Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kehidupan kita menggenapi firmanNya

Sri Libe Suryapusoro's picture

“supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya.” Matius 4:14

Kehidupan Yesus merupakan penggenapan Firman yang sudah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya. Baik sesuatu yang baik seperti lahir dari anak dara, atau sesuatu yang buruk bahwa dia akan mati disalib. KehidupanNya ada untuk menggenapi setiap Firman. Apapun yang Dia lakukan tujuannya satu, menggenapi Firman.

Kalau kita lihat konteks ayat ini, sebenarnya saat itu Yesus mendengar bahwa Yohanes pembabtis ditangkap. Lalu Yesus menyingkir dari Galiea. Sepertinya Dia sedang melarikan diri, bersembunyi karena tempat dia tinggal sudah tidak aman lagi. Keadaan sangat tidak menguntungkan Yesus, siapa yang tidak terancam jika atasannya diancam? Bukankah jika suatu saat presiden kita ditangkap oleh pasukan Amerika maka kita semua akan mengalami ketakutan? Tetapi hal yang dalam hal buruk sekalipun Yesus masih tetap menggenapi FirmanNya. Bahkan kalau kita pelajari lebih lanjut, dalam keadaan terncam pun Dia tetap menggenapi FirmanNya.

Firman yang dimaksud dalam ayat ini memang sebuah nubuatan. Sesuatu yang sudah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya. Sesuatu yang sudah dipikirkan Allah tentang Yesus. Allah sudah memikirkan apa yang akan terjadi di dalam diri Yesus sebelum Dia sendiri turun ke bumi. Dari proses lahir sampai kematian Allah sudah memikirkannya.

Ketika saya merenungkan hal ini saya menanyakan kepada diri saya sendiri, apakah itu hanya terjadi pada diri Yesus? Bukankah hidup saya juga merupakan penggenapan FirmanNya? Tentu bukan firman tentang menyelamatkan manusia seperti Yesus. Tetapi apa yang sudah dipikirkan Allah tentang diri saya jauh sebelum saya lahir. Bukankah Allah sendiri sudah menubuatkan tentang anak-anakNya?

Pemahaman ini membuat saya menyadari bahwa apapun yang saya lakukan seharusnya merupakan penggenapan akan apa yang dipikirkan Allah sebelumnya. Saya tidak bisa melakukannya sendiri. Saya tidak boleh bertindak tanpa memikirkan apa yang telah Tuhan pikirkan tentang diri saya. Saya tidak boleh egois untuk kesenangan diri saya sendiri. Apakah saya akan tinggal di Bandung, atau meninggalkan kota ini, itu semua merupakan penggenapan dari apa yang Allah pikirkan. Seharusnya demikian.

Ini juga membawa saya ke pemahaman, apapun yang terjadi pada diri saya, apakah itu hal yang buruk atau baik, selama itu bukan dari dosa saya maka itu semua sudah diperkenankan Tuhan sebagai cara supaya saya menggenapi firmanNya. Ini akan membuat saya tidak menyalahkan orang lain. Saya tidak menyerang orang lain karena sakit hati. Atau saya membalas dendam atas perlakukan buruk seseorang. Bukankah itu pula yang terjadi pada diri Yesus? Ketika Dia diperlakukan sangat buruk justru Dia mengatakan,”Ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dengan pemahaman bahwa hidup saya adalah menggenapi firmanNya maka seharusnya saya bisa melakukan hal yang sama. Saya bisa mengampuni siapa saja.

Yang jadi masalah bagaimana saya tahu apa yang telah Tuhan firmankan tentang saya? Saya tidak tahu sejak kapan Yesus tahu bahwa hidupNya adalah untuk menyelamatkan manusia. Tetapi tujuan akhir adalah menyelamatkan manusia dengan cara mati di kayu salib. Yang pertama yang perlu saya lakukan adalah apakah tujuan akhir dalam hidup saya. Mati di kayu salib? Saat ini yang pasti bukan itu. Apakah menjadi berkat buat bangsa-bangsa? Seperti itulah yang terjadi pada anak-anak Abraham dan saya adalah anak Abraham. Jadi pastilah saya harus menjadi berkat buat bangsa-bangsa.

