Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kristen kok makan Kristen?

Daniel's picture

Di sebuah pesta pernikahan yang saya hadiri beberapa hari yang lalu, saya duduk di belakang tiga orang bapak yang rupanya baru saling mengenal. Mereka mulai mengobrol kesana kemari tentang berbagai hal dengan volume suara yang makin lama makin keras, tanpa menyadari bahwa saya ikut mendengarkan dari belakang.

Mulanya saya kurang tertarik dengan topik pembicaraan mereka, sampai suatu saat seorang bapak nyeletuk, "Eh, tadi pagi saya baca di koran, Israel menggempur desa-desa Kristen di Lebanon."

"Lho, orang Kristen kok menyerang sesama Kristen?" Sahut bapak yang lain, sementara bapak yang satunya lagi bertanya dengan heran, "Di Lebanon juga ada orang Kristen to?" Dan percakapan berlanjut dengan berbagai spekulasi bak pakar talk-show di televisi.

Potongan percakapan ini menyadarkan saya, ternyata cara orang memandang masalah Israel - Lebanon ini lebih tergantung pada apa yang mereka yakini, yang tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta.

Pertama, masih banyak orang mengira Lebanon adalah negara Islam. Padahal sekitar 35% penduduknya Kristen, sementara 50% lebih Muslim Syiah dan Sunni. Bahkan konstitusi Lebanon mengharuskan Presiden seorang Kristen Maronite, Perdana Menteri Muslim Sunni dan Ketua Parlemen Muslim Syiah.

Kedua, Israel memang negara Yahudi, tapi bukan negara "agama" Yahudi. Negara Israel modern tidak sama lagi dengan Bangsa Israel kuno yang menganut teokrasi pada jaman dahulu. Sistem pemerintahan sekarang adalah demokrasi parlementer dan tidak ada keharusan seorang pemimpin untuk menganut agama tertentu. Tapi anehnya banyak orang, termasuk orang Kristen sendiri, yang mengaitkan Israel dengan ... bukan, bukan Yahudi, tapi justru ... Kristen. Seorang teman saya pernah ditanya pimpinannya yang bukan Kristen, "Kalian orang Kristen itu Mekah-nya di Yerusalem ya? Kalau 'naik haji' biasanya bulan apa?"

Rupanya agen-agen perjalanan yang memanfaatkan romantisme masa lalu sebagian orang Kristen dengan membuat paket-paket Holy Land Tour, baptis di sungai Yordan, dan sebagainya itu turut andil juga dalam menciptakan imaji, Israel adalah Kristen. Selain itu, kedekatan Israel dengan Amerika Serikat (yang sebenarnya juga bukan negara Kristen) semakin memperkuat imaji ini.

Ketiga, perang Israel - Lebanon bukan perang agama. Tapi lihat saja, dalam setiap pemberitaan oleh media, baik cetak maupun elektronik, tidak pernah lupa disebutkan desa yang dihancurkan beragama anu, sekian orang yang terbunuh beragama anu, dan seterusnya. Nuansa agama sangat kental. Sehingga tidak heran, ribuan orang berdemonstrasi atas nama solidaritas agama. Beberapa tokoh Kristen dan pemimpin Gereja mengambil inisiatif turut bersuara, berdemo dan bergabung dengan tokoh-tokoh agama lain, bahkan ikut mengutuk Israel, namun sudah bisa ditebak, ini bukan langkah yang populer. Mereka dikecam oleh orang-orang Kristen sendiri karena dianggap terlalu moderat, nyaris liberal.

Rupanya pesta sudah usai, es krim sudah dibagikan. Saya pun menikmatinya dengan cepat, lalu segera bangkit berdiri, berbaris, bersalaman dengan pengantin dan pulang. Sementara demo masih terus berlangsung...