Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kasih Karunia dan Perbuatan---Suatu Misteri Relasi keselamatan

Vantillian's picture

Blog ini akan membahas secara singkat suatu misteri relasi antara karunia dan perbuatan. Inti blog ini sudah pernah saya tulis sebagai komentar di SS ataupun di ICN. Hidup orang Kristen adalah anugerah. Kita mustahil mampu bertahan di dunia tanpa anugerah dari Allah. Apakah anugerah Allah hanya akan membuat kita menjadi pasif? Ataukah kasih karunia Allah bertentangan dengan semua usaha kita? Bagaimana seharusnya kita memandang hal ini?

Keselamatan adalah anugerah

Pertama, kita harus jelas mengerti bahwa ketika kita diselamatkan, maka itu adalah karunia Allah. Mencampuradukkan antara perbuatan dan karunia akan membuat kabur bahkan menyimpang dari kebenaran Firman. Banyak yang terjebak dalam usahanya mencoba menyelaraskan antara karunia sebagai kedaulatan Allah dengan iman sebagai tindakan manusia. Apakah keselamatan terjadi karena tindakan iman manusia secara aktif? Ataukah keselamatan terjadi karena adanya usaha respon manusia untuk percaya?

Sekali lagi kita berhadapan dengan dua aliran besar yaitu Armenianisme dan Calvinisme. Keduanya jelas mengajarkan keselamatan adalah anugerah Allah. Namun, keduanya juga berbeda dalam penekanan pada tindakan manusia untuk percaya. Armenian percaya bahwa iman adalah tindakan manusia atau tanggung jawab manusia untuk percaya. Tanpa iman dari manusia, tidak ada keselamatan yang terjadi.

Sedangkan Calvinisme percaya bahwa iman adalah karunia dari Allah. Tanpa dikaruniakan, manusia tidak dapat beriman. Manusia memang adalah subjek yang beriman, tetapi subjek tersebut harus menerima karunia iman, jadi bukan sebagai tanggung jawab yang terlepas dari karunia. Meskipun demikian, keduanya TIDAK mengajarkan bahwa keselamatan terjadi karena usaha dan perbuatan manusia.

Berbagai contoh dan analogi diberikan sudah tidak terjadi salah paham dalam konsep yang penting ini. Jika keselamatan adalah anugerah, maka apakah iman itu? Semua analogi tentu terbatas dalam menjelaskan, tetapi analogi yang baik tentu menjelaskan dengan tepat. Salah menggunakan analogi, maka konsep pemahaman juga bisa berbeda dan menyesatkan. Hal ini terjadi ketika saya membaca diskusi antara Adrina, murid Budi Asali dengan Mamania, seorang user di SS. Penggunaan analogi oleh Adrina ketika menjelaskan hubungan anugerah-iman-usaha bukan saja menggelikan, tetapi menyesatkan karena melawan analogi Paulus. Inilah pernyataannya :

Adrina : Mama nia anda seorang manusia atau Allah? Kalau anda seorang manusia, lalu mengapa tak mau meninjau sesuatu dari sisi manusia itu sendiri?

Contoh: Allah sudah menetapkan rejeki seseorang karena Dia sumber berkat itu, lalu apakah berarti karena Allah sumber berkat lalu anda tak mau bekerja untuk mendapatkan uang?

Kalau anda tak mau tinjau dari sisi manusia, coba anda tak usah bekerja, apa bisa dapat duit? Apa anda bisa membiayai kehidupan anda?

Sekarang kembali pada persoalan keselamatan. Anda tak mau tinjau dari sisi manusia, saya TANTANG anda untuk jangan percaya pada Yesus, apa anda bisa yakin bahwa anda akan selamat?

Bukankah iman / percaya adalah syarat / tanggung jawab yang harus dilakukan oleh manusia supaya selamat?

Syarat untuk mendapatkan gaji/uang, adalah dengan bekerja. Syarat untuk mendapatkan keselamatan adalah dengan beriman. Sungguh suatu analogi yang tepat sekaligus melawan kebenaran analogi yang diajukan Paulus di bawah ini :

Roma 4:4 Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.

Roma 4:5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.

Paulus JUSTRU memakai contoh BEKERJA sebagai lawan dari iman, sedangkan Adrina menyamakan bekerja dengan iman sebagai syarat respon manusia. Bekerja akan mendapatkan hak, sedangkan percaya akan mendapatkan hadiah. Iman tidak bisa dianalogikan dengan perbuatan kerja. Inilah suatu contoh bahwa murid Budi Asali tidak memahami konsep iman yang menyelamatkan dari Alkitab. Bahkan contoh yang dipakai BERTENTANGAN dengan contoh yang dipakai Paulus. Ironisnya sang murid Budi Asali memakai contoh yang sama dengan yang dipakai Paulus, yaitu iman-bekerja. Tetapi kesimpulannya sangat bertolak belakang. Sungguh pemahaman yang paling bego dan memalukan sekaligus melawan Alkitab terang-terangan. Itulah mengapa pemahaman keselamatan dari konsep reformed Budi Asali sangat mengenaskan.

