Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Memberitakan Injil tanpa diskon

Purnomo's picture
Banyak orang yang ingin pemberitaan Injil yang dilakukannya membuahkan hasil pada saat itu juga. Maka target yang ia pegang adalah Injil harus didengar sekaligus diterima. Karena keterbatasan waktu, maka Injil tidak diberitakan dengan utuh tetapi dipangkas di sana-sini, di”rapi”kan. Bukankah bunga mawar lebih menarik dan tidak melukai ketika berada di toko bunga daripada ketika masih menempel di pohonnya?
– o –
Ketika masih sekolah di SMP Kristen dan belum terima Yesus, saya meminjam Alkitab teman yang selalu mengajak saya ke gerejanya. Saya sudah punya Perjanjian Baru yang saya terima waktu lepas dari sebuah SD Kristen. Karena itu saya ingin membaca Perjanjian Lama-nya. Tidak ada 1 bulan seluruh PL saya baca habis. Saya memang hobi baca buku cerita dan PL isinya seperti novel. Setiap tokohnya, selain kebaikannya juga diceritakan keburukannya. Banyak orang Kristen, sewaktu membaca Kitab Ester mengagumi tokoh Hadasa alias Ester. Tetapi saya kagum kepada Wasti, yang berani membantah perintah rajanya yang tidak bermoral walau ia tahu nyawanya dipertaruhkan. Sedangkan Ester menyembunyikan KTP-nya demi karirnya di istana. Saya tidak tahu mengapa banyak orang menamai bayi perempuannya Ester. Mungkin ingin kelak bayinya ikutan cantik sehingga karirnya lancar
 
Sewaktu tahu saya sudah membaca seluruh PL, teman saya kegirangan dan kembali mengajak saya ke gereja. Saya menolak. Saya tidak tahu apa bagusnya jadi Kristen. Kitab Sucinya saja membingungkan. Kitab Suci kok berisi hal-hal yang buruk, yang sadis, bahkan yang tidak pantas dibaca anak-anak. Saya seperti menikmati cerita silat sewaktu membaca kisah bantai-membantai di antara anak-anak Daud. Saya coba membayangkan seberapa luas real estate yang harus dibangun Salomo untuk tempat tinggal para istri dan selirnya. Kalau saja saya bisa memonopoli perdagangan kosmetik di komplek keputren itu pasti dalam waktu singkat saya bisa kaya raya. Saya merinding senang waktu membaca Kidung Agung.
 
Orang Kristen bilang Kitab Sucinya adalah kitab suci yang paling jujur, mengungkapkan fakta apa adanya. Karena itu mereka sangat menyukainya. Tetapi ada yang bingung ketika membawakannya kepada orang lain. Bagaimana mereka bisa menjelaskan mengapa ketika Paulus jadi Kristen malah disingkirkan – “ditarsuskan” – oleh para rasul? Bagaimana mereka berani mengisahkan bahwa Paulus sendiri yang berjuang demi Injil punya penyakit yang tidak pernah disembuhkan oleh Junjungannya dan kesejahteraan hidupnya jauh lebih buruk daripada pendeta di pedalaman Indonesia? Beranikah mereka mengatakan bahwa menjadi Kristen bisa mendatangkan kesengsaraan bahkan aniaya sampai mati seperti yang tercatat dalam Kitab Ibrani? Bagaimana mereka bisa bercerita tidak setiap doa permohonan umat Kristen dikabulkan oleh Allahnya?
 
