Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

penumpangan tangan

mujizat's picture

Meletakkan tangan - menumpangkan tangan

Seperti kita ketahui, di dalam tubuh orang hidup terdapat jiwa yang bagaikan kantung atau bagaikan sebuah rumah. Ketika Adam dan Hawa belum berdosa, jiwa mereka bagaikan rumah yang bersih dan rapi, dan di bawah kondisi yang masih steril tersebut, maka keinginan mereka adalah selalu bersekutu dengan Allah; kecenderungan mereka adalah menikmati kehadiran Allah di taman Firdaus. Lalu ketika mereka telah memakan buah pengetahuan baik dan jahat, maka jiwa mereka tidak murni lagi, dan mereka juga mulai mengenal rasa takut dan khawatir.

Ketika seseorang mulai percaya kepada Tuhan Yesus, kemudian ia lahir baru, dimana Yesus saat itu benar-benar telah menghapus segala dosanya, maka jiwanya benar-benar menjadi bersih; keadaannya akan sama seperti jiwa Adam sebelum jatuh dalam dosa; kecenderungannya adalah bersekutu dengan Tuhan, membaca Kitab Suci, menyembah-Nya, memuji kebaikan-Nya dan jiwanya betul-betul merasakan damai dan sejahtera, suatu keadaan dimana hati seseorang lepas dari rasa takut, khawatir, tertekan,

mujizat's picture

Kebesaran hati murid-murid Yohanes Pembaptis

Shaloom,

Kisah Rasul pasal 19 menceriterakan bagaimana Paulus mengunjungi daerah pedalaman Efesus yang sepertinya adalah murid2 Yohanes Pembaptis karena pernah dibaptis dengan baptisan Yohanes, atau setidaknya mereka adalah orang-orang yang telah dibaptis oleh murid-murid Yohanes Pembaptis. Lalu Paulus - setelah berbincang-bincang seperlunya - berdoa menumpangkan tangan atas mereka, dan sebanyak duabelas orang percaya menerima Roh Kudus, dibaptis Roh Kudus, dengan manifestasi berbahasa Roh dan bernubuat.

mujizat's picture

Penumpangan tangan dan empartasi Roh

Kamis petang kemarin, tanggal 02-09-2010, seorang anak muda, Kristen, bertanya tentang konsep tritunggal kepada saya. Selama lebih kurang tiga jam, sejak pukul 7 an malam sampai jam 10 an malam kami ngobrol, dan Muji senang dengan antusiasme anak muda ini. Roh Kudus menuntun Muji dan anak muda itu, sehingga ia merasa paham dengan penjelasan saya.

Karena sudah cukup malam, dia mau berpamitan pulang, tapi minta didoakan terlebih dahulu. melihat antusiasmenya, Muji merasa yakin bahwa tiada halangan bagi dia menerima kepenuhan Roh Kudus yang memang sangat penting untuk percepatan pertumbuhan rohani seseorang. Saya bersyukur bahwa anak muda ini sudah merasa yakin bahwa dia memang perlu penuh Roh Kudus dan mulai merindukannya.