Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mengapa Mengritik? (Membedakan 4 Macam "Tukang Kritik" dalam Kekristenan)

Julius Tarigan's picture

Terus terang, blog saya ini -- dari awalnya sampai, entah kapan nanti, akhirnya -- akan selalu berisikan kritik-kritik, khususnya yang ditujukan untuk gereja-gereja dan para penyelenggara di dalamnya. Tulisan-tulisan saya yang sudah di-publish sebelumnya di blog ini (a.l.: "Mujizat apa Mujizat?", "Gereja yang lebih baik itu, Tidak Ada! Yang Lebih "Mahal", Banyak!") sudah bisa dijadikan sebagai gambaran akan seperti apakah konten-konten yang selanjutnya nanti yang mengisi blog ini. Karena itu, sebelum beranjak lebih jauh lagi nanti ke depan, saya merasa perlu untuk menjelaskan terlebih dahulu di sini mengenai: Mengapa saya memilih untuk menjalankan peranan ini, yaitu menjadi "tukang kritik" (terhadap gereja-gereja)?

Ya, mengapa mengritik? Bukankah mengritik itu adalah suatu hal yang negatif? Dan, bukankah mengritik itu adalah ciri dari orang yang tidak rohani dan tanda dari minimnya kasih yang terdapat di dalam diri para pelakunya? Sungguh, saya bisa memahami ungkapan-ungkapan atau pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan keberatan terhadap perbuatan mengritik itu.

Memang, harus diakui bahwa perbuatan mengritik itu seringkali dilihat sebagai perbuatan yang negatif atau lebih kongkritnya: Perbuatan yang kasar atau kejam atau pun angkuh. Nah, kalau saya sendiri sudah tahu seperti itu, lalu kenapa pula saya masih mau juga untuk melakoni peran "antagonis" dan yang sangat tidak populer ini? Jawaban saya untuk itu adalah begini: Akhir-akhir ini, saya menangkap panggilan Tuhan untuk saya, yaitu untuk menyuarakan "suara kenabian" atas gereja-gereja Kristen secara keseluruhan. (Tetapi, saya tidak akan pernah menyebut diri saya sendiri sebagai seorang nabi. Kalaupun, pada suatu hari nanti ada orang yang menyebut saya demikian, itu urusan mereka sendiri).

Sudah saatnya sekarang, khususnya bagi kita semua sebagai orang Kristen, untuk menyadari bahwa "tukang kritik" itu, tidak semuanya sama. Perhatikanlah nabi-nabi di dalam Alkitab (khususnya, yang paling banyak terdapat di dalam Perjanjian Lama), pada umumnya nabi-nabi itu berperan sebagai "tukang kritik" pada zamannya masing-masing. Jadi, ada satu hal yang merupakan kebutuhan yang sangat mendesak bagi umat Kristen  sekarang ini, yaitu untuk membedakan atau memilah-milah di antara orang-orang yang berperan sebagai "tukang kritik" itu. Dari pengamatan saya sendiri, ada 4 kelompok "tukang kritik" di dalam kekristenan,  yang dapat dan harus kita bedakan, yaitu sebagai yang berikut ini.

