Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Memperkosa Tanda Baca

PlainBread's picture

Memperkosa rasanya nikmat. Itulah yang saya dengar dari para pelaku tindak kriminal perkosaan. Yang membuat enak bukanlah sekedar stimulus seksual yang dirasakan ketika kedua orang saling bercinta atau bersenggama. Bukan, bukan itu. Tapi perasaan enak dan nyaman ketika mengetahui bahwa seseorang tidak berdaya di bawah badan kita. Perasaan menaklukkan. Perasaan gagah di dalam dada.

Memperkosa juga dimasukkan ke dalam tindak kriminal yang diatur oleh undang-undang banyak negara. Mengapa? Bukankah seseorang yang memperkosa mendapat kenikmatan di situ? Bukankah seseorang yang diperkosa juga tidak teramat rugi. Begitulah pembenaran yang pernah saya dengar dari beberapa pelaku perkosaan. Mereka juga mengatakan bahwa pada waktu peristiwa itu terjadi, seorang korban hanya kehilangan haknya beberapa saat. Nanti pun bisa diberikan lagi setelah selesai. Kalau pun seorang korban perkosaan kehilangan keperawanan atau keperjakannya, bukankah sekarang ada operasi plastik yang bisa menanam selaput dara buatan? Lagipula nilai keperawanan dan keperjakaan di jaman ini sudahlah tidak semahal 10-20 bahkan 30 tahun yang lalu.

Namun di sisi lain, saya juga mendengar cerita dari beberapa korban perkosaan. Dari banyak kesan pahit dan perasaan menderita yang mereka ceriakan, ada satu yang sangat menarik sampai saya tetap terus mengingatnya. Salah satu korban bercerita begini:

Bayangkan anda tidak mau makan. Lalu ada seseorang yang memaksa anda untuk makan. Bahkan untuk membuka mulut pun anda tidak mau. Tapi dengan kekerasan dan segala cara, orang tersebut akhirnya berhasil membuka mulut anda. Selanjutnya anda menangis, perasaan bercampur aduk. Bukan saja karena anda dipaksa untuk membuka mulut, tapi orang tersebut mencekoki makanan yang anda tolak. Anda merasakan mulut dan gusi anda perih, sakit. Dan pada saat yang sama anda merasakan, secara mental, anda diinjak dan diperlakukan dengan hina. Kalau anda bisa membayangkan perasaan yang dialami ketika itu terjadi, nah kalikan bobot perasaan itu dengan seratus kali. Benar, seratus kali. Itulah yang saya rasakan ketika saya diperkosa.

 

Tapi tentu saya tidak membicarakan hal tersebut karena hanya merupakan pengantar. Membuka pintu di mana saya ingin menceritakan bagaimana saya sudah sering memperkosa. Memperkosa tanda baca.

Sewaktu di sekolah dasar dan di sekolah menengah, saya selalu diajarkan oleh guru bahasa bahwa ada aturan tertentu di dalam memakai tanda baca sewaktu menulis. Semua yang pernah lulus SMP dan SMA pasti tahu itu. Tapi sayangnya, apa yang saya tahu tidak menjadikan saya menjadi mengikuti aturan tersebut.

Internet mengalami masa jayanya, mungkin dari sejak sepuluh tahun yang lalu. Begitu pula dengan hand phone. Kalau saya baru bisa memiliki telepon genggam ketika saya berada di tingkat akhir kuliah, saya liat anak-anak sekarang sudah memiliki benda yang sama sejak mereka berada di bangku sekolah dasar.

Tetapi karena kemajuan teknologi yang memungkinkan saya mengenal internet dan hand phone, akhirnya itu juga yang membuat saya memiliki kebiasaan buruk, yaitu memperkosa tanda baca.

Memperkosa tanda baca sering saya lakukan terutama ketika saya chatting atau mengobrol menggunakan instant messenger, atau ketika saya mengirimkan pesan pendek lewat telepon genggam atau dikenal dengan istilah SMS.

Bulan-bulan pertama sewaktu saya memiliki kebiasaan buruk tersebut, saya masih melakukannya dengan malu-malu. Tanda titik (.) yang seharusnya saya taruh di akhir kalimat, saya gandakan bahkan multiplikasikan. Sehingga kalau seharusnya saya menulis Ibu pergi ke pasar. Budi pergi ke sekolah., saya jadi terbiasa menulis seperti ini: Ibu pergi ke pasar ........... Budi pergi ke sekolah.

