

 

Saya jadi teringat kejadian 16 tahun yang lalu ketika kami berdua ikut east coast tour. Pada tahun 1996 saya dan teman saya ini mendapat tugas di Branch Office perusahaan kami yang terletak di Los Angeles.  Untuk menyelesaikan tugas tersebut kami berdua diberi waktu selama  seminggu plus dua hari sabtu dan dua hari minggu, jadi total-total jumlahnya 9 hari. Kami berangkat pada hari Jum’at sore dan sampai di Los Angeles hari Jum’at yang sama tapi pada malam hari. Kami berdua sudah mengerti permasalahannya dan kami bertekad untuk menyelesaikan pekerjaan kami dalam waktu secepatnya, sehingga sisa waktu yang tersisa dapat kami pergunakan untuk mengikuti east coast tour. Pada hari Sabtu dan Minggu yang seharusnya kami belum bekerja, kami sudah mulai mengebut menyelesaikan pekerjaan, mulai dari pagi hari hingga malam. Kami bekerja ekstra keras selama 12 jam per hari, selama empat hari nonstop. Pada hari Selasa malam tugas tersebut telah selesai, begitu pula dengan report telah kami buat. Pada hari Selasa itu kami juga sudah membeli ticket pesawat dari Los Angeles ke New York dan ticket pulang dari kota Buffalo ke Los Angeles dan juga ticket east coast tour untuk  hari Rabu, start from Newark Airport New York. Hari Rabu pagi setelah beres-beres dan setelah sarapan pagi kami check out dari Hotel Crown Plaza, Torrence, kami langsung menuju ke airport. Dari Los Angeles kami naik American Airlines menuju New York setelah transit di kota Dallas Fort Worth. Penerbangan ini ditempuh dalam waktu 2 jam 30 menit. Kami transit di Airport Dallas pas tengah hari. Kemudian dari Dallas Fort Worth kami menuju New York  selama 2 jam 50 menit dan kami tiba di New York  masih pukul 15.20 waktu New York, karena waktu new York lebih cepat 3 jam dibandingkan Los Angeles. Di New York kami mendarat di Newark International Airport, airport ini pada tahun 2001 diganti menjadi Newark Liberty International Airport.

 

Sesampainya di Newark kami disambut oleh tour leader dengan white board kecil yang bertuliskan nama kami berdua dan tour leader memberitahukan bahwa tour group kami masih menunggu dua orang lagi yang akan segera mendarat dari Chicago. Kami menunggu di dalam minibus agak lama dan karena bosan kami berdua turun untuk merokok, pada waktu itu saya masih merokok kretek filter. sekarang sudah tidak lagi dong…, udah insyaf. Sedang asyiknya kami merokok di tengah udara dingin yang datang dari samudra Atlantic, tiba-tiba ada seorang kulit hitam yang menghampiri kami dan seraya berkata: ”Hmmn…, smell so good…, may I try…?” “O sure.., here it is…, this is Clove Cigarette from Indonesia”, kata saya.  “Hmmn…, very good”, Thank you very much”, sambil melambaikan tangan, tapi kemudian balik lagi dan “If you don’t mind, may I have one more”, sambil tertawa, Thanks  a lot…, have a nice days…, bye…bye… Tak lama kemudian tour group kami telah komplit dan kami segera berangkat  dan trip pertama adalah ke Chinatown di New York City.

Chinatown di New York adalah Chinatown terbesar  di America Serikat yang terletak di sisi timur Manhattan. Kami di beri waktu 2 jam penuh untuk berkeliling dan belanja di Chinatown, tepat pukul 18.00 kami harus kumpul untuk check in ke hotel. Sayangnya kami tidak ingat nama hotelnya. Keesokan harinya yaitu hari kamis pagi kami mengikuti New York City Tour, meliputi Manhattan, Walls Street, Trinity Church, Rockefeller Bank, United Nation Headquarters (Markas Besar PBB), World Trade Center dan Patung Liberty di Liberty Island. Di World Trade Center kami hanya diperbolehkan untuk masuk ke gedung WTC No. 2 atau yang sering disebut menara selatan, menara selatan lebih diperuntukan untuk para tourist, sedangkan di menara utara diperuntukan untuk office, di mana di top floor gedung terdapat berbagai antenna, pemancar dan perangkat telex. Dari Gedung WTC ini kami dapat memandang sekeliling kota New York. Manhattan Bridge dan Brooklyn Bridge terletak di sebelah kanan bawah gedung, sedangkan patung Liberty ada di sebelah kiri bawah gedung. Setelah sight-seeing seharian di New York, kami kembali ke hotel.