  1. Orang-orang yang cenderung mengritik segalanya, karena dirinya sendiri sebenarnya sedang "sakit" secara psikologis;
  2. Para pengritik awam yang lancang. Mereka ini di sebut "lancang" karena mereka melampaui atau melompati batas-batas yang wajar (dan yang sudah semestinya ada), yang memisahkan antara orang-orang yang ahli di dalam suatu bidang dengan orang-orang yang awam di bidang tersebut.  Mereka terlalu yakin akan pandangan-pandangan/pendapat-penadapatnya sendiri, yang sebenarnya dangkal, masih terlalu mentah, dan belum diuji secara memadai (yaitu sebagaimana yang lazim dilakukan di antara para ahli di bidang study atau keilmuannya masing-masing).
  3. Para pengritik fundamentalis. Mereka ini mati-matian ingin mempertahankan  "doktrin-doktrin" yang telah dirumuskan oleh para tokoh-tokoh pendahulu dari aliran/mazhab mereka itu, yang sangat mereka percayai dan hormati pandangan-pandangan/pendapat-pendapatnya. Doktrin-doktrin itu sudah mereka anggap sebagai "kebenaran" yang absolut, tak terbantahkan, dan tak bisa diganggu-gugat lagi, oleh siapa dan apa pun. Sebab, apa yang sudah dirumuskan oleh tokoh-tokoh mereka di masa yang lampau itu, sudah mereka anggap sebagai  doktrin-doktrin yang "Alkitabiah", dan hal itu, tidak lain, adalah merupakan kebenaran Allah sendiri. Karena itu, apa pun yang berbeda (apa lagi, berlawanan) dengan doktrin-doktrin yang mereka miliki itu, pastilah akan mereka "serang habis-habisan" atau mereka lawan dengan mati-matian (= dengan segala cara, daya dan upaya). Mereka ini bisa bersikap dengan sangat keras, kasar, dan kejam kepada semua orang yang berseberangan pandangan/pendapat dengan mereka. Karena mereka ini sesungguhnya sudah merupakan suatu "wadah yang tertutup", jadi tidak mungkin lagi untuk berdiskusi dengan mereka (walaupun mereka sering juga mengatakan bahwa mereka terbuka untuk berdiskusi dengan siapa saja). "Diskusi" itu hanyalah omong-kosong saja, kalau salah satu atau kedua pihak yang terlibat dari awalnya, memang, sudah beketetapan untuk tidak akan pernah mengubah pandangan/pendapatnya sama sekali.
  4. Orang-orang yang mendapatkan panggilan dari Tuhan untuk menjalankan tugas kenabian atau menyuarakan "suara kenabian" bagi umat Tuhan (gereja-gereja Kristen secara keseluruhan). Karena mereka ini dipanggil oleh Tuhan, maka mereka pun mendapatkan kasih karunia dari Tuhan untuk menjalankan tugas tersebut. Karena itulah berbeda, khususnya, dari kelompok yang ketiga tadi, mereka ini, dalam menjalankan tugasnya, yang sekalipun kebanyakan akan mengritik juga, tetap menunjukkan kesantunan, kelemah-lembutan (harus ada perbedaan antara nabi-nabi di dalam PL dan "nabi-nabi" di dalam kekristenan, khususnya di dalam sikap dan pembawaan dirinya) dan, yang terutama, adil atau tidak memihak kepada salah satu golongan/aliran tertentu di dalam kekristenan sekarang ini. Jadi, kritik mereka ini ditujukan kepada umat Kristen atau gereja-gereja secara keseluruhannya. Dan, tujuan dari kritik itu bukanlah untuk membela atau mendukung faham/aliran atau golongan tertentu yang terdapat di dalam kekristenan sekarang ini, melainkan untuk mereformasi gereja-gereja yang ada sekarang ini, secara keseluruhannya.

Nah, demikian sajalah dulu paparan saya mengenai soal "mengapa mengritik?" ini. Kiranya, dengan pemaparan seperti yang dimuat di atas itu tadi, ke depan ini kita semua bisa  membedakan atau memilah-milah di antara para "tukang kritik" yang ada di dalam kekristenan sekarang ini. Dan, kiranya  para pembaca blog saya ini, khususnya, bisa memahami mengapa saya memilih untuk menjalankan peranan yang tadi sudah saya katakan "antagonis" dan tidak populer" ini. Dan, secara lebih luasnya, kiranya dengan penjelasan di atas tadi, umat Kristen (seluruhnya) diperkenalkan terhadap sebuah gerakan kenabian yang baru pada masa kini (berbeda dari yang sudah dikenali sebelumnya), yang sedang dibangkitkan oleh Allah (dengan cara yang calm, slow [but sure!], tidak dengan "grusa-grusu" atau pun dengan gegap-gempita) bagi atau untuk mereformasi gereja-gereja Kristen (secara keseluruhannya) pada masa sekarang ini. Amin.

 

Sumber: Diadaptasi dari tulisan saya di www.juliustarigan.blogspot.com yang telah dikembangkan dari tulisan saya sebelumnya di www.in-christ.net/juliustarigan

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

sandman's picture

@JT so...

Dimanakah posisi anda?

 

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

king heart's picture

@JT

Coba putar sudut pandangnya pada objek apa yang dikritik, apakah 4 kelompok tukang kritik masih pas dan relevan pada semua pengeritik ?

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

sandman's picture

@KH makanya saya tanyakan

Saya yakin 4 pilihan itu seperti makan buah simalakama, dimakan ibu meninggal, gak dimakan bapa meninggal.

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

Julius Tarigan's picture

@Sandman: Posisi Saya Sudah Jelas, Kan!

thanks ya, Sandman untuk komentarnya.

