Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Masalah Hidup

Andreas Priyatna's picture

Masalah Hidup

Belakangan ini kita sering mendengar aksi-aksi sosial untuk kaum papa, baik yang dilakukan oleh individu atau group maupun oleh komunitas yang lebih besar, ada yang menamakan aksi kasih, kasih untuk sesama, santunan dana kasih, santunan dana sosial, santunan anak yatim piatu dan masih banyak lagi yang lainnya. Kalau kita mau membuka mata kita, memang banyak sekali saudara-saudara seiman yang membutuhkan bantuan, karena mereka dalam kondisi kekurangan dan dalam masalah ekonomi.


Beruntunglah kalau saat ini kita termasuk dalam kelompok yang dapat berbagi kasih dengan saudara-saudara seiman dan bersyukurlah kalau saat ini kita juga dapat menjadi saluran berkat bagi mereka yang membutuhkan bantuan. Kala hidup kita dalam kelimpahan memang sudah sepantasnya kita membantu saudara-saudara seiman yang membutuhkan bantuan, karena untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya (Pengkotbah 3:1), ada saat-saat di mana kita dalam kelimpahan dan ada pula saat-saat di mana  kita dalam kondisi kekurangan. Dan tidak dapat dipungkiri pula, ada kondisi di mana kita dalam kelimpahan, tetapi begitu banyak masalah hidup yang harus dihadapi. Memang selama kehidupan itu masih ada, maka masalah hidup itu akan tetap ada, masalah hidup akan tidak ada apabila kehidupan sudah berakhir.


Semua orang yang hidup di muka bumi ini pasti pernah mengalami masalah di dalam hidupnya. Ada banyak sekali jenis dan macamnya masalah yang boleh terjadi menimpa kita semuanya. Setiap orang akan menerima masalah yang berbeda dengan yang lainnya dan tingkat kesulitannya pun akan berbeda antara masalah orang yang satu dengan yang lainnya.


Ketika masalah itu datang menghampiri kita, ada banyak sekali respon yang keluar dari masing-masing kita, ada yang mengatakan bahwa Tuhan sedang menguji keimanan saya, Tuhan sedang menguji seberapa kuat iman saya, Tuhan sedang menguji apakah iman saya akan goyah pada waktu menghadapi masalah tersebut atau tidak.


Ada pula yang mengatakan bahwa Tuhan sedang mendidik saya, agar saya menjadi lebih dewasa, agar saya dapat memahami masalah tersebut, dan agar saya dapat merasakan juga bagaimana sulitnya orang lain yang sedang mengalami permasalahan yang sama. 

 

Ada pula yang mengatakan bahwa Tuhan sedang menge-test kesabaran saya di dalam menghadapi masalah hidup ini, apakah saya cukup sabar di dalam menghadapinya dan apakah saya sabar untuk menunggu pertolongan Tuhan dan tetap setia padaNya.


Ada pula yang menggerutu bahkan protes, Tuhan mengapa semua ini harus terjadi?, mengapa saya harus mengalami semua masalah ini, bukankah saya sudah hidup sesuai dengan ajaranMu, berbuat baik, berbagi kasih, menolong sesama, memberikan persepuluhan, menyumbang kepada semua yang membutuhkan bantuan. Saya sama sekali tidak pernah membayangkan semua masalah ini dapat terjadi pada diri saya.


Kejadian seperti ini juga pernah menimpa seorang hamba Tuhan yang setia yang  mempunyai misi mulia untuk mengabarkan hidup yang kekal kepada suku-suku terasing di daerah pedalaman. Karena posisinya yang sangat jauh dari kota, maka ketika anaknya sakit, nyawanya tidak tertolong lagi. Dia sangat kecewa menerima kenyataan hidupnya dan dia bertanya mengapa Engkau izinkan semua ini terjadi...., Tuhan..., mengapa?. Saya tidak pernah merencanakan pergi jauh-jauh ke tempat ini hanya untuk menguburkan anak yang sangat saya cintai. Mengapa..., Tuhan?.  


Seberapa sering kita kecewa dan seberapa sering kita menggerutu, seberapa sering kita protes, mengapa semua ini terjadi atas diriku, mengapa saya harus menerima semua ini, mengapa saya menerima apa yang tidak saya inginkan, mengapa saya mendapatkan apa yang tidak saya harapkan?.


“Rancanganmu bukan rancanganKu“, jawabNya.

Marilah kita belajar, untuk tidak melihat apa yang tampak di depan mata kita saja, untuk tidak melihat apa yang terjadi menimpa diri kita saja, untuk tidak mempermasalahkan ketidakenakannya saja, tapi belajar melihat bahwa di balik masalah hidup yang kita boleh alami, di balik deraan hidup yang sangat menyiksa, di balik kondisi hidup yang sangat tidak menyenangkan, di balik sakit penyakit yang kita rasakan, di balik linangan air mata, di balik masalah hidup yang rasanya tidak pernah berakhir, ada  sesuatu yang sangat indah yang telah Yesus siapkan untuk kita semua. Kita juga harus belajar melatih kepekaan kita untuk dapat merasakan segala sesuatu yang sudah Yesus berikan untuk kita.


“Alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah, Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!“. (Roma 11:33)


Sampai pada saat penguburan hamba Tuhan tersebut masih menangis dan masih bertanya “Mengapa Tuhan?, mengapa Engkau mengambil anakku?“.


Di saat-saat kesedihan yang memuncak, di saat-saat kehidupan dirasakan tidak bermakna lagi, di saat-saat semua orang ikut menangis karena terenyuh melihat hamba Tuhan meratapi kepergian anaknya yang sangat dia sayangi, Tuhan mengizinkan sebuah mujizat terjadi, peti mati itu berguncang, ada yang berteriak jauh di dalam dan ada yang memukul-mukul dari dalam peti, ternyata anaknya hidup kembali. Semua orang terkesima melihat begitu besar kuasaNya.


Berita tentang anak yang sudah meninggal dan hidup kembali segera tersiar ke seluruh peloksok desa dan menarik minat masyarakat untuk melihat mujizat yang telah terjadi dengan mata kepalanya sendiri.


Dengan kejadian ini nama Tuhan semakin dipermuliakan dan semakin banyak jiwa dapat dimenangkan. Sungguh tak terselami jalan-jalanNya.


Begitu pula dengan masalah hidup yang kita alami, kita tidak mengerti akan keputusan-keputusanNya dan kita tidak dapat menyelami jalan-jalan yang akan Dia tunjukan kepada kita, namun percayalah bahwa di balik semua masalah yang terjadi pada diri dan kehidupan kita, ada sebuah rencana dan keputusanNya yang terbaik untuk kita, sehingga ketika masalah hidup itu terlewati, namaNya akan semakin dipermuliakan.


Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.  (Roma 11:36)


Andreas, 8 April 2010