Tuhan mengaruniakan akal budi kepada manusia. Maka dengan akalnya, ada penginjil yang menyiasati tugasnya dengan cerdik. Mereka meniru cara salesman investasi yang menjelaskan uang kita bisa berbunga 15% sampai 30% setahun tetapi tidak cerita modal kita bisa menyusut bila kondisi-kondisi yang menguntungkan itu tidak muncul. Mereka meniru salesman sabun wangi yang menjelaskan para selebriti – Nia Zulkarnain, Sophia Latjuba, Ida Iasha, Tamara Bleszynski, Desy Ratnasari, Dian Sastrowardoyo, Mariana Renata, Febby Fabiola – jadi cantik karena memakai sabun wanginya tetapi tidak bercerita ada banyak perempuan yang tak pernah cantik walaupun sudah memakai sabun itu selama 10 tahun. Mereka meniru salesman obat yang membagikan kesaksian betapa banyak orang terkenal jadi sembuh karena makan obatnya tanpa memberitahu menelannya tanpa mematuhi aturan pakainya bisa membonsaikan ginjal dan hati. Mereka berbohong? O, tidak! Mereka hanya tidak menceritakan sisi buruknya. Mengapa begitu? Supaya Injil jadi sesuatu yang sangat menarik dan mudah diterima oleh banyak orang.
 
Diterima oleh banyak orang? Inilah kesalahan fatal dalam pemberitaan Injil. Jangankan untuk sesuatu tentang akhirat, sedangkan untuk membuat orang meninggalkan shampo yang biasa dia pakai ke shampo merek lain bukanlah pekerjaan mudah yang bisa dilakukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Orang berpikir penginjilan tidak sulit bila mempergunakan salesmanship. Di setiap pesta perayaan kesuksesan perkenalan cap baru, saya selalu mengingatkan para salesman untuk tidak lupa keberhasilan mereka menjual tidak lepas dari bantuan periklanan berbiaya tinggi yang gencar dilakukan melalui mass media, sponsorship, baliho, selebaran, poster. Pagi hari ketika orang membaca koran, ia melihat iklan barang itu. Masuk mobil berangkat kerja, menghidupkan radio, ia mendengar iklan barang yang sama. Di jalan matanya melihat puluhan papan reklame barang itu. Malam hari ketika ia menyalakan televisi, iklan itu muncul lagi berulang kali dengan penampilan dan pesan yang sama. Otaknya dalam sehari puluhan kali menerima pesan itu yang diam-diam mengendap ke alam bawah sadarnya. Maka ketika suatu hari ia masuk ke supermarket dan seorang SPG menawarkan barang itu, bawah sadarnya memberi perintah “beli, itu barang bagus” sehingga tanpa berpikir panjang ia membelinya. Transaksi ini dalam ilmu pemasaran disebut “impulse buying” (pembelian berdasarkan dorongan hati).
 
Tentu tidak boleh dipungkiri adanya peristiwa di mana ketika seseorang mendengar Injil, langsung ia mau terima Yesus. Tetapi ini bukan karena kepandaian penginjilnya. Yang terjadi mirip “impulse buying”. Mungkin ia punya tetangga Kristen yang selalu gembira dan tidak pernah mengeluh walau hidupnya pas-pasan. Mungkin di kantor ia pernah punya atasan Kristen yang rela dimutasi ke tempat terpencil karena menolak korupsi. Mungkin ia pernah mengalami kecelakaan lalu lintas dan ditolong seorang Kristen. Berbagai peristiwa ini – tanpa disadari oleh para pelakunya yang walaupun tidak pernah menginjili melalui kata tetapi perilakunya telah menggemburkan hati yang keras – menumbuhkan keingintahuan orang itu apa yang mendorong orang Kristen berperilaku demikian. Karena itu, pada saat ia mendengar Injil, Roh Kudus dapat leluasa bekerja di hati yang haus ini untuk membuka mata hatinya melihat Yesus di balik semua rahasia yang selama ini ia herani dan kagumi.
 