Di mana posisi saya? Ah, Sandman, masakan hal itu masih perlu untuk Anda tanyakan lagi! Bukankah seharusnya hal itu sudah jelas dari apa yang sudah saya kemukakan di dalam tulisan saya di atas itu tadi?! Anda sedang bercanda, atau Anda punya maksud yang lain lagi dengan mengajukan pertanyaan yang seperti itu?

Oh, ya, dalam postingan Anda yang berikutnya Anda mengatakan bahwa ke-4 pilihan (sic!) itu seperti makan buah simalakama. Jadi, dari sini saya bisa menangkap bahwa tulisan saya di atas tadi rupanya telah membuat Anda menjadi bertanya-tanya di manakah posisi Anda sendiri di dalam ke-4 kelompok tukang kritik tersebut. Dan, karena Anda tidak bisa menemukan posisi yang Anda anggap cocok dengan Anda (atau teman2 Anda) dari ke-4-nya (atau, mungkin, karena Anda tidak suka dengan apa yang Anda temukan di sana), Anda jadi bingung, lalu kemudian melemparkan pertanyaan itu kepada saya.

Jadi, saya harus jawab apa? Saya hanya bisa menjawab begini: Mengenai saya sendiri, saya sudah jelas mengetahui di mana posisi saya di dalam ke-4 kelompok tukang kritik tersebut, sebagaiaman yang sudah saya kemukakan di sana. Sedangkan, mengenai posisi Anda, saya tidak tahu persisnya. Dan, tentunya, bukanlah kewajiban saya untuk mencari tahu mengenai hal itu. Saya hanyalah memberikan deskripsi singkat mengenai ke-4 kelompok tukang kritik tersebut, dengan harapan ada orang yang akan mendapat faedah darinya. Terserah Anda mau menggunakannya sebagai petunjuk bagi diri Anda untuk melihat posisi Anda sendiri, atau tidak. Dan, terserah Anda juga apakah menyukainya atau tidak. Atau, terserah Anda juga mau menambahkan sendiri (di blog Anda ,tentunya!) kelompok yang ke-5-nya, yang deskripsinya Anda buat sesuai dengan diri Anda. Gimana? (Hehehe...!)

OK-lah, begitu aja ya, Sandman, sekali lagi, thanks buat komentarnya! GBU.

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

@King heart:

Thanks ya, King heart, buat komentarnya!

Maaf, saya sama sekali tidak bermaksud merendahkan Anda, tapi saya dengan sejujurnya tidak bisa memastikan maksud yang sesungguhnya dari  pertanyaan Anda itu. Karena itu, daripada nanti saya menjawab Anda dan ternyata jawaban saya itu tidak nyambung dengan apa yang Anda maksudkan, saya lebih memiih untuk meminta penjelasan tambahan dari Anda.Tolong Anda lebih perjelas maksud dari pertanyaan Anda tersebut.

Saya tunggu, ya! GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

king heart's picture

@JT : Ini maksudnya.....

Begini teman,

Anda kan meneropong / menganalisa subjeknya ( si tukang kritik ), nah saya hanya melihatnya jika "pandangan" diarahkan kepada si subjek maka subjektivitasnya menjadi besar tergantung dari mana posisi penilai. Hal ini sih memang tigak bisa digeneralisasikan namun kecenderungan ini saya yakin lebih besar dibandingan objektivitasnya.

Nah bertolak dari pandangan itu maka saya menanyakan kepada anda mengapa pandangannya tidak kepada isi kritiknya ( objeknya ) terlebih dahulu baru cap disematkan kepada si subjek ( sekalipun ini pun tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat he he he sulit ya ?? )

Semoga sekarang tidak salah mengerti

 

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Julius Tarigan's picture

@King heart: Calon Filsuf?

Thanks ya King heart, atas penjelasannya!

Anda calon filsuf, ya? Koq, pertanyaannya rada "runyam" atau berbau filosofis, gitu! (Hehehe...!) Tapi, OK-lah, teman, saya coba ya, untuk menjawabnya.

Jadi, menurut Anda kalau pandangannya dialihkan dari subyeknya (para pengritik)  kepada obyeknya (isi kritiknya), maka hasilnya akan berbeda, dari apa yang sudah saya kemukakan di dalam tulisan saya di atas itu. Benar, begitu, kan?

