Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

televisi

Purnawan Kristanto's picture

Back to Dongeng [Preview]

 

13072101931124083822

Sudah lama saya muak dengan tayangan hiburan televisi di Indonesia. Sinetronnya menjual mimpi dan penuh dengan intrik. Aktingnya lebay dan jalan ceritanya tidak masuk akal. Acara variety show dipandu oleh host pria yang kemayu. Acara reality show juga memprihatinkan. Ada banyak kesaksian yang menunjukkan bahwa tayangan itu sudah diskenario. Jadi tidak murni realitas lagi.  Heuduh, bagaimana jika semua ditonton anak saya?

Secara kebetulan, ada penawaran berlangganan televisi lewat satelit. Dalam menu yang paling murah ada kanal Disney dan Cartoon Network.  Klop, kami pun berlangganan. Syukurlah Kirana (5 tahun), anak kami, menyukai kanal anak-anak. Sedangkan saya menikmati kanal Fox dan Netgeo. Sedangkan isteri menyukai kanal kuliner.

arie_saptaji's picture

Balada Televisi Rusak

Menurut saya, televisi itu sangat mendidik. Setiap kali seseorang menyalakannya, saya pindah ke ruang sebelah dan membaca buku.
---Groucho Marx, pelawak dan bintang film AS, 1890-1977

“Susah banget nyuruh anak-anak belajar. Tapi, kalau nonton tivi, membantah terus kalau disuruh berhenti,” keluh seorang ibu.

Purnawan Kristanto's picture

Menyaksikan "Eksekusi" di Televisi

 

Menyaksikan siaran langsung televisi perihal penangkapan buronan di Temanggung kemarin seperti menyaksikan eksekusi mati. Seseorang yang telah terpojok di kamar mandi diberondong ratusan timah panas dari segala penjuru dan dihempas oleh dua ledakan bom. Akhirnya terkapar tak berdaya.
Sudah lama bangsa Indonesia tak mempertontonkan pelaksanaan hukuman mati di depan umum. Eksekusi selalu dilakukan dengan diam-diam dan sangat tertutup. Pihak berwajib hanya mengizinkan kalangan terbatas yang bisa menyaksikannya. Misalnya rohaniwan dan petugas medis. Bahkan keluarga terpidana juga tidak disertakan. Jika pihak media mengendus, maka aparat akan melakukan strategi pengecohan demi kerahasiaan eksekusi.
 
Hukuman Gantung
 
Ini berbeda dengan zaman kolonial Belanda. Penguasa kadang-kadang melaksanakan hukuman mati justru di ruang publik, seperti di alun-alun, supaya dapat disaksikan orang banyak. Tujuannya tentu menimbulkan efek psikologis pada masyarakat supaya mereka takut melakukan perbuatan yang sama dengan si terhukum.
Purnawan Kristanto's picture

Siaran Langsung Penggerebekan di Temanggung:Jurnalisme atau Reality Show?

 

Courtesy: Kompas
 
Peristiwa penggrebekan sebuah rumah di Temanggung, yang diduga menjadi tempat persembunyian teroris, telah menjadi sebuah tayangan televisi yang dramatis. Sejak pukul 10 malam, dua stasiun berita telah menempatkan mobil produksi mereka dan membuat siarang langsung lewat satelit. 
Pada mulanya tayangan visualnya tidak begitu menarik karena lokasi kejadian sangat minim cahaya. Polisi sengaja memadamkan listrik di rumah yang menjadi sasaran serangan. Penerangan hanya didapatkan dari lampu empat mobil yang diarahkan pada rumah tersebut. Sementara itu, karena alasan keamanan, para jurnalis hanya dapat mengambil gambar dari jarak yang tidak ideal. Maka gambar yang dihasilkan hanya dua buah titik cahaya di tengah-tengah kegelapan. Karena tidak berhasil menangkap gambar yang menarik, maka reporter TV hanya mengulang suara-suara tembakan yang terekam oleh mike kamera. Sesekali, mereka menampilkan suasana warga masyarakat yang mulai berjubel untuk menyaksikan tontonan yang langka ini. Ini pun dengan kualitas gambar yang mengecewakan karena sering “out of focus”.
y-control's picture