Banyak penginjil yang ingin pemberitaan Injil yang dilakukannya membuahkan hasil pada saat itu juga. Maka target yang ia pegang adalah Injil harus didengar sekaligus diterima. Karena keterbatasan waktu, maka Injil tidak diberitakan dengan utuh tetapi dipangkas di sana-sini, di”rapi”kan. Bukankah bunga mawar lebih menarik dan tidak melukai ketika berada di toko bunga daripada ketika masih menempel di pohonnya? Terima Tuhan Yesus, semua penyakit lenyap. Percaya kepada Yesus, rejeki lancar. Ikut Tuhan Yesus, jadi anak Raja yang akan dimanja dengan berbagai kesenangan. Yesus adalah solusi segala perkara. Injil berubah menjadi barang dagangan yang dipromosikan dengan iming-iming hadiah. Bukankah ada gereja-gereja yang menyediakan door prize bagi jemaatnya? Ada yang membagikan uang transport dan bingkisan sembako. Anak Raja tidak pantas kelaparan. Ikut Yesus sungguh senang-senange. Dan orang menyambut kedatangan para penginjil pribadi dengan antusias karena selain mendoakan mereka juga membawa oleh-oleh. Saya pernah kaget waktu melawat seorang jemaat, ketika pulang ditanya “ndak ninggali apa-apa?” Injil yang diberitakan dengan diskon akan menghasilkan orang Kristen dengan “mutu bantingan” yang tidak tahan banting, yang manja, yang selalu minta dilayani, yang hobi mengajukan berbagai “claim” kepada gereja dan Allahnya. Sejak kapan seh Kerajaan Allah di bumi berubah menjadi perusahaan asuransi dimana nasabahnya bisa mengajukan kleim tanpa pernah setor premi?
 
Injil diberitakan untuk didengar. Diterima atau tidak itu pekerjaan Roh Kudus yang tidak mungkin diambil-alih oleh manusia. Usaha teman SMP saya akhirnya membuahkan hasil karena Mama jengkel melihatnya setiap Minggu pagi sudah datang ke rumah sementara saya tetap tidur pulas. Saya akhirnya ikut dia ke gereja untuk menentramkan Mama dan mengungsi tidur. Saya ikut katekisasi. Saya ikut-ikutan jadi guru SM, anggota tim PI dan paduan suara. Satu minggu menjelang baptisan, mendadak saja saya tidak percaya Yesus mati bagi saya. Saya tidak berani cerita kepada siapa-siapa. Siapa yang bisa percaya seorang aktivis paripurna mendadak berteriak “Saya tidak percaya Yesus adalah Juruselamat saya!” Gereja bisa geger. Bisa-bisa diadakan bidston ruwatan. Doa malam saya berubah menjadi tantangan, “Tuhan, jika Engkau betul-betul ada, jika Engkau betul-betul berkuasa atas alam semesta ini, buktikanlah. Rubah hati saya.” Hari Minggu saya ke gereja dengan mengenakan pakaian putih. Tetapi tekad saya sudah bulat. Jika sampai saya melangkah masuk ke gereja hati saya tetap tidak percaya, saya tidak mau dibaptis. Saya tidak mau dibaptis sekedar menyenangkan hati orang-orang yang ingin melihat saya dibaptis, sekalipun ia seorang pendeta.
 
Menjelang tiba di gereja, mendadak Firman dalam Yohanes 3:16 yang saya hafal luar kepala berdengung memenuhi otak. Karena demikianlah Allah mengasihi isi dunia ini, sehingga dikaruniakan-Nya Anak-Nya yang tunggal itu, supaya barangsiapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (terjemahan lama). Saya hidup di dunia ini. Berarti saya termasuk dalam kata “isi dunia ini”. Saya adalah orang yang dikasihi Allah. Yang dikasihi Allah bukan karena kehebatan saya, tetapi karena anugerah-Nya (2 Tesalonika 2:16). Saya tidak tahu mengapa Firman yang kemarin-kemarin tidak bicara apa-apa itu mendadak berubah menjadi surat pribadi yang ditulis oleh Tuhan sendiri di otak saya. Ketika paduan suara membawakan lagu “Sejak ku ikut Tuhanku, hatiku pun senang”, saya yang duduk di bangku para baptisan ikut menyanyikan lagu itu dengan suara keras tanpa peduli keheranan jemaat. Habis, saya hepi banget sih. Apakah ini pekerjaan manusia?
 