Menurut saya, tidak akan ada bedanya! Mengapa? Karena obyeknya (apapun yang dikritik) akan selalu dihadapi dengan warna atau ciri-ciri dari si subyek (pengritiknya). Kalau pengritiknya, misalnya, berasal dari kelompok "para pengritik fundamentalis", maka kritikannya itu (terhadap sesuatu hal) sudah pasti akan bercirikan (yaitu dengan sudut pandang, cara2, dsb.) fundamentalisme juga. Jadi, dalam hal ini, subyek sangat berpengaruh kepada obyeknya. Karena itu, kita akan bisa mengetahui atau mengenali, termasuk dalam kelompok pengritik yang manakah seseorang itu (= subyeknya), hanya dari apa yang menjadi isi kritikannya itu (= obyeknya).

Lebih jauh lagi, apa pun yang sudah dijadikan sebagai obyeknya (termasuk ayat-ayat Alkitab, sekalipun), sudah bukan merupakan sesuatu yang obyektif lagi. Mengapa? Karena semua yang disampaikan/dikemukakan tentang obyeknya itu telah dipengaruhi/disesuiakan/dikondisikan sedemikian rupa oleh dan dilihat dari sudut pandang si subyeknya tersebut.

Saya rasa cukup begitu saja dulu mengenai hubungan subyek dan obyeknya ini ya, King heart. (Sebelum keburu nanti seseorang yang benar-benar filsuf, tertarik untuk datang dan "urun-rembug" dengan kita di sini! Hehee...!). Thanks n' GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

king heart's picture

Calon Arang

@JT, ketinggian kalau saya disebut calon filsuf, golongan tukang kritik saja termasuk kelompok awam yang lancang ha ha ha ha

Jadi, menurut Anda kalau pandangannya dialihkan dari subyeknya (para pengritik)  kepada obyeknya (isi kritiknya), maka hasilnya akan berbeda, dari apa yang sudah saya kemukakan di dalam tulisan saya di atas itu. Benar, begitu, kan?

Menurut saya, tidak akan ada bedanya! Mengapa? Karena obyeknya (apapun yang dikritik) akan selalu dihadapi dengan warna atau ciri-ciri dari si subyek (pengritiknya). Kalau pengritiknya, misalnya, berasal dari kelompok "para pengritik fundamentalis", maka kritikannya itu (terhadap sesuatu hal) sudah pasti akan bercirikan (yaitu dengan sudut pandang, cara2, dsb.) fundamentalisme juga. Jadi, dalam hal ini, subyek sangat berpengaruh kepada obyeknya. Karena itu, kita akan bisa mengetahui atau mengenali, termasuk dalam kelompok pengritik yang manakah seseorang itu (= subyeknya), hanya dari apa yang menjadi isi kritikannya itu (= obyeknya).

Supaya tambah runyam, saya tambahkan bahwa penilai harus diserahkan kepada pihak lain diluar pengeritik dan yang dikritik. Bahasa kerennya yang orang / kelompok independen. Bagi saya tetap jauh lebih objektif jika yang "pelototi" isi kritiknya dibanding pengeritiknya.

Gambarannya begini,

Semisal JT menulis mengenai 2+2 x 2 : 4 - 1 = 2 dengan segala argumennya

Nah, KH karena golongan 2 mengertik dasar ngawur mestinya hasilnya adalah 1 tentu dengan argumen yang tak kalah meyakinkan.

Jika semisal JT telah mengenal KH ( ada dendam kesumat he he he he ), maka JT akan mengatakan KH ngawur dan mengada ada.

Semisal kita meminta pendapat Sandman, maka sebagai pihak yang independen maka ia akan menganalisa hasil tulisan JT dan KH terlebih dahulu bukan menganalisa JT atau KH.

Coba bayangkan jika dalam menganalisa Sandman telah ada dendam pribadi dengan JT dan merupakan sohib berat KH, maka jika dia tidak fair dalam menilai, dia akan memihak KH habis habisan. Apalagi jika yang sandman menganalisa JT dan KH, tidak peduli objek apa yang menjadi perdebatan... he he he kebayang tidak yang ada jadinya seperti dagelan srimulat.  Menganalisa objeknya saja bisa tidak berimbang apalagi subjeknya.

Senang berdiskusi dengan anda, GBU

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Julius Tarigan's picture

@King Heart: Pihak ke-3 yang Berotoritas

Buat King heart.

Walaupun pemikiran Anda sebenarnya agak melompat (atau menekong?) di sini, tetapi usulan untuk melibatkan pihak yang lain lagi (pihak ke-3) itu sangat saya apresiasi. Kalau terjadi silang pendapat antara pengritik dan yang dikritik maka, agar kedua pihak itu tidak terjerumus ke dalam debat kusir, harus ada pihak ketiga yang dilibatkan. Dan, supaya kehadiran pihak ketiga itu benar2 berguna, maka orangnya, haruslah 1) bisa netral, dan 2) berkompeten (ahli) di bidang yang dipermasalahkan tersebut.