When They Make God A Movie Star

Ketika mereka jadikan Tuhan seorang bintang film. Iya, bintang film Hollywood yang bermain sinetron buruk produksi Raam Punjabi, ditayang tiap hari. Semua selalu tak sabar, menanti di depan tivi. Berharap akan ada kisah-kisah lanjutan tentang balas dendam atau darah atau kekayaan atau sihir atau seks atau.. ya, tentu saja, atau iklan.

anakpatirsa's picture

TELEVISI

Kami boleh menebang bambu apapun dari rumpun yang tumbuh dekat pohon durian, tetapi ada sebatang yang tidak boleh kami apa-apakan. Bambu yang paling besar dan paling tinggi dibandingkan bambu-bambu yang lain itu tidak boleh kami ganggu. Semua bambu boleh kami tebang untuk membuat mainan, bambu besar boleh kami jadikan meriam atau rakit kecil untuk bermain di sungai; bambu kecil boleh kami jadikan senjata berpeluru kertas atau sekedar tombak mainan. Tetapi bambu paling tinggi dan paling besar itu tidak boleh kami apa-apakan, bambu itu akan menjadi tiang antena televisi saat ayah memenuhi janjinya membelikan kami televisi.

Purnawan Kristanto's picture

IKLAN TV MERUSAK POLA KONSUMSI ANAK

Tak banyak hal lain dalam kebudayaan kita yang mampu menandingi kemampuan televisi yang luar biasa untuk menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta perilaku mereka (Peggy Chairen, pendiri Action for Children Television).

Anak-anak bukanlah orang dewasa mini karena mereka belum mempunyai kematangan cara berpikir dan bertindak. Ia berada pada tahap sosialisasi dengan melakukan pencarian informasi di sekitarnya dalam rangka membentuk identitas diri dan kepribadiannya. Sumber informasi utama bagi anak adalah dari keluarga. Setelah itu, ia mengumpulkan informasi lainnya dari teman sebaya, sekolah, masyarakat dan media massa.

Baron Arthur's picture

HEROES

"Heroes chronicles the story of people who "thought they were like everyone else...
y-control's picture

Cuma Kesan *)

Ada persamaan antara film yang baru saya lihat (Babel) dan berita TV selama dua hari terakhir ini. Babel adalah film dengan banyak alur yang saling berkaitan seperti yang bisa dilihat juga dalam film Crash. Film tersebut memotret keegoisan dan perilaku paranoid Amerika. GarisĀ utama kisahnya adalah kejadian ketika seorang turis Amerika terserempet peluru yang tanpa sengaja ditembakkan oleh seorang anak penggembala di Maroko. Dan anda pun bisa menebak bahwa media dan pemerintah negeri itu langsung mengklaim hal tersebut sebagai sebuah serangan teroris dan seluruh dunia pun dipaksa untuk terlibat dan memikirkannya.

y-control's picture

Ndeso!

Sebagaimana banyak orang lainnya, saya juga suka dengan acara 4 Mata yang dibawakan presenter aneh, Tukul Arwana. Acara yang sekarang ditayangkan 4 kali seminggu itu nampaknya telah menjadi saingan serius acara OM Farhan yang kemasannya lebih rapi dan dibawakan oleh Farhan yang presenter kawakan, bahkan mungkin juga sudah bisa diadu dengan talk show lain seperti Lepas Malam, Bincang Bintang, atau bahkan Ceriwis. Kok bisa ya?

y-control's picture

Televisi dan Bimbingan Orang Tua

Orang sering menganggap kalau hanya anak-anak lah yang harus diawasi dan dibimbing dalam menyaksikan acara-acara tivi. Anak-anak itu harus dibimbing oleh orang dewasa agar mereka memperoleh pengertian yang benar mengenai apa yang mereka tonton itu. Kenyataannya, meski imbauan itu telah dinyatakan berulang-ulang, kita masih sering mendengar kabar bahkan menyaksikan sendiri bagaimana perilaku anak-anak zaman sekarang begitu dipengaruhi oleh tayangan-tayangan tivi yang sayangnya, lebih banyak yang negatif. Contoh paling baru adalah berita tentang anak-anak yang terluka (bahkan kabarnya juga telah ada yang meninggal dunia) gara-gara suka meniru adegan-adegan dalam tayangan gulat entertainment berlabel WWF, ECW, Smackdown, dll. Melihat dari lingkungan saya sendiri, permainan menirukan acara tersebut nampaknya memang sedang ngetren di dunia anak-anak saat ini.