Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

HIDUPKU KEMBALI

iik j's picture


Kulangkahkan kaki keluar dari Gedung Artha Graha di Sudirman. Mataku kembali kagum melihat bangunan mewah di hadapanku, meskipun aku melihatnya setiap hari. Orang-orang berpakaian rapi, tampan dan cantik tampak berseliweran keluar masuk di
dalamnya, mobil-mobil mewah tampak berjajar rapi mengantri. Angin berhembus pelan, dengan langkah ringan kulangkahkan kaki meninggalkannya, kualihkan pandangkanku pada bunga-bunga sepanjang trotoar yang tertata rapi.

Ini Jakarta yang berbeda, pikirku.
Khusus kawasan di sini semua tertata rapi, dan elok dipandang mata, apalagi gedung yang baru kulewati itu, mobil dengan plat nomor RI 1 seringkali tampak tergesa memasukinya. Aku diliputi sensasi perasaan aneh yang melingkupi segenap perasaanku. Campuran antara takut, khawatir, geram, dan amarah tiba-tiba tercampur aduk tak tentu.


“Yeaaaahhhhh.....” teriakku mencoba membebaskan jiwaku dari suatu perasaan besar yang menghimpitnya


Aku tak pedulikan tatapan mata heran orang-orang kebetulan lewat di dekatku. Aku,berharap ini terakhir kalinya aku ditugaskan di tempat yang tidak kusukai ini.Aku berharap, dan sangat berharap aku tak bertemu lagi dengan kemunafikan, permainan perasaan, permainan hati, permainan moral, permainan etika, bahkan permainan Firman Tuhan. Dengan segenap kesungguhan hati aku berharap, ini yang terakhir kalinya aku bertemu mereka.


Diatas Bus Transjakarta yang mengantarku ke terminal Dukuh Atas, lewatlah Kopaja dan truk-truk yang ditumpangi mahasiswa dengan seragam almamater beraneka warna yang dengan segala atribut dan kehebohannya berteriak-teriak,mengacung-acungkan tangan. Inilah Jakarta dengan sisi lainnya, pikirku lagi. Teriakan demi teriakan terdengar, tetapi aku sungguh tak tahu apakah teriakan itu benar-benar akan terdengar sampai di gedung-gedung mewah itu, sungguh aku tak tahu. Karena aku. Ya, aku sendiri yang entah karena kebetulan atau tidak berada diantara mereka yang disebut politikus
pejuang ideologi itu tidak pernah mendengar mereka memperbicangkan aspirasi, bahasa halus dari teriakan para mahasiswa itu.


Diatas jembatan panjang jembatan Busway Dukuh Atas di Jalan Sudirman, aku sempatkan berhenti dan mataku menatap punggung patung Jenderal Sudirman yang berdiri tegap. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya, sama sekali. Entah mengapa, hari
ini nuraniku diliputi perasaan melankolis.


Aku kembali berdesak-desakan di Bus Tranjakarta yang mengantarku ke arah Pulogadung. Bercampur dengan aneka wajah, tampilan, bahkan aroma, makin membangkitkan sensasi yang tak kumengerti dalam nuraniku. Orang-orang di sekelilingku hanya diam, tanpa suara, asyik dengan musik yang menempel pada telinga, bahkan beberapa orang menatap jalan tanpa ekspresi. Ini Jakarta yang lain lagi... Berbulan-bulan aku telah terdampar di kota ini, dan pemandangan ini yang setiap hari kutemui. Aku tak bisa, masih tak bisa menyesuaikan urat syarafku dengan nadi kota ini. Aku masih sering tak tahan
menerima tatapan mata dingin, tanpa ekspresi. Ah...


Terminal Pulogadung di sore hari, bukan tempat yang indah menawan, semua orangse-Jakarta tahu itu. Aroma pesing bercampur dengan debu, bising suara knalpot yang menderu, ditimpali dengan teriakan kernet-kernet. Genangan air, tumpukan sampah di pojokan, bercampur dengan nyanyian sumbang pengamen kecil yang sedang berdiri di dekatnya. Ini Jakarta yang berbeda lagi... Aku langkahkan kaki menaiki angkutan kota yang akan membawaku menyusuri kali menghitam di sepanjang jalan menuju ke ujung gang tempat tinggalku. Aku hampir-hampir terbiasa
dengan semua pemandangan yang kutemui ini. Tetapi hari ini nuraniku terasa berbeda dengan yang biasanya.


Ahh... akhirnya aku sampai di rumah tempat aku tinggal. Setelah mandi sebersih-bersihnya aku terbengong-bengong di ruang tengah rumah ini.