Relasi Karunia dan Perbuatan

Kalau kita diselamatkan hanya oleh karunia, apakah itu berarti perbuatan kita tidak ada gunanya? Benar. Bukankah itu berarti kita kemudian bisa berbuat seenaknya? Itulah yang diungkapkan oleh Paulus :

Roma 6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?

Roma 6:2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?

Orang percaya yang menggunakan karunia untuk berbuat dosa, adalah orang yang tidak mengerti mengapa dia diselamatkan. Bahkan mungkin dia harus diperingatkan akan bahaya dimana ada kemungkinan dia belum menerima karunia dari Allah. Bermain-main dengan dosa supaya semakin bertambah karunia adalah suatu kesalahan dalam mengerti relasi karunia dan perbuatan. Karena itulah, dalam pelayanannya, Paulus menuliskan :

II Korintus 6:1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

Paulus selalu berusaha agar kasih karunia yang telah diterimanya tidak sia-sia, tetapi berusaha terus dalam kehidupannya supaya kasih karunia Allah menjadi nyata. Karena itulah Paulus menderita, berani menghadapi bahaya, mengabarkan Injil tanpa lelah, menghadapi berbagai macam bahaya, bahkan bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya.

Salah satu ayat favorit saya adalah perkataan Paulus dalam ayat berikut :

I Korintus 15:10 Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

Inilah ayat yang luar biasa melukiskan relasi antara karunia dengan perbuatan. Inilah konsep yang seharusnya ada dalam kehidupan orang percaya. Paulus sangat menyadari bahwa dia ada sebagaimana dia ada karena kasih karunia. Namun kesadaran itulah yang justru tidak membuat dia berleha-leha, tetapi lebih berusaha kuat dan bekerja lebih keras dibanding dengan orang lain. Membaca kisah Paulus, kita mungkin tidak akan memungkirinya, bahwa Paulus adalah seorang yang gila bekerja bagi Allah.

Tetapi, apakah Paulus berhenti sampai disitu? Apakah Paulus berhenti pada titik bekerja ataupun usahanya yang keras itu? Tidak, pemahaman ini berlanjut kepada titik awal sekaligus titik akhir dimana Paulus berpijak, yaitu kasih karunia. Paulus menyadari bahwa semua kerja kerasnya adalah karena Allah yang menyertainya. Inilah relasi karunia dan perbuatan/usaha yang sangat prinsipil. Jadi, masih bisakah kita mengatakan bahwa ketika seseorang menerima anugerah dari Allah, maka dia boleh sembarangan hidup?

Ketika kita berada di dalam karunia Allah, maka kita akan sadar bahwa karunia dari Allah akan mengakibatkan kita berusaha, usaha kita akan menghasilkan kesadaran bahwa semuanya adalah karunia.

Filipi 2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,

Kita harus mengerjakan keselamatan yang telah kita peroleh. Kita harus bertekun. Kita harus waspada dan bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Kita harus berjuang sampai pada akhirnya. Bukankah dengan demikian maka proses keselamatan adalah USAHA manusia? Kita tidak menyangkal bahwa dalam proses pengudusan yang dijalani oleh orang percaya, melibatkan tindakan dan perbuatan kita. Tetapi berhenti sampai disini akan menimbulkan suatu kesalahpahaman yang besar dalam mengerti konsep anugerah yang memampukan kita. Paulus melanjutkan dengan ayat berikutnya yang melengkapi pemahaman yang benar mengenai kehidupan orang percaya

Filipi 2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Kita harus berusaha hidup kudus. Kita harus berusaha hidup benar. Kita harus berusaha hidup dalam kasih kepada sesama. Kita harus berusaha melakukan kehendakNya. Tetapi setelah usaha kita semuanya, kita harus kembali kepada anugerah. Bukan saya yang mampu melakukannya, namun Allah yang mengerjakannya. Sungguh suatu konsep relasi yang sangat misterius tentang bagaimana kerja anugerah Allah dalam kehidupan orang percaya.

Orang yang dibenarkan akan mengerti dasar pembenarannya adalah anugerah. Orang benar tidak akan pernah mengganggap sia-sia anugerah, sehingga ia bekerja lebih keras dan hidup lebih berusaha. Segala usahanya akhirnya disadari adalah berasal dari anugerah Allah di dalam dirinya yang memampukan dirinya.

Paulus berkata tentang pelayananya bahwa “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.” ( II Korintus 3:5 )

Inilah relasi anugerah dan usaha. Relasi antara karunia dan perbuatan. Relasi yang sangat misterius. Ketika seseorang makin memahami anugerah, maka dia akan semakin berusaha mendekatkan diri kepada anugerah. Semakin dia mendekatkan diri kepada anugerah, semakin dia sadar bahwa itu semuanya adalah anugerah. Sangat mengherankan. Itulah yang disebut bermegah diri dalam anugerah Allah.