Saya ketagihan. Ada perasaan nikmat ketika mengetahui bahwa saya tidak bisa dihukum walaupun saya memperlakukan tanda baca dengan semena-mena. Selanjutnya bukan hanya tanda titik yang saya perkosa, melainkan juga tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Saya menjadi terbiasa menggunakan kedua tanda tersebut dengan berlebihan. Bahkan selain berlebihan juga bergantian. Misalnya kalau mau menulis: Pergi dari sini!, saya akan menulis: Pergi dari sini!!!!!! Lalu kalau mau menulis: Sudah makan?, maka saya sudah terbiasa menulis Sudah makan????? Tidak lupa juga saya sering menggunakan keduanya, misalnya: Ah yang bener??!!??!

Salah satu hal sensasional yang saya dapatkan dalam melakukan kebiasaan buruk tersebut, adalah menggunakan tanda kutip yang tidak perlu. Suatu hari saya mendapatkan sms dari mantan pacar saya, menanyakan bagaimana sekolah saya, karena kita saat itu tinggal di kota yang berbeda.

How's school? Demikian tanyanya.

It's "OK", Jawab saya.

You mean, literally OK, or NOT OK at all? Sambungnya.

Of course it's OK. Why even asked? Tanya saya tidak mau kalah.

'Cause honey, you just used quotation marks. Please use them whenever they're necessary.

Saya menyadari kesalahan saya. Suatu kata yang diberi tanda petik mengakibatkan kata tersebut bisa diartikan sebagai kata yang bermakna sebaliknya. Jadi jika saya berkata bahwa saya "baik-baik" saja, orang bisa menduga bahwa saya sebenarnya sedang memiliki masalah.

Tapi karena saya keras kepala, saya memilih mematikan telepon genggam saya. Saat itu saya pikir, ternyata susah juga punya pacar yang sok pintar. Mungkin dia tidak tahu rasanya menggunakan tanda petik dengan cara saya sendiri. Ada perasaan sensasional yang saya dapatkan. Tampil beda.

 

Namanya kebiasaan, tentu dilakukan karena memberi perasaan nikmat atau menyenangkan untuk si pelaku. Begitu juga kebiasaan saya memperkosa tanda baca. Ada perasaan menaklukkan. Ada perasaan gagah di dalam dada. Kebiasaan tersebut saya lakukan selama bertahun-tahun.

 

Sampai di hari yang nahas itu.

 

Saya terpaksa dipanggil ke kantor guru oleh guru bahasa. Beliau yang namanya sering menghiasi surat kabar, dan beberapa hasil tulisannya berada di atas rak-rak toko buku, hari itu mengamuk dengan luar biasa. Intonasi kalimat yang keluar dari mulutnya, tudingan jari telunjuk di atas kepala saya, dan kedua tangannya yang tidak bisa berhenti bergerak selama dia berdiri di depan saya, membuat saya tidak bisa berkutik lagi. Terduduk, tertunduk, dan sesekali merasakan cipratan ludah sang guru yang mendarat di pipi saya. Kejahatan yang dituduhkan beliau terhadap kejahatan saya adalah: Saya sudah memperkosa tanda baca.

Sayangnya saat itu tidak ada satu orang pun yang membela saya. Sang guru merangkap tiga jabatan: Sebagai saksi karena beliau adalah guru saya. Sebagai jaksa penuntut karena beliau adalah guru saya. Sebagai hakim pengetok palu karena beliau adalah guru saya. Delik aduan sudah dijelaskan. Delik sangkaan sudah dibacakan. Bukti berupa hasil tulisan saya di sebuah kertas dalam rangka mengikuti ujian yang diadakan beliau sudah cukup memberatkan. Bukti yang di dalamnya berisi tulisan saya yang memakai tanda baca secara semena-mena, membuat pembaca menjadi sakit mata, dan melanggar kaidah berbahasa dalam hal ini adalah menulis.

Tidak ada cara lain, kecuali saya akhirnya menganguk dan mengaku bersalah. Saat itu tidak ada yang bisa saya harapkan kecuali mendapat pengampunan. Dan tanpa di luar dugaan, sang hakim turun dari bangku megahnya dan mendekati saya sang terdakwa. Beliau mengusap kepala dan rambut saya. Memerintahkan saya untuk mengulang tulisan yang sudah saya buat, dan menyisipkan dibawahnya sebuah buku tentang cara menulis yang baik dan benar. Butiran ludah beliau yang sebelumnya mendarat di wajah saya, saat itu saya rasakan seperti butiran hujan menyegarkan diturunkan dari surga; saya beroleh anugerah ilahi.

Sejak hari itu, saya kapok untuk memiliki kebiasaan buruk tersebut, yaitu memperkosa tanda baca. "Maafkan saya, tanda baca," demikian permohonan saya di dalam hati. Saya berjanji kepada diri sendiri untuk terus belajar dari kesalahan saya.