Bagaimana kalau pihak ketiga yang memenuhi syarat seperti yang disebutkan di atas itu tidak memungkinkan untuk dihadirkan, misalnya, seperti di SS ini? Kalau hal itu nenang tidak memungkinkan, maka haruslah dibuat ketentuan (sebagai kebijakan) agar di SS ini kita tidak melakukan perdebatan, melainkan kita di sini hanya sharing saja, antara satu dengan yang lainnya -- "ini yang saya alami..., Ini yang saya ketahui....". Dan, komentar2nya juga haruslah dibahasakan secara ungkapan pribadi (yang bersifat subyektif), dengan selalu mengawalinya dengan, mis: "Menurut pendapat saya..., dari apa yang saya sendiri fahami..." Pokoknya harus dihindari kesan bahwa apa yang ditulisnya itu (yaitu yang hanya berdasarkan hasil pemikirannya sendiri atas suatu hal atau pun tangkapannya atas ayat-ayat Alkitab yang tertentu) harus diterima oleh yang lain sebagai kebenaran.

King heart, ini sebenarnya adalah isi hati saya (yang tadinya ingin saya tuangkan dalam satu tulisan tersendiri di blog saya ini) untuk kita semua sebagai "penghuni" (dan "tamu") di SS ini. Tapi, karena Anda menyinggungnya di dalam komentar Anda di atas, jadinya saya kemukakan di sini (yang, sebenarnya, juga sudah pernah saya cetuskan di dalam komentar saya di blognya Hai-hai). Begitu aja, ya! GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Rusdy's picture

@J Tarigan: Pengkritik dan Terkritik

  1. Kasian sandman, pertanyaan sebaris sudah diancang-ancang ratusan kata. Emang udah dijawab di blognya juga siiih, mungkin si sandman kelewatan bacanya?
  2. Jelas-jelas kita semua terpanggil untuk menjadi pengkritik ke-4, sayangnya, sudah banyak yang 'gerah'. Mungkin kita juga butuh 'pendengar' di pasar klewer? Soalnya, setiap topik sekarang membawa 'tonjok-tonjokkan' tanpa henti :), apa udah pada 'kegerahan' dikritik?. Apa iya, semua orang sekarang maunya jadi 'pengajar / pengkritik' hanya karena mau 'didengar'? Ayo para 'pendengar', mana kalian? Kasihanilah kami ini!

"Ingatkanlah mereka di hadapan Allah agar tidak bertengkar tentang kata-kata. Pertengkaran seperti itu tidak akan menolong siapa pun, malahan akan membinasakan orang yang mendengarnya" 2 Timotius 2:14

dennis santoso a.k.a nis's picture

nomor 4

setuju dengan rusdy... tarigan, harusnya lo cukup jawab si sandman dengan satu kalimat juga, misalnya "gue nomor 4", dan beres dah... gaya anda menjawab sangat2 defensif dan ga cocok dengan peran antagonis yang anda ingin mainkan.

Julius Tarigan's picture

@Rusdy: Thanks!

Thanks ya Rusdy, untuk penegasan dan komentarnya!

Saya percaya koq, Sandman sudah tahu jawabannya dan sebenarnya dia cuma mau test saya aja. Saya tau juga kalau komentar2 Sandman selama ini rata2 memang singkat2 aja, karena itu saya bermaksud untuk "menggugah"-nya supaya "terpancing" untuk  lebih mengemukakan lagi pikiran2nya sendiri.

Btw, saya setuju dengan kamu bahwa sekarang ini kebanyakannya orang mau menjadi pengajar. Padahal, Yakobus pernah menasihatkan supaya "janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru". Dan, dia juga memberikan alasannya, "sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat". Prinsip saya begini: Kalau kita sendiri masih belum sepenuhnya yakin bahwa kita dipanggil (oleh Tuhan) untuk menjalankan suatu tugas dan kita sendiri belum pernah diperlengkapi secara memadai sebelumnya untuk menjalankan tugas tersebut, sebaiknya kita menghentikan langkah dan keinginan kita untuk melakukannya. Biarlah setiap orang (termasuk diri kita sendiri) melakukan tugas panggilan (dan keahliannya) masing2. Sebab setiap orang itu pastilah hanya bisa ahli di dalam hal-hal yang tertentu saja dan awam di dalam hal-hal yang lainnya. Kalau memang hal itu adalah bidangmu dan panggilanmu, go ahead! Tapi, kalo bukan, atau kita sendiri tidak yakin, marilah kita menjadi pendengar yang baik saja!

