Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kesucian

sandiputra's picture

"Kesucian" seorang beriman bukan untuk diperlihatkan kepada orang agar mendapat pujian atau agar mendapat penghormatan dari manusia, karena "Kesucian" itu akan terlihat oleh orang lain sekalipun ia berusaha menyembunyikannya. Karena "Kesucian" itu bersifat hakiki dan tidak dapat dipisahkan dari orang yang memilikinya. Seperti halnya dengan rasa asin dari garam, atau terang dari pelita atau lampu; sehingga orang yang mengecapnya tahu bahwa serbuk putih itu adalah garam tanpa harus diberitahu lagi, karena ia dapat merasakan rasa asin darinya. Dan seorang yang berada dalam ruangan tertutup dapat melihat keadaaan ruangan dan barang yang ada di dalamnya, karena terdapat cahaya dari pelita atau lampu. Dalam hal ini ia juga tidak perlu diberitahu dari mana terang itu berasal. Keadaan ini sekali lagi oleh Tuhan Yesus Kristus diterangkan dengan menggunakan contoh kota Yerusalem, yang didirikan di atas bukit, yang sudah terlihat dari jauh, walau ia masih harus berjalan menempuh jarak perjalanan yang cukup jauh untuk memasukinya.

 

Tuhan Yesus mempunyai standar "Kesucian" yang sempurna;  "Kesucian" yang dimaksudkanNya mempunyai lima kriteria yang harus dipenuhi orang beriman (Mat.5:17-58), supaya ia menjadi garam dan terang dunia (Mat.5:13-16). Lima kriteria "Kesucian" yang dimaksud Tuhan Yesus Kristus adalah: Suci dalam hati; Suci dalam pikiran; Suci dalam perkataan; Suci dalam perbuatan; dan Suci dalam kasih. Semua kriteria itu sesungguhnya hanya menunjuk pada satu keadaan saja. Seperti halnya dengan sebuah piringan yang di cat warna-warni (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu) apabila diputar kencang pada porosnya maka yang akan terlihat adalah warna putih.

Yusuf menghiburkan hati saudara-saudaranya 50:15 Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam p  kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya. q " 50:16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: r  50:17 Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa s  mereka, sebab mereka telah berbuat jahat t  kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu. u " Lalu menangislah v  Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya. 50:18 Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya w  serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu. x " 50:19 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? y  50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, z  tetapi Allah telah mereka-rekakannya a  untuk kebaikan 2 , b  dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup c  suatu bangsa yang besar. 50:21 Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu d  juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan  hati mereka dengan perkataannya.

Yusuf memaafkan saudara-saudaranya

 


Mat.5:13-16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

 

Hukum Taurat Musa yang diajarkan kepada orang Yahudi adalah tradisi turun temurun dengan disiplin yang keras dan kaku, karenanya mereka tidak mengerti inti perintah hukum Taurat Musa itu, karena yang sebenarnya perintah itu menuntut "Kesucian" yang sempurna kepada bangsa Israel, seperti yang diajarkan Tuhan Yesus kepada bangsa Israel rohani. (Mat.5:17-48).


Perumpamaan ttg sesama manusia

Mat.5:17-48 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."


Suci dalam hati


Suci dalam hati adalah tidak ada hati untuk membenci sesamanya walau-apapun alasannya, seperti yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus : "Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala."


Dalam pengajaran itu Tuhan Yesus Kristus memberikan tiga contoh hati yang membenci sesamanya yang mempunyai tingkatan. Tingkatan yang paling ringan adalah perasaan marah di dalam hati terhadap seseorang, walaupun ia tidak menyatakannya secara terbuka dengan kata-kata. Seorang beriman dikatakan mempunyai hati yang tidak suci apabila ia merasa tidak senang hati terhadap perkataan atau perbuatan seseorang dilakukannya dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Hukuman orang yang melakukannya adalah hukuman fisik.


Tingkat ke dua adalah apabila perasaan benci itu sampai dikeluarkan dengan kata-kata kasar yang merendahkan orang itu, seperti yang dilakukan orang Farisi yang menghardik orang yang tidak disukainya  "kafir", karena ia menganggap dirinya lebih suci dari pada orang lain dan orang itu dianggapnya tidak beradab dan tidak bertuhan. Hukuman orang yang melakukannya adalah dihadapkan kepada pengadilan agama atau pengadilan negeri. Hukuman yang setimpal adalah hukuman fisik dan juga hukuman kurungan penjara.


Tingkat ke tiga adalah apabila perasaan benci itu sudah sampai merasuk kedalam tulang sumsumnya, dimana ia sudah tidak menganggap orang yang dibencinya sebagai manusia lagi, ia menganggapnya sama dengan binatang dan ia berangganggapan semua perlakuan biadab kepada binatang boleh dan halal dilakukan terhadap orang itu. Hukuman orang yang melakukan adalah hukuman kekal dari Tuhan, yaitu dimasukkan ke dalam lautan api neraka. 