“Aku harus segera meninggalkan semua ini! Semua!! Ya, semuanya secepat mungkin! Aku tak ditakdirkan untuk hidup dengan semua ini. Tidak!!” kataku


Aku,semula satu orang yang biasa, terdampar di lautan politikus Jakarta ini beberapa bulan lalu saat ditugaskan oleh pimpinan tempat aku bekerja. Aku, yang semula buta politik, tiba-tiba harus melewati hari-hariku dengan mendengarkan agenda demi agenda, pembicaraan demi pembicaraan, rapat demi rapat, yang semuanya hanya membahas akal bulus lawan, strategi menang atas serangan musuh, dan hidden-hidden agenda. Aku tak tahan lagi!!


Aku tahu, bukan Jakarta-nya yang membuatjiwaku mengempis. Bukan, tetapi denyut nadi kehidupan yang berbeda inilah yang begitu menekanku. Tak ada masalah dengan semua hal jasmani yang kuterima, aku mampu beradaptasi dengan semuanya. Tetapi tekanan rohani ini begitu berat menghimpitku. Jiwaku tak pernah mau terbiasa dengan ucapan-ucapan munafik yang dibicarakan, jiwaku memberontak mendengar firman-firman yang tanpa realita.


Hatiku,hidupku, perlahan namun pasti mengering. Pijarku, memudar nyalanya. Aku, tak akan bertahan!Jika lima bulan lalu, jasmaniku hampir melayang karena semua tekanan itu, maka aku tak mau kali ini Roh yang kumiliki, dicabutNya!!


2 Minggu kemudian. Aku telah kembali ke Semarang! Dan petualanganku kembali dimulai!!


“I,ayo jalan lagi... “ kata Riana


“Ya!”sahutku


“Lihat 2 cewek disana! Mungkin kita bisa ajak mereka kenalan!”


Kami berkenalan dengan mereka. Jalan panjangpun harus kami lewati untuk pemberitaan keselamatan sampai kepada mereka, dan beberapa orang yang lain lagi.


“Hidupku kosong, tanpa tujuan. Aku tak tahu kemana aku harus melangkah. Selama ini, tak ada yang mengatakan tentang pertobatan dan kelahiran kembali padaku. Tak ada,sungguh aku tahu sekarang kalau aku membutuhkan Yesus Kristus di hidupku” jawab Venna


“Ah... bullshit, bullshit...!! semua yang kalian katakan itu bohong semua. Kekristenan yang aku tahu selama ini adalah percampuran antara kebohongan dan kemunafikan. Orang-orang
di sekitarku yang sibuk pelayanan nyatanya hidupnya jauh dari Firman yang mereka bicarakan. Apalagi kalian? Aku tak mau mempercayai kalian” kata Devi


“Aku mau mengikut Kristus, tetapi aku cinta dia, laki-laki pembohong yang selalu mengambil uangku itu. Aku tak siap mengikut Tuhan! Aku tak siap meninggalkan orang yang kucintai itu! Jangan hubungi aku lagi, nanti aku yang akan menghubungi kalian...” sahut Lucky sambil berurai air mata


“I,tolong aku... I... aku... aku sebenarnya tak mau lagi menjadi banci, tetapi hasrat ini begitu besar... aku... aku takut masuk neraka... aku takut tak diterima oleh Yesus Kristusmu, tetapi aku tak mau melepaskan rasa kewanitaanku
ini... Kamu telah mendorongku, menasehatiku berbulan bulan... kau tak pernah putus asa... meski aku sendiri hampir menyerah... I, bahkan aku sekarang malah memakai baju istriku tanpa setahu dia. I, katakan padaku masih adakah kesempatan
bagiku? Apakah kalau aku tetap banci akan bisa masuk surga... I?” tanya Donny dengan wajah penuh air mata dan bibir bergetar


“Bantulah aku melepaskan semua kepahitan ini. Aku tak tahan. Aku mau hidupku terbebas...” kata Desi pelan sambil menunduk


Pk.09.30 WIB. Aku melangkahkan kaki keluar rumah menuju ke kantor. Aku kembali bekerja di kantor sederhana, dangan gaji sederhana pula. Aku pandang langit yang berwarna biru cerah diatas kepalaku. Satu pesawat nampak melintas diatas sana. Hari ini, di waktu yang sama pula, 2 bulan yang lalu aku melintas di atas langit Semarang untuk pulang ke kota ini.


Hatiku begitu gundah gulana waktu itu. Sisi lain hatiku menolak meninggalkan sejumlah besar uang yang akan tetap kuterima kalau aku tetap di Jakarta. Karier yang menanjak cepat, kehormatan, kemudahan, telah ditawarkan padaku. Aku akan melewati krisis ekonomi ini dengan kantong penuh uang. Namun, sisi lain hatiku bergejolak tak menentu, menentang setiap kemunafikan yang setiap waktu bergelinjang di depan mataku. Permainan demi permainan hati melukaiku setiap
waktu.


