Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

modernitas

Purnawan Kristanto's picture

Tuna Sathak, Bathi Sanak

Apakah Anda bangga disebut "manusia modern"? Kalau ya, Anda perlu waspada karena di balik modernitas itu ada harga yang harus dibayar.

Semakin modern masyarakat, ternyata hubungan antar pribadi semakin pudar. Coba perhatikan pusat perbelanjaan modern. Konsumen disuruh memilih dan mengambil barang secara swalayan. Beda dengan pasar tradisional, penjual yang akan melayani.

Ketika membayar di pasar modern, konsumen disambut dengan senyum instan kasir. Kalau tidak kasir tidak tersenyum atau bilang "terima kasih", maka konsumen mendapat potongan harga. Jadi senyum itu diberikan karena sekadar bagian dari pekerjaan saja. Harga yang tercantum sudah pas.

Sedangkan di pasar tradisional, pembeli masih bisa menawar harga. Ada yang bilang bahwa pembeli yang menawar harga itu bersikap tidak manusiawi. Sesungguhnya tidak, karena antara penjual dan pembeli itu ada hubungan persahabatan. Karena sudah jadi langganan, maka mereka sudah seperti saudara sendiri. Penjual mau melepas barang dengan harga rendah, asal masih memetik untung. Pepatah Jawa berkata: "Tuna sathak, bathi sanak", artinya "Biarlah rugi sedikit, asal mendapat saudara."

Stephen's picture

F.D.E Schleiermacher: Sintesa antara kesalehan dan rasionalitas

F.D.E Schleiermacher: Sintesa antara kesalehan dan rasionalitas

Pengantar
Dalam sejarah kekristenan, telah muncul pemikir-pemikir Kristen (teolog) yang berusaha menerjemahkan firman Allah sesuai konteks jamannya. Dalam rangka studi teologi, penting kita mengetahui pemikiran-pemikiran teolog kontemporer serta mengkritisinya secara cermat. Riwayat hidup dan pemikiran teologi Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher akan diuraikan dalam makalah ini disertai catatan kritis dalam kaitan dengan realitas kehidupan bergereja di Indonesia.