Wah, jadi panjang juga ya! OK-lah Rusdy, sampai di sini dulu ya, dan thanks, sekali lagi, buat komentarnya. GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

@Dennis Santoso: Sandman itu Pintar!

Thanks ya Dennis Santoso, buat komentarnya!

Begini, Denis, pertanyaannya Sandman itu sebenarnya bersifat retorik. Jadi, dia bukannya tidak tau jawabannya. Dan, karenanya tidak memerlukan jawaban yang langsung, (seperti dalam menjawab pertanyaan lugu/polos yang biasa). Saya percaya bahwa Sandman itu pintar, karena itulah saya menjawab dia dengan jawaban yang ditujukan kepada orang pintar, bukan kepada orang bodoh, yang tidak tau apa2.

Jadi, sekali lagi, Dennis, daripada merendahkan Sandman, saya justru sedang menempatkan dia di tempat yang saya percayai di mana sepatutnya dia berada (dan kiranya dia menyadarinya), yaitu sebagai orang yang (juga) pintar. Begitu saja, Dennis, saya harap Anda tidak salah faham dengan maksud dan cara saya dalam merespon komentarnya Sandman terhadap tulisan saya di blog ini. GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

sandman's picture

@All lepas dari..

Bodoh atau pintarnya, terlewat atau tidaknya, retorik atau tidaknya, saya lebih mengharapakan jawaban singkat padat dan jelas, dalam artian bukan jawaban yang bersembunyi dalam indahnya sebuah kata-kata. Bener gak nis? yes or no? 1 2 3 atau 4.

Berkaitan dengan posisiku dimana, saya kira pilihannya terlalu sempit,  apakah ke-4 pilihan yang ditawarkan penulis itu sudah valid?. Apakah ke-4 pilihan itu sudah merangkum semua pemikiran orang?  Apakah tidak memungkinkan ada pilihan lain diantara ke-4 pilihan itu?

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

king heart's picture

@sandman : betul

Sandman bagaimana kalau saya yang memulai buat diri saya sendiri, saya pilih no 2 he he he he, cocok gak ?

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

sandman's picture

@KH aku masih belajar...

Jadi jelas, saya termasuk nomer 2.

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

king heart's picture

@sandman : jadi idem ditto ?? he he

Sekedar gambaran,

Jika penghuni pasar klewer ini dengan "paksa" dikelompokkan maka maka kebanyakan dari mereka akan masuk golongan kita ha ha ha ha golongan mayoritas di sini

Kayaknya yang bakal jadi minoritas yang no 4 karena khawatir disebut sombong he he he he

 

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

sandman's picture

@KH jaluar aman

Nomer 2 jalur paling AMAN daripada nomer 4, entar di sebut dapat WAHYU BARU atau NABI dari HONGKONG.

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

king heart's picture

@Sandman

Iya nih jadinya gak asik alias hambar, tidak ada gregetnya.....

4 Macam Tukang Kritik kurang memadai,......

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

sandman's picture

@KH dari 4 bisa jadi berapa yah?

1.Orang-orang yang cenderung mengritik segalanya, karena dirinya sendiri sebenarnya sedang "sakit" secara psikologis;

Berarti ada pengkritik yang masih "sehat" secara psikologis, pertanyaannya siapakah dia?  Apakah di luar 3 pilihan yang lain atau mereka itu yang tercakup pada pilihan nomer 2,3 dan 4.

 

2.Para pengritik awam yang lancang. Mereka ini di sebut "lancang" karena mereka melampaui atau melompati batas-batas yang wajar (dan yang sudah semestinya ada), yang memisahkan antara orang-orang yang ahli di dalam suatu bidang dengan orang-orang yang awam di bidang tersebut.  Mereka terlalu yakin akan pandangan-pandangan/pendapat-penadapatnya sendiri, yang sebenarnya dangkal, masih terlalu mentah, dan belum diuji secara memadai (yaitu sebagaimana yang lazim dilakukan di antara para ahli di bidang study atau keilmuannya masing-masing).

Berarti ada pengkritik yang tidak "lancang", yang mendalami dan sudah mateng serta teruji secara memadai. Siapakah pengkritik ini? apakah ini termasuk dari golongan nomer 3 dan 4 atau orang-orang di luar golongan pengkritik 1-4.