Aku kembali menyusuri jalan panjang panggilan ini. Bertemu setiap orang, menyentuh setiap hati. Venna, Devi, Donny, Lucky, Desi, hanya beberapa orang diantaranya. Meskipun aku ingin melangkah menggapai tawaran dunia yang lebih tinggi, aku memilih menghidupi kembali panggilan ini.


Memberitakan kembali berita Injil pertobatan dan kelahiran kembali, ternyata itu yang kucari...meski tak semua menerimanya, namun membuatku hidup lagi. Menyentuh tangan yang basah oleh air mata, menatap mulut yang bergetar ketakutan akan penghakiman,menatap mata yang memohon belas kasihan, menjadikan kekuatan hdiupku kembali...


Hatiku kembali basah, kembali memancarkan aliran air kehidupan... Pijar nyala apiku kembali!! Aku kembali!!


“Yeaaaaahhhhh!!!!” kuteriakkan kembali kata itu, kali ini dengan senyum lebar yang kutebarkan pada setiap orang yang menatapku heran


Tetapi kali ini berbeda!! Aku lepaskan sukacita, aku lepaskan teriakan itu dengan menatap langit sambil tersenyum.


HIDUPKU KEMBALI!! DAN HARGANYA LEBIH DARI SEMUA KEHIDUPAN LAIN YANG BISA KUHIDUPI

Ari_Thok's picture

Welcome Back

Welcome Back Ik .. tetap semangat!! Semoga pengalaman di Jakarta justru menambah semangat untuk lebih lagi menjadi garam dan terang dunia. :)

*yuk comment jangan hanya ngeblog*


*yuk ngeblog jangan hanya comment*

 

__________________

*yuk komen jangan cuma ngeblog*


*yuk ngeblog jangan cuma komen*

mujizat's picture

Kasus Banci dan Lesbi

Banyak orang merasa takjub, dan terus mengikuti Yesus, ketika mereka menyaksikan perbuatan-perbuatan ajaib, tanda-tanda, mujizat-mujizat yang Yesus kerjakan. Namun ketika Yesus berbicara soal "makanan keras", bahwa Dia adalah Roti Hidup yang turun dari Surga, maka mulailah orang-orang mengundurkan diri dari Yesus.

Serupa dengan itu adalah kasus lesbi, banci, homoseks.

Dalam kasus penyimpangan perilaku seperti ini, dunia medis kebanyakan angkat tangan, kecuali menganjurkan untuk operasi ganti kelamin.

Dari kalangan rohaniwan, kebanyakan hanya menganjurkan, menasihati, bla bla bla, bahwa banci, lesbi, homo, itu semua dosa, tetapi tidak memberikan solusinya.

Namun sebenarnya terapi secara roh bisa dilakukan, dan sangat menjanjikan. Hanya saja, ini soal "makanan keras", bisa dianggap "ajaran sesat".

Butuh uraian panjang untuk menjelaskan solusi ini.

Gbu - mujizat

__________________

 Tani Desa

hai hai's picture

Mujizat, Berilah Komentar Pada Blog Yang TEPAT

Mujizat, kenapa anda tidak memberi komentar di blog yang tepat? Supaya dapat dikomentari dengan tepat pula? 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

iik j's picture

Terima kasih buat komentarnya @Mujizat & @hai hai

Thanks buat komentarnya @mujizat Thanks juga @hai hai... Blog saya tidak membahas pandangan tentang lesbi, banci, homoseks dari sudut manapun. Maaf, saya tidak mempunyai kapasitas yang cukup baik dan tepat untuk membahasnya. Mungkin banyak saudara lain di SS, malah lebih tepat untuk membahas dan mempunyai banyak pengetahuan mengenai hal tersebut. Saya hanya membagikan tentang cerita antara saya dengan teman2 saya yang seperti itu. Itupun saya bertindak bukan sebagai rohaniwan, ataupun psikolog, tetapi sebagai sahabat bagi mereka. Saya juga sama sekali tidak menghakimi mereka. mereka telah memiliki banyak pertanyaan dan penuduhan dalam diri mereka, dan karena itulah mereka bertanya pada saya. Saya hanya bukakan banyak hal tentang pengertian Firman Tuhan tentang hal ini sebagai seorang teman. Persis seperti yang 'Mujizat' katakan, panjaaaaaaaang sekali dan butuh waktu berbulan-bulan untuk menuntun mereka kepada pengertian akan kebenaran yang melepaskan dan membebaskan. Itulah salah satu dari mujizat luar biasa yang saya lihat, ketika akhirnya mereka bisa diubahkan secara luar biasa oleh TUHAN, dan dilepaskan dari semua itu. OUR GOD IS AWESOME GOD! Thanks