Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menghafal Nurani

clara_anita's picture

Di antara "buanyak" mata pelajaran yang saya terima di bangku sekolah dasar dan menengah, mata pelajaran ini adalah monster yang paling mengerikan buat saya. Setiap kali melihat namanya di jadwal pelajaran, langsung saja saya mengalami mimpi buruk, dan bahkan mengalami psikosomatis. Namanya sendiri selalu berganti-ganti, sejak saya di bangku SD, SLTP, kuliah, dan sekarang saat saya sudah menjadi guru namanya pun diganti. Kalau ditelusuri, mungkin pelajaran inilah yang paling banyak mengalami pergantian nama.

Saya tidak terlalu merisaukan nama pelajaran yang terlalu sering diganti (mungkin dilatarbelakangi motif-motif politis yang saya tidak mengerti). Yang menjadi momok buat saya adalah bagaimana pelajaran ini disampaikan.
Maklumlah guru-guru saya pada mata pelajaran ,yang dulu disebut PMP lalu diganti PPKn, sewaktu kuliah disebut kewarganegaraan, dan sekarang bergabung dengan IPS menjadi PKPS, tergolong guru-guru yang perfeksionis. Saking perfeksionisnya kalau saat ulangan kami salah meletakkan titik dan koma atau mengganti suatu kata dengan padanannya, tidak ada toleransi lagi. Langsung saja jawaban kami disilang dan diberi poin O. Padahal pelajaran ini benar-benar menentukan keberlangsungan hidup kami sebagai siswa. Kalau sampai merah, ya terpaksa duduk di kelas yang sama tahun depan.

Sialnya lagi, saya tergolong orang yang sulit menghafal kata. Kalau boleh memilih, saya "terpaksa" lebih menyukai rumus-rumus fisika atau matematika. Jadilah semalam sebelum ulangan PPKn saya menghafalkan bab-bab mengenai toleransi, kehidupan beragama, dan hal-hal lain yang berbau moral kata demi kata, titik demi titik. Anehnya saat saya berhadapan dengan kertas ulangan semua hafalan saya biasanya menguap begitu saja entah kemana, dan jadilah saya mengarang indah. Hasilnya tentu saja tidak nilai 100.

Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang mengalami kesulitan serupa. Mungkin saya juga bukan satu-satunya orang yang bertanya-tanya, apakah menciptakan seorang yang bermoral itu harus dilakukan dengan mengkopi semua isi ajaran-ajaran, norma-norma, dan doktrin-doktrin ke kepala kita? Saya berkeyakinan bahwa hati nurani itu bukanlah sesuatu yang "saklek" atau kaku. Saya percaya nilai-nilai moral itu pada hakikatnya ada saat ia diejawantahkan dalam setiap tutur dan tindak kita setiap waktu.

Satu harapan saya, semoga saat ini dan di masa depan adik-adik, dan anak-anak kita tidak dihadapkan dengan hafalan mengenai undang-undang, namun lebih pada studi kasus dan analisis. Mungkin tidak sempurna, tapi bisa jadi satu alternatif untuk mengkontekstualisasikan pelajaran moral. Karena moral itu tidak sebatas pekerjaan otak, tapi juga pekerjaan hati. Dan saya yakin yang terakhirlah yang lebih penting.

GBU

  Innocent

Josua Manurung's picture

Ada cara baru menghafal...

coba cari MIND MAPS... di google atau yahoo search... anda akan menemukan cara baru bagi anak-anak untuk menghafal... dan tidak bikin stress... menyenangkan... karena mereka bisa sambil menggambar juga... TUHAN Memberkati.
__________________

BIG GBU!

clara_anita's picture

the mindmap book

konsep mind map memang menarik,

kalau mas joshua ada waktu cobalah cara buku berjudul "The Mindmap Book" karangan Tony Buzan terbitan BBC

Disitu dikupas lengkap tentang mindmap dan aplikasinya

GBU

garamdunia's picture

Moral yang baik

Quoted from clara_anita:
"Karena moral itu tidak sebatas pekerjaan otak, tapi juga pekerjaan hati. Dan saya yakin yang terakhirlah yang lebih penting"

Wah, tidak bisa lebih setuju lagi saya! 'Kepintaran dunia' tidak menjamin seseorang mempunyai moral yang mulia! Seperti yang Firman Tuhan sudah katakan:

"Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia" 1 Korintus 1:25

Wah, kalau begitu kita lebih baik belajar pendalaman alkitab untuk mempunyai moral yang baik ;)

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" 2 Timotius 3:16

Ari_Thok's picture

Yang Penting Hafal

Membaca tulisan clara_anita jadi inget bukunya Andreas Harifa tentang manusia pembelajar. Satu kalimat singkat yang cukup kuingat tentang pendidikan di Indonesia, "kita tidak diajar tentang bagaimana berpikir tetapi apa yang harus dipikir. Ya seperti contoh diatas, kita kebanyakan dididik dengan cara "menghapal". Asalkan bisa hafal rumus dan materi, ujian dipastikan bakal lulus. Hehe ..
__________________

*yuk komen jangan cuma ngeblog*


*yuk ngeblog jangan cuma komen*

clara_anita's picture

@Ari: keterlaluan.........

keterlaluan betul saya ini

ga bales komen yang usianya dah 3 bulan :P

 

Setuju....

belajar itu ibaratnya menyiram pohon

bukan mengisikan air ke dalam bejana 

 

Let us learn to learn

and be a lifelong learner

 

GBU