Hari Jum’at pagi kami check out dari hotel dan menuju ke kota Washington DC untuk melihat Capitol, Gedung Putih dan Museum Smithsonian di Washington DC dan setelah itu kami menuju ke Atlantic City, sebuah kawasan judi yang terletak di pinggir laut yang biasa disebut broadwalk (broadwalk is a wooden walkway for pedestrians along the beach) dan kemudian kami bermalam di Atlantic City.

Sabtu pagi jam 07.00 kami sudah sarapan pagi dan segera berangkat ke kota Buffalo menuju ke air terjun Niagara. Perjalanan ke kota Buffalo dilakukan melalui darat dengan sebuah super bus yang sangat nyaman dan memakan waktu kira-kira 8 jam. Untungnya waktu di Buffalo 2 jam lebih cepat dari Atlantic City, sehingga walaupun 8 jam waktu kami habis di dalam perjalanan tersebut, kami bisa sampai di Niagara pukul 15.00. Di dalam perjalanan itu kami istirahat sejenak di Shanendoah Cavern di Negara bagian Virginia, yaitu sebuah gua bawah tanah yang di dalam terdapat stalactite yang sangat indah. 

Dari Shanendoah kami melanjutkan perjalanan kembali selama lebih kurang 4 jam untuk sampai di Niagara. Niagara adalah sebuah air terjun yang terbesar di dunia, bukan yang tertinggi lho…, yang berada di perbatasan internasional antara negara Amerika Serikat dengan Negara Canada.  Air terjun Niagara berjarak sekitar 27 km sebelah barat laut dari kota Buffalo. Langit di Niagara pada waktu cukup cerah, ada sedikit sinar matahari namun suhu udara tetap dingin yaitu sekitar 7 derajat Celsius. Di salah satu sisi lembahnya sudah terlihat salju, walaupun hanya sebagian sebagian saja, karena waktu itu sudah mendekati winter. Kami segara memasuki sebuah bangunan yang kalau nggak salah namanya adalah Prospect Point Park Observation Tower dan di bawah bangunan itu terdapat sebuah dermaga dan terlihat ada antrian yang tidak terlalu panjang untuk naik ke kapal. Kapalnya adalah seperti kapal pesiar, di mana di bagian geladaknya sengaja dibuat terbuka, agar pengunjung dapat merasakan dinginnya air Niagara yang berasal dari danau Ontario dan bagaimana lembutnya kabut yang berasal dari air terjun tersebut. Kapal mulai bergerak menyusuri tebing wilayah Amerika Serikat, sekitar 10 menit kami sudah berada kira-kira seratus meter dari air terjun tersebut, tanpa kami sadari kaos kami sudah basah semuanya, kami kedinginan tapi semuanya kelihatan senang dan gembira. Rasanya di sinilah nafas yang paling segar yang pernah saya hirup…., swear.  Kapal mengitari lekukan air terjun Niagara dan menyusuri tebing tinggi di sebelah kiri yang merupakan wilayah Negara Canada, dan dikejauhan terlihat menara Toronto menjulang tinggi. Setelah dari Niagara, sore itu kami langsung dibawa ke Buffalo Airport untuk kembali ke Los Angeles melalui Chicago dan lanjut ke Jakarta keesokan harinya. Hmmnn…, ini adalah penjalanan yang sangat panjang tapi menyenangkan, membuat hati gembira yang merupakan obat yang manjur. Believe it…, hati yang gembira adalah obat, semangat yang patah hanya akan mengeringkan tulang.

(Maaf..., ternyata gambarnya nggak bisa di upload)

siska90's picture

Wah, sayang banget

Wah, sayang banget fotonya tidak ada!Frown