M23's picture

@PB: Saya juga pemerkosa.....

Dear PB,

Maunya sih gaul, ternyata implikasinya berat juga ya. Saya mau belajar ah (hampir ketik .... lagi).

PB, saya sering bingung sama kata semena-mena. Kalau tidak salah, artinya:

semena-mena = tidak sewenang-wenang

tidak semena-mena = sewenang-wenang?

 

 

Tuhan aku percaya; tolonglah aku yang tidak percaya ini.

PlainBread's picture

@Michael Jordan 23, Semena-mena

Saya sampai ngecek kamus hahaha.

 

se·me·na a berimbang; tidak berat sebelah;
se·me·na-me·na adv sewenang-wenang; tidak berimbang; berat sebelah: pembagian harta warisan itu dilakukan secara -;
ke·se·me·na-me·na·an n perihal atau keadaan tidak berimbang

 

 


"It's not what I think that's important. It's not what you think that's important. It's what God thinks that's important. Now I'm going to tell you what God thinks!" - Chosen people of God

M23's picture

@PB: Txs

MJ memang fenomenal, sayangnya saya gak pake J,

Terima kasih untuk info-nya. GBU

 

 

Tuhan aku percaya; tolonglah aku yang tidak percaya ini.

Debu tanah's picture

@ PB, semena-mena = tidak sewenang-wenang

Alkitab LAI juga menggunakan definisi itu. Baca SINI

.

__________________

Debu tanah kembali menjadi debu tanah...

PlainBread's picture

@Deta Thanks Infonya

Saya baru tahu soal itu. Bisa dijadiin bahan pemikiran juga sih.

Pertimbangan saya begini:

1. Kalau mena = wenang

we + wenang = wewenang = berhak, berotoritas, to have cause, reason.

se + pengulangan  kata = arti yang sebaliknya:

se + wenang-wenang = kejam, menggunakan otoritas berlebihan, without cause or reason

Berarti semena-mena = sewenang-wenang

 

2. Kalau wena ternyata antonim dari wenang,

berarti semena-mena ≠ sewenang-wenang

 

yang menjadi masalah saya tidak tahu etimologi kata "mena" dan kata "wenang". Mungkin SS-er yang punya latar belakang bahasa atau sastra bisa membantu.

Mengenai tata bahasa, sewaktu saya menulis judul blog ini sempat ragu, apakah memerkosa atau memperkosa. Setelah membaca artikel di tempo yang anda kasih, saya makin ragu karena si penulis memberi contoh mencolok menjadi menyolok.

Jadi ingat siggy si Indonesia-saram, karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca. Dahulunya. Apakah karena itu saya akhirnya gemas mengapa bahasa Indonesia tidak memiliki penjelasan etimologi setiap kata di dalamnya, ataukah karena saya perlu banyak belajar tentang bahasa Indonesia.

 

 

"It's not what I think that's important. It's not what you think that's important. It's what God thinks that's important. Now I'm going to tell you what God thinks!" - Chosen people of God

smile's picture

PB : memperkosa,..atau merampas

PB,...maaf saya tidak bisa membaca cerita anda dengan lengkap, karena terbatasnya waktu istirahat,..

Saya hanya memberikan pendapat saya,..tentang "MEMPERKOSA" apa enaknya memperkosa,.... ga enak,..ga nikmat,...

mungkin lebih enaknya merampas,...

 

smile

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

PlainBread's picture

@Smile Pecel Lele Vs Memperkosa

PB,...maaf saya tidak bisa membaca cerita anda dengan lengkap, karena terbatasnya waktu istirahat,..

Gpp, kalo bisa ada waktu silakan baca. Mungkin bisa bermanfaat buat anda :)

Saya hanya memberikan pendapat saya,..tentang "MEMPERKOSA" apa enaknya memperkosa,.... ga enak,..ga nikmat,...

mungkin lebih enaknya merampas,...

Saya gak akan bilang pecel lele itu gak enak kalo belum pernah mencobanya. Kecuali kalo saya pernah mencobanya dan tau bahwa itu gak enak, baru saya bisa berkomentar tentang pecel lele.

 

"It's not what I think that's important. It's not what you think that's important. It's what God thinks that's important. Now I'm going to tell you what God thinks!" - Chosen people of God

smile's picture

PB

bener juga,...logikanya itu untuk orang normal ga enak,..untuk orang ga normal baru enak.

sama juga dengan orang mencuri mangga dan beli mangga,...

 

smile

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"