Jadi, beritakanlah Injil tanpa tergesa-gesa. Tuhan Yesus nggak pernah pasang target kok. Jelaskanlah sedikit demi sedikit sehingga Injil bisa dimengerti seutuhnya, tanpa polesan, tanpa diskon, tanpa memangkas duri-durinya.
 
(the end)
 

 

Adam Kurniawan's picture

@ Mas Purno

Artikelmu tt Penginjilan Pribadi, sangat saya apresiasi, bagus dan jadi bahan renungan buat saya....Tugas masih buanyak, ladang telah memutih, namun pekerjanya sangat2 sedikit dan terlalu sering MENGGARAMI GARAM, so jadilah Gudang GARAM....

1 korintus 15:58

__________________

1 korintus 15:58

Julius Tarigan's picture

@Purnomo: Salut!

Dalam tulisan ini aliran pemikiran Anda seperti "sungai yang tenang", tapi sungguh "menghanyutkan". Hal itu saya katakan dalam artian yang positifnya! Dan, dalam keseluruhan yang Anda ungkapkan di dalam tulisan ini, saya sangat setuju. Ya, "memberitakan Injil" itu haruslah "tanpa diskon" sama sekali. Sebab, pemberitaan Injil yang di diskon tidak lain adalah merupakan bentuk penipuan agamawi, yang seratus kali lebih buruk dari pada penipuan2 dalam bentuk2 yang lainnya.

Kiranya, melalui tulisan Anda ini, orang2 Kristen (khususnya bagi mereka yang terlibat aktif di dalam aktivitas penginjilan, dibukakan mata pemahamannya, bahwa penginjilan itu adalah lebih merupakan suatu proses atau suatu rangkaian tindakan yg kompleks, dari sedemikian banyaknya waktu, sikon dan orang  yang terlibat. Bukan suatu aktivitas yang bisa rampung dikerjakan hanya dalam satu kesempatan yang tertentu itu saja.

Tetapi, kita harus sabar bro Purnomo, sebab sesederhana apa pun hal ini kelihatannya bagi kita, ini adalah merupakan PENGETAHUAN TINGKAT TINGGI bagi kebanyakan orang yang selama ini terlibat secara giat di dalam aktivitas penginjilan.

Tetapi, walau bagaimana pun, apa yang sudah menjadi "tertulis" oleh "jari-jari tangan" Anda ini, akan tetap menjadi "papan pengingat" mengenai hal tersebut untuk seterusnya!

Thanks ya bro, buat tulisan yang bagus dan sangat menginspirasi ini!

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

kabarsukacita's picture

@Mas Pur...Sebuah talenta yang perlu dikembangkan

Saya senang bisa membaca Tulisan anda, bahasa yang sederhana, topik yang tidak berat, namun dirapikan dan didiskon kok hasilnya justru bagus ya (nangkep maksud saya?).....he..he... kalau tidak dirapikan dan didiskon mungkin anda langsung bikin satu buku nih....dapet hornor lagi nih....

Salam Kenal,

KS

.: "Tuhan Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir. Dia-lah Jalan, Kebenaran, Kebangkitan, dan Kehidupan." :.

__________________

.: "Tuhan Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir.
Dia-lah Jalan, Kebenaran, Kebangkitan, dan Kehidupan." :.

iik j's picture

@Purnomo, jangan beritakan yang berlawanan

Saya nemu ayat ini pak... dan itu jadi peringatan buat saya waktu memberitakan Injil

Yeremia: 8:11
Mereka mengobati luka puteri umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera.

Jangan memperingkas, mempercantik, poles, atau membungkusnya dengan hal yang indah namun tak berkenan..

Galatia: 1:10. Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
 

 

passion for Christ, compassion for the lost