Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

macet

justkrisma's picture

Kemacetan Rohani

Pasti diantara kita ada yang pernah mendengar istilah tersebut, atau bahkan dari kita ada yang sedang atau pernah mengalami kemacetan rohani.

Rusdy's picture

Tua di Jalan

Dari beberapa ibukota di Asia Tenggara yang saya kunjungi, saya selalu berdecak kagum dengan penduduk Jakarta. Alasannya banyak, tapi salah satu yang menonjol adalah 'commuters' ('orang yang pergi/pulang kerja', bahasa Indonya apa yah? Policy SS baru nih untuk menggunakan bahasa Indo baik dan benar :) ).

clara_anita's picture

Macet

Percaya atau tidak, sebuah peristiwa sepele bernama macet itu dapat menunjukkan sosok sesungguhnya para pengguna jalan. Kemacetan sudah menjadi keseharian di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Namun, di kota kecil nan tenang tempat saya bermukim, penyakit lalu lintas satu ini amat jarang terjadi. Jarang bukan berarti tidak pernah sama sekali. Bila ingin menemuinya, coba saja melintas di Jalan Jenderal Soedirman di pagi hari saat pasar tumpah dibubarkan.Niscaya, ia akan menyapa Anda dan siap menyingkap pribadi demi pribadi yang mencoba menembusnya.

joli's picture

Jakarta oh Jakarta

ah.. akhirnya longgar juga..  untuk nulis

 

y-control's picture

Macet

Asap putih cerah dan kadang agak kelabu itu memerihkan mata. Tetap perih, apakah itu malam hari yang dingin bahkan hujan, terlebih lagi jika itu siang panas. Saya lekas menutup kaca helm yang hanya sampai di bagian bibir bawah. Paling tidak mata terhindar dari perih. Asap kendaraan itu yang paling dibenci pacar saya. Ia selalu marah-marah jika saya berjalan pelan, apalagi berhenti saat menunggu lampu merah, di belakang mobil atau motor yang knalpotnya deras mengeluarkan gas beracun itu. Siang itu (apesnya) matahari sedang panas-panasnya bersinar. Orang-orang saat ini (kadang juga termasuk saya) segera mengeluhkan bahwa hal seperti itu adalah dampak pemanasan global. Istilah yang makin lama saya khawatir menjadi jargon belaka, di mana kesadaran sudah ada tapi tidak diikuti tindakan apa-apa. Lagipula, sama dengan soal-soal lain seperti kemiskinan atau kesenjangan sosial, hal itu (terutama di Indonesia, mungkin) hanya didengung-dengungkan supaya warga masyarakat berusaha agar masalah itu teratasi, tapi hal yang sama tidak ditampakkan oleh usaha negara sendiri. Jadi, masyarakat disuruh menjaga lingkungan, oke.. (meski tidak mudah mengubah kebiasaan) tapi negara toh tidak menghukum perusakan lingkungan oleh pabrik-pabrik. Itupun masih banyak yang belum (atau akhirnya malah tidak) percaya. Memang makin menakutkan saja.