Yang kedua, saya harus tahu dalam hal apa saya menjadi berkat dan bagaimana caranya. Ini proses sepanjang hidup untuk mengetahuinya. Setiap orang akan berbeda-beda. Mother Theresia, menjadi berkat melalui pelayanan ke orang-orang yang sangat miskin dan tidak diperhatikan. Marthin Luter King Jr, menjadi berkat untuk orang-orang kulit hitam yang diperlakukan sebagai ciptaan kelas dua. Araham Lincoln menjadi berkat dengan mempersatukan bangsa Amerika bagian utara dan selatan. Saat ini (sudah 3 tahun ini) saya menemukan bahwa saya menjadi berkat dengan memperlengkapi orang lain. Bagaimana dengan Anda?

Yang ketiga, mau membuka hati untuk hal-hal tertentu. Ada masalah yang bisa membuat kita sangat sedih dan kita tidak pernah berhenti memikirkannya. Apakah itu? Istri saya sangat sedih jika melihat orang-orang yang mempunyai kebutuhan kasih sayang dan tidak semua orang bisa melihat kebutuhan tersebut. Jika kita menutup diri maka lama kelamaan kita akan kebal dan telah kehilangan kepekaan. Jika sudah hilang kepekaan maka kita tidak mungkin lagi dapat membuka hati untuk menolong mereka, menjadi berkat buat mereka.

Yang keempat dan yang terpenting, memiliki hubungan dengan Allah supaya kita mengetahui langkah demi langkah. Sebenarnya sejak awal menetapkan tujuan akhir memang kita harus menanyakan kepada Tuhan. Tetapi itu harus terus dilakukan supaya kita mengetahui apa saja yang harus kita lakukan. Misalnya untuk diri saya yaitu membuat tulisan, membuat rekaman audio, membuat training jarak jauh, dsb. Ada beberapa hal yang mungkin saat ini harus ditinggalkan menuju ke hal baru maka saya pun harus melakukannya. Hidup kita adalah penggenapan firmanNya dan hanya Dia yang mengetahui secara lengkap oleh karena itu kuta harus memiliki hubungan dengan Dia.

NB: Yang saya sebut firman disini adalah nubuatan, seperti konteks ayat diatas.Bandung, 4 Januari 2007

__________________

Small thing,deep impact

John Adisubrata's picture

Sesuai Pengalaman

Dear Pak Sri,

Memang setiap orang akan selalu dibebani oleh Tuhan sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang pernah mereka alami atau gumulkan sebelumnya.

Orang-orang yang peka akan sesuatu hal yang dipercayakan oleh Roh Kudus di dalam hati mereka, biasanya ... oleh karena mereka pernah mengalaminya sendiri. Dan Tuhan ingin memakai mereka di bidang itu untuk menolong orang-orang lain yang memerlukannya!

Thanks untuk artikelnya.

Syalom,

John Adisubrata

erick's picture

Nice article

Tetapi hal yang dalam hal buruk sekalipun Yesus masih tetap menggenapi FirmanNya.

Kalimat ini benar, Amin.

Tetapi apa yang sudah dipikirkan Allah tentang diri saya jauh sebelum saya lahir. Bukankah Allah sendiri sudah menubuatkan tentang anak-anakNya?

Untuk mengetahui apa yang ALLAH kehendaki dari kehidupan kita, kita harus hidup didalamNya.

Hidup kita adalah penggenapan firmanNya dan hanya Dia yang mengetahui secara lengkap oleh karena itu kuta harus memiliki hubungan dengan Dia.

Makasih untuk artikel di awal tahun 2008..... Wink 

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)