Suci dalam pikiran


Suci dalam pikiran adalah tidak mempunyai keinginan dan pikiran untuk mencemarkan tubuhnya sendiri sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus : "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."


Dalam hal ini Tuhan Yesus menekankan bahwa yang disebut dengan berzinah, bukan hanya perbuatan fisik saja. Seorang beriman bisa dikatakan berzinah ketika ia memandang perempuan dengan berpikir untuk bersetubuh dengannya, sehingga pikirannya merangsang dan membangkitkan gairah seksualnya. Seorang beriman dapat dikatakan tidak suci dalam pikirannya apabila pikirannya senantiasa dipengaruhi oleh gairah seksual, sehingga semua yang dipikirkannya akan mengarah dan berujung pada hal-hal seksual saja. Sedangkan seorang beriman dikatakan memiliki pikiran yang suci apabila ia memandang perempuan dengan pikiran seorang ayah yang melihat anaknya perempuan, atau seorang ibu yang melihat kepada anaknya laki-laki; atau seorang kakak/ abang yang melihat kepada adiknya; atau seorang adik kepada kakak/ abangnya. Jadi yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan suci dalam pikiran adalah suci dalam hal seksual.


Suci dalam perkataan


Suci dalam perkataan adalah tidak berkata sia-sia dengan perkataan yang berbelit-belit, melainkan mengatakan segala sesuatu dengan terus terang, jujur, dan sederhana sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Janganlah sekali-kali bersumpah,....Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak."


Berkata "terus terang" berarti berkata dari dalam hatinya; apa yang keluar dari mulutnya adalah sama dengan perasaan yang ada dalam hatinya. Berkata "jujur" berarti berkata apa adanya; apa yang dikatakannya tidak mempunyai maksud untuk menjebak atau menipu. Berkata "sederhana" berarti berkata langsung pada maksudnya; tidak menggunakan kata-kata bersayap dan tidak menggunakan alasan-alasan yang membingungkan. Bila ia merasa suka maka ia akan mengatakan bahwa ia memang suka; bila tidak suka ia pun akan mengatakan tidak suka. Bila "ya"  maka ia katakan "ya", bila "tidak" maka ia akan katakan "tidak" juga.


Suci dalam perbuatan


Suci dalam perbuatan adalah tidak melawan atau membalas bila orang yang melakukan hal yang jahat kepadanya, melainkan memaafkan kesalahannya itu; sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."


Dalam hal ini Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-muridNya atau orang beriman agar tidak melakukan perbuatan berdasarkan pada perbuatan orang lain kepadanya. Tetapi berbuat menurut panggilan hatinya yang suci, bukan karena ingin membalas perbuatan yang dilakukan orang kepadanya. Tuhan Yesus mengajarkan orang beriman untuk mempunyai inisiatif  melakukan perbuatan baik terlebih dahulu kepada sesamanya.

Enam hal yang harus diperhatikan dalam hidup orang beriman berkaitan dengan Suci dalam perbuatan, yaitu:


1. Dalam hal memberi sedekah


Orang beriman harus dapat memberikan pertolongan atau bantuan kepada orang lain dengan ikhlas, tanpa pamrih dan tidak mengingat-ingatnya atau mengingatkan perbuatan baik yang dilakukannya itu kepada orang yang pernah ditolongnya; atau memberitahukan perbuatan baik yang dilakukannya kepada orang-orang untuk mendapat pujian dan hormat dari mereka (Mat.6:1-4).


Mat.6:1-4 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

 

2. Dalam hal berdoa 

 

Orang beriman berdoa sebagai kebutuhan hidupnya sendiri, sebagai hubungan pribadinya dengan Allah yang disembahnya, bukan sebagai perbuatan untuk menaikan citra dirinya dimata orang lain. Dengan "berdoa" seorang beriman merefleksi diri dan introspeksi tentang apa yang telah diperbuat dan dilakukan sepanjang hari itu, sehingga ia bisa mengkoreksi diri dan meminta ampun kepada Tuhan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dan memohon hikmat, makrifat, dan kekuatan, supaya mampu hidup sesuai dengan ajaran Tuhan (Mat.5:6-15).


Mat.6:5-15 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian : Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mujadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."