 

3.Para pengritik fundamentalis. Mereka ini mati-matian ingin mempertahankan  "doktrin-doktrin" yang telah dirumuskan oleh para tokoh-tokoh pendahulu dari aliran/mazhab mereka itu, yang sangat mereka percayai dan hormati pandangan-pandangan/pendapat-pendapatnya


Termasuk golongan mana orang-orang yang tidak mati2an mempertahankan doktrinnya? golongan ke-4? atau diluar golongan 1-4?

 

4.Orang-orang yang mendapatkan panggilan dari Tuhan untuk menjalankan tugas kenabian atau menyuarakan "suara kenabian" bagi umat Tuhan.

 

Apakah golongan ke-4 ini adalah anti tesis dari ke-3 golongan yang ada diatas? dimana segala keburukan yang ada di golongan ke-1  sampai ke-3 tidak ada?

 

 

 

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

king heart's picture

@sandman, seperti arah mata angin

He he he he sandman, pas dan tepat sekali analisa anda ( baru saya batin ).

Bisa seperti arah mata angin, 4 arah, 8 arah, lanjut 16 arah dstnya... Kalau pakai bahasa Indonesia arah angin ke 5 dstnya agak ribet penyebutannya ( tenggara, barat daya  dll ) enakan pakai  bahasa Inggris lebih gampang antara South dan East ya South East dstnya berlanjut ke South South East dst.

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

sandman's picture

@KH saya cuma lancang...

Bermain-main dengan andai mengandai... siapa tau gathuk ..

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

king heart's picture

@sandman : gathuk kok he he he

Biarpun di sini yang tukang othak athik gathuk sering dihujat sesat tetapi terkadang othak athik gathuk diperlukan juga sih... ha ha ha

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Julius Tarigan's picture

@Sandman:

Thanks ya Sandman, buat lanjutan komentarnya!

OK-lah Sandman, kalo kamu tetap mau dijawab seperti kepada anak TK, sebagai seorang "penjaga toko" yang baik, di "Pasar Klewer" ini, saya akan ladeni kamu sesuai dengan permintaanmu: posisi saya ada di kelompok yang ke-4.

Perlu untuk Sandman fahami bahwa dengan menyebutkan ke-4 kelompok "tukang kritik" itu (berikut dengan deskripsi singkat atas masing2nya) tidak pernah saya katakan bahwa semua "tukang kritik" yang ada di dalam kekristenan HARUS dan HANYA bisa/boleh digolongkan ke dalam ke-4 kelompok yang saya sebutkan itu SAJA.

Apakah masih ada lagi kelompok yang ke-5,6,7, dst.? Tentulah masih ada! Tetapi, kenapa saya cuma mencantumkan yang 4 itu saja? Pertama, saya tidaklah sedang membuat suatu laporan resmi atau karya ilmiah mengenai "jenis-jenis/macam-macam tukang kritik yang terdapat di dalam kekristenan" (sehingga perlu menyebut semuanya dengan selengkap-lengkapnya). Kedua, ke-4 kelompok itulah yang, untuk saat sekarang ini, menurut pengamatan saya, sangat perlu untuk dikemukakan (karena ke-4-nya itu paling banyak beraksi atau sedang "bersuara" sekarang ini.

OK. Begitu aja dulu Sandman, nanti dianggap kasih jawabannya terlalu panjang lagi! Thanks ya, untuk perhatiannya. GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

sandman's picture

@JT Bagus lah

Silahkah jalani tugas anda, jika memang itu adalah sebuah panggilan buat anda. Semoga semua yang anda kerjakan sesuai dengan kehendak-Nya. Saya yakin tulisan anda ini tidak dangkal dan sangat matang sekali, sehingga anda punya keyakinan untuk mengunggah tulisan ini, karena anda sudah ahli di "AREA" ini dan sudah teruji atau cukup memadai.

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

Julius Tarigan's picture

@Sandman: Thanks!

Thanks ya Sandman, untuk "doa restunya"!