Karena itulah nasehat penulis Ibrani sangat penting kita renungkan : Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. ( Ibrani 12:15)

Kasih karunia Allah akan menyadarkan kita untuk selalu bergantung kepadaNya, membuat kita semakin kuat dalam menghadapi tantangan hidup, menjadikan kita berani menghadapi hidup, dan pada akhirnya akan membawa kita kembali kepada anugerahNya.

Kasih karunia Allah yang menyadarkan bahwa sebagai orang Kristen, kita bertanggung jawab atas semua kehidupan kita. Kita harus bekerja lebih keras. Kita harus menjadi pekerja yang lebih rajin. Kita harus mengajar lebih serius. Kita harus mencari nafkah untuk biaya hidup. Kita harus rajin dan tidak bermalas-malasan. Kita harus jujur dan bisa dipercaya. Kita harus belajar dan belajar terus tanpa berhenti. Kita harus menjalankan misi terus menerus tanpa lelah. Kita harus mengasihi dan membantu yang membutuhkan tanpa bersungut-sungut. Apapun yang ada di tangan kita sekarang, kita harus mengerjakan sekuat tenaga kita.

Ketika semuanya kita kerjakan dengan usaha keras kita, maka kita harus berhenti BUKAN pada usaha kita sendiri, namun kita harus KEMBALI dan berhenti di titik awal dimana kita berdiri, yaitu KASIH KARUNIA. Inilah relasi yang terjadi dalam diri orang percaya. Mengherankan, namun itu terjadi. Suatu relasi mistis antara Roh Allah dengan pribadi orang percaya. Relasi dimana kita akan dikuatkan, dihibur, dipaksa, sampai pada akhirnya dimuliakan. Mungkin setelah kita memahami relasi ini, kita akan memahami mengapa Yakobus menuliskan ayat di bawah ini :

Yakobus 2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Yakobus 2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

 
bintang seven's picture

super vantilan

setelah byk ketemu orang dengan byk aliran gereja kayaknya blok super van til ini ngingetin gw dg kata2 berikut ini: bidat yg paling hebat di jaman ini adalah yg mencampurkan kata perbuatan / usaha manusia dlm proses keselamatan....

orng2 yg mengagung2kan perbuatan nya mpy andil dlm karya keselamatan adalah orang yg tidak mengerti injil!....orang yg tidak melepaskan kata perbuatan dlm karya penebusan sebaliknya spt vantil yg mengatakan semua krn Anugerah Allah adalah bidat yg paling byk dizaman ini!

Keselamatan hanyalah anugerah Allah, sedangkan bidat bloon mengatakan keselamatan adalah anugerah Allah plus tindakan manusia!

bgmna kita tau Allah sedang bekerja di dalam kita? dg mengatakan hidupku tak sama lagi apa yg dahulu tak mampu kukerjakan kini aku dpt melakukannya! apakah itu? Mencintai Kristus Yesus...amin!

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.

__________________

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.

Vantillian's picture

B7, Kristen Legalis...

Benar, sdr bintang seven...Memang banyak ajaran yang menyimpang dari Firman, termasuk banyak aliran sesat. Tetapi kesesatan yang "tersembunyi" adalah lebih berbahaya. Itulah mengapa Paulus sangat melawan semua kesesatan yang seakan-akan membela Injil, namun mengabarkan injil lain. Paulus sangat tegas mengajarkan bahwa kebenaran Injil dan taurat berbeda. Apakah jemaat di roma dan galatia tidak percaya Injil? Saya yakin mereka percaya. Tetapi mereka terjebak untuk menambahkan SYARAT supaya bisa diterima oleh Allah. Mereka terjebak menambahkan TANGGUNG JAWAB kepada Injil supaya bisa diselamatkan. Inilah yang terjadi pada golongan Armenian berbulu reformed Farisi dari Budi Asali dan murid-muridnya di SS ini.

Ironis, mengajarkan Sola Fide, tetapi sola fide harus didasari atas : SOLA TORAH, SOLA TANGGUNG JAWAB. Jika kita membaca surat Roma dan khususnya Galatia, bukankah ini yang sangat dilawan bahkan dikutuk Paulus? Injil lain adalah Injil PLUS. Injil yang membuat SYARAT supaya bisa diterima oleh Allah. Injil yang memuat TANGGUNG JAWAB manusia supaya bisa diselamatkan. Injil inilah yang diajarkan oleh Budi Asali dan murid-murid begonya. Jika kita bandingkan ajaran kaum Legalis ini, maka jelas nyata bahwa mereka melawan ayat Firman secara GAMBLANG. Itupun mereka masih mencari pembenaran diri dengan mengemukakan alasan KONTEKS dan TAfsiran ala Togel. Ditambah dengan apologetika mereka payah dan memalukan. Maka lengkaplah semua kesesatan mereka.

Menuduh yang lain sesat, tetapi justru sendiri terbukti sesat. Saya tidak menyangka ada golongan Kristen Legalis yang muncul di Indonesia, apalagi dr golongan yang mengklaim reformed. Reformed Farisi adalah sebutan yang paling cocok untuk mereka. Semoga mereka semakin mengeraskan hati sehingga mengikuti jalan orang israel untuk merespon kepada Taurat.