3. Dalam hal berpuasa

 

Orang beriman berpuasa adalah untuk mengalahkan iblis dan setan, yang senantiasa mengintai dan siap menyerangnya dengan berbagai godaan dan cobaan. Semua itu dilakukannya untuk menyesatkan orang beriman dan membuatnya menjadi pengikut dan penghuni dalam neraka. "Godaan" adalah cara iblis dan setan menyerang orang beriman, menggunakan segala hal kesenangan duniawi untuk memuaskan nafsunya; sedangkan "Cobaan" adalah cara iblis dan setan menyerang orang beriman dengan menggunakan penderitaan, kesesakan, kesulitan, kesukaran dll, baik secara materiil maupun immateriil. Oleh karena itu seorang beriman berpuasa bukan untuk ditunjukkan kepada manusia tetapi supaya mendapat perkenanan dari Tuhan (Mat.6:16-18).


Mat.6:16-18 "Dan apabila kamu berpuasajanganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. "


4. Dalam hal mengumpulkan harta

 

Orang beriman adalah tidak baik bila hidupnya diisi hanya dengan pikiran untuk mengumpulkan harta di dunia, yang hanya sifatnya sementara saja. Tuhan Yesus mengajarkan agar orang beriman mengumpulkan harta di sorga, yaitu melakukan perbuatan-perbuatan baik, dan mempunyai pikiran untuk selalu siap sedia menolong sesamanya dan menggunakan kekayaan yang diberikan Tuhan kepadanya untuk melakukan  perbuatan kasih  (Mat.6:19-24).


Mat.6:19-24 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. "

 

Dalam hal kekayaan duniawi, Tuhan telah menentukan masing-masing orang menurut ketetapan dan kerelaanNya, oleh karena itu perbuatan manusia tidak akan merubah apa-apa atas ketetapan Tuhan itu. Orang yang telah ditentukan menjadi kaya raya, walaupun ia hidup tidak di jalan Tuhan, hal itu tidak akan menggagalkan ketetapanNya. Dan sebaliknya seorang yang hidup menurut ajaran Tuhan juga tidak akan menjadikannya menjadi kaya-raya harta duniawi bila ia sudah ditetapkan Tuhan menjadi orang biasa saja. Jadi perbuatan manusia tidak menentukannya menjadi kaya atau biasa-biasa saja, melainkan menentukan kedewasaan imannya.

 

5. Dalam hal kekuatiran

 

Orang beriman harus mampu menunjukkan kepercayaannya kepada Tuhan yang disembah dan dipujanya sebagai pencipta yang berkuasa atas seluruh hidupnya, yang mempunyai kuasa memberi hidup tetapi juga berkuasa mengambilnya juga; yang mempunyai kuasa memberikan semua yang ada dunia tetapi berhak pula untuk mengambilnya kembali sesuai kehendakNya. Kepercayaan orang beriman kepada Tuhan Yesus dapat ditunjukkan dengan mau menyerahkan hidupnya kepada Nya, dengan menerima apa saja yang dilakukanNya terhadap dirinya dengan suka-cita, karena ia tahu bahwa Tuhan melakukan semua itu demi kebaikan dan kebahagiaannya juga (Mat.6:25-34).

 

Mat.6:25-34 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani  rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."


6. Dalam hal menghakimi 


Orang beriman tidak berhak menilai kebaikan atau kejahatan orang lain, karena tidak ada seorang pun manusia yang sempurna, dan yang berhak menilai dan menghakimi manusia hanya Tuhan saja. Apabila seorang beriman melakukannya maka ia telah mencuri hak Tuhan dan meninggikan dirinya sendiri (Mat.7:1-5).  


Mat.7:1-5 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

 

Yang dinilai baik oleh manusia belum tentu baik dalam penilaian Tuhan, karena manusia hanya mampu menilai yang terlihat oleh mata saja, tetapi Tuhan menilai sampai ke dalam hati manusia. Tuhan tahu motivasi yang ada dalam perbuatan manusia, baik ia melakukan perbuatan dalam perkara yang baik maupun perkara yang tidak baik; baik ia melakukan perkara yang disembunyikan maupun yang terbuka.

 

Suci dalam kasih


Suci dalam kasih adalah kasih yang tidak membeda-bedakan dan tidak mengharap pembalasan, seperti kasih seorang ibu kepada anaknya atau kasih Allah kepada manusia; sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."


Seorang beriman yang benar tentunya tidak mempunyai musuh, namun ia tidak dapat melarang orang yang memusuhinya. Dalam posisi demikian Tuhan Yesus mengajarkan orang beriman untuk bisa mengasihi orang yang memusuhinya, yaitu : orang yang tidak suka padanya, orang yang iri padanya, dan orang yang berlaku tidak benar atau jahat. Dalam hal ini seorang beriman harus mempunyai sifat-sifat yang utama, yaitu : penyabar, murah hati, tidak pencemburu; tidak memegahkan diri dan tidak sombong; tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri; dan lain-lain sifat yang harus dipunyai seorang beriman seperti yang ditulis dalam surat pertama rasul Paulus kepada jemaat Kristen di Korintus (1Kor.13:4-7).


1Kor.13:4-7 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46