Saya juga mendoakan hal yang sama untuk Sandman, kiranya menerima arahan yang jelas dari Tuhan, sehingga Sandman menempati "AREA" panggilannya dengan mantap! Amin.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

dennis santoso a.k.a nis's picture

nah, ini baru namanya ngobrol

nah JT, dengan menjawab ala "taman kanak2", diskusi di blog kamu terbukti berkembang kan?

ini lebih baik daripada menduga2 bahwa sandman pinter dan sok ngetest, dsb.

jawablah suatu pertanyaan tanpa menduga2 bahwa itu adalah jebakan. toh kalo bener2 jebakan, setelah dua tiga kali saling berbalas2an, akan keliatan dengan sendirinya. saat itu, barulah oke kalo kamu mau menjawab dengan berputar2 ala retoris.

Julius Tarigan's picture

@Dennis Santoso: Asas Praduga Baik!

Thanks ya Dennis Santoso, untuk  tegur-sapanya!

Bukannya mau membela diri, tapi saya cuma mau jelasin cara pandang saya. Begini Dennis, daripada langsung menduga ke arah yang rendah/kurang/negatif mengenai seseorang, saya lebih cenderung memilih untuk berpraduga baik, yaitu ke arah yang tinggi/lebih/positif mengenai orang tersebut (apa lagi di awal2 perkenalan dengannya). Nah, kalau ternyata nanti saya keliru (dalam praduga saya yang tinggi itu tentang dirinya), tidak terlalu sulitkan kan, untuk kemudian "turun" dikit dari "ketinggian" praduga itu tadi!

Jadi, bisa dibilang kalo saya menggunakan analogi yang seperti ini: Kalo di dunia hukum kita  digunakan "asas praduga tak bersalah", maka di dalam pergaulan kita (khususnya lagi, di antara sesama orang Kristen), patutlah diberlakukan "asas praduga baik". Maksudnya, berpraduga bahwa orang itu memiliki kualitas-kualitas yang baik/bagus/positif.

Kira-kira begitulah, Dennis, sedikit penjelasan dari saya. Thanks, sekali lagi, buat perhatiannya. GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

yun tonce's picture

@ JT ; Respon Kritik

Salam kenal bung JT..

Saya memberi masukkan, bagaimana jika bung memberikan cara untuk merespon para pengkritik...karena rasanya belum lengkap jika anda hanya memberikan klasifikasi para pengritik ini tanpa respon terhadap mereka.

GBU

Julius Tarigan's picture

@Yun Tonce:

Salam kenal kembali buat bung Yun Tonce!

Thanks ya bung, atas komentar dan masukannya.

Begini bung, tujuan saya yang sesungguhnya dalam mengemukakan mengenai keempat macam "tukang kritik" di dalam kekristenan itu adalah supaya kita (semua orang Kristen) jangan menyamaratakan begitu saja semua yang disebut sebagai "tukang kritik" di dalam kekristenan.

Saya merasa sangat berkepentingan untuk membuat hal itu menjadi jelas, sebab saya sendiri sekarang ini meyakini bahwa saya dipanggil oleh Tuhan untuk menyuarakan "suara kenabian" kepada gereja-gereja sekarang ini. Dan, karena itulah, saya menyadari bahwa saya sendiripun pasti akan dicap juga sebagai "tukang kritik". Jadi, dalam tulisan itu saya ,secara terbuka, menerima atau mengakui bahwa saya memang bisa digolongkan juga sebagai "tukang kritik". Tetapi, kita semua juga tau kan, kalau yang disebut sebagai "tukang kritik" itu pada umumnya sudah dipandang negatif selama ini. Nah, karena itulah saya merasa penting untuk menjelaskan bahwa "tukang kritik" itu tidak semuanya sama. Dan, karena itulah saya pun mengemukakan keempat macam "tukang kritik" itu. Yaitu, supaya dari pembeberan mengenai adanya 4 macam "tukang kritik" itu, maka setiap kita bisa melihat bahwa memang "tukang kritik" itu tidak semuanya sama (dan tidak semuanya negatif).

Jadi, karena tujuannya adalah seperti itu, maka tulisan saya itu tidak membicarakan mengenai cara-cara untuk meresponi para pengeritik (nanti, arahnya jadi terbelokkan kalau saya memasukkan juga mengenai hal itu). Tetapi, dalam kesempatan lain bisa saja nanti saya menulis juga secara khusus mengenai hal yang bung usulkan itu. Atau, gimana kalau bung yang duluan menulis mengenai hal itu?

OK Bung Yun Tonce, begitu aja, ya! GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

yun tonce's picture

@ JT ; next blog

Ok.. bung JT, saya tunggu blog anda yang secara khusus membahas tentang respon kita terhadap kritik...

Saya harap anda tidak berlama-lama dalam menulisnya karena hal ini sudah menjadi hal yang urgent.

GBU