Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

KUNANTIKAN NATAL, BUKAN TUHAN

anangyb's picture

Seberapa kuat penantian anda akan sang Kristus? Ah, semoga saja tak sama dengan penantian Bu Martha yang sedang menunggu kedatangan sang calon besan. Sedemikian semangatnya menyambut kedatangan rombongan calon besan membuat Bu Martha menyiapkan segala sesuatu sedemikan sempurnanya. Mulai dari menghitung jumlah sendok agar cukup, menyewa tenda terbaik, mengerahkan karang taruna sebagai among tamu hingga mengecek apakah bolu gulung sudah diiris sama tebalnya. Kesibukan bu Martha tak berkesudahan hingga tamu pamit pulang. Ya, Bu Martha menyambut kedatangan tamu istimewa dengan melakukan segala hal kecuali satu: menemui tamunya!

Penantianku

Entah anda entah saya, natal tetaplah menjadi hari paling spesial bahkan melebihi hari paskah yang terasa kelabu dan berselimut duka. Dan untuk hari istimewa itu, kita pun beramai-ramai memeras otak mencari ide terbaru untuk natalan. Tidak sedikit dari kita sudah menyusun sederet panitia sejak Agustus lalu, bahkan mungkin proposal permintaan sumbangan sudah beredar dari satu rumah ke rumah yang lainnya.  Bagi anda  yang  biasa menjadi   lektor atau  komentator, maka terpilih menjadi pembaca kitab suci di malam natal adalah puncak prestasi yang musti dijalani dengan persiapan sehebat mungkin. 

Jadi apa yang kita nanti? Dengan apa kita mengukur pencapaian penantian kita akan hari natal? Bisa jadi tepuk riuh umat sesaat setelah kita menyanyikan malam kudus adalah akhir dari penantian kelompok koor kita. Bisa jadi puncak penantian anda yang menjadi lektor di misa malam natal adalah saat anda mengucap demikian sabda Tuhan tanpa secuilpun melakukan salah baca atas sederet ayat yang sudah anda hapal berminggu-minggu.  

Andai anda adalah seksi pencari dana dari panitia natal, bisa jadi puncak kelegaan anda adalah saat menghitung total dana masuk yang melampaui target. Dan andai anda seorang  pastor atau pengkhotbah, bisa jadi puncak dari penantian natal anda adalah saat menyapu pandang dan menemukan deretan umat yang matanya berkaca-kaca karena luar biasanya khotbat natal yang anda tuturkan. Itukah yang selama ini anda nantikan?

Nanti Ah

Bila acara natal kita siapkan jauh hari sejauh yang  kita bisa, bagaimana dengan persiapan bathin kita? Apakah pertobatan kita juga bisa selekasnya kita akui di depan Allah secepat kita mengumpulkan dana bagi panitia natal? Apakah hati kita sudah selicin baju kebaya yang kita kenakan saat menjadi petugas pembawa persembahan di misa malam natal? Apakah hati, pikiran dan perkataan kita sudah menjadi berkat yang menyentuh hati banyak orang, semerdu senandung natal yang kita kidungkan? Apakah palungan di hati kita juga sudah mulai kita bersihkan pada bulan Agustus berbarengan dengan terpilihnya kita menjadi panitia natal? Jangan-jangan sekadar untuk melakukan ritual pengakuan dosa menjelang natal ,kita masih menunda-nunda: Nanti ah. Hari terakhir saja… kalau tidak hujan!

Akhir kata, semoga kerinduan kita akan Kristus adalah kerinduan untuk menemui Kristus secara langsung, secara intim, secara mesra, tanpa jarak, sukur-sukur lebih pribadi dibandingkan sebelumnya. Bila tidak, berarti kerinduan kita adalah kerinduan palsu, Cuma terdengar nyaring namun melompong, persis seperti kaleng pepsi kosong yang ditendang bocah di sepanjang trotoar. Klonthaaang!

 

anang, yb www.jejakgeografer.com

__________________

www.jejakgeografer.com