Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

MISTERI IMAN SEJATI: RELA UNTUK TAAT, BAHKAN DIHAJAR OLEH TUHAN SANG PENGHAJAR DAN PENYESAH ANAK-ANAKNYA (IBRANI 12 : 1-17)

akhung's picture

Oleh : Akhung Berithel Ina

Saya beriman saya akan sembuh. Saya tidak perlu mengkonsumsi obat, karena saya pasti sembuh. Kalau ada yang sakit dan tidak sembuh, tanda kurang beriman. Yakin dan percayalah. Maka Tuhan akan menyembuhkan-Mu“.

Saya beriman Tuhan akan memberikan kesuksesan dan kemakmuran karena orang percaya adalah anak Raja”

Definisi iman, saat ini telah menjadi kabur sehingga kita tidak lagi mengerti apa sebenarnya yang diajarkan Alkitab tentang iman.

Sering sekali saya mendengar definisi iman seperti di atas. Bahkan banyak hamba-hamba Tuhan mengajarkan seperti itu. Tapi mereka sama sekali tidak konsisten dengan teori mereka. Mereka mengatakan bahwa kalau beriman tidak perlu ke dokter, tidak perlu mengkonsumsi obat jika sakit, tapi kenyataannya, anak mereka lahir di Rumah Sakit dengan bantuan bidan dan dokter. Ketika anak mereka sakit, lagi-lagi ke dokter. Kalau mau konsisten dengan teori mereka ya ga usah ke dokter sama sekali. Melahirkan sendiri aja sambil beriman bahwa Tuhan akan menolong. Hamba-hamba Tuhan mendefinisikan iman seperti itu, tapi ternyata anak-anak merekapun di imunisasi demi kekebalan tubuh anak-anaknya. Kalau mau konsisten, kalau punya anak, ga usah diimunisasi. Ga perlu minum obat apa-apa kalau sakit. Cukup beriman aja. Apa ada yang berani?

Kitab Ibrani pasal 11 dan 12 berisi tentang misteri iman. Seringkali kita membaca hanya pasal 11 yang berbicara mengenai saksi-saksi iman, tapi tidak melihat lanjutan yang sangat indah pada pasal 12. Silahkan baca Ibrani pasal 12:1-17 di sini. Mari kita melihat misteri tentang iman secara sekilas ayat per ayat.

12:1 : Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

Saksi” di atas mengacu pada pasal 11 tentang saksi-saksi iman. Apa yang sebenarnya disaksikan disana? Berikut saya ambil beberapa contoh :

  • Nuh disuruh membuat Bahtera dan dia taat

  • Abraham disuruh keluar dari negerinya dan dia taat

  • Abraham disuruh mempersembahkan Ishak dan dia taat

  • Musa rela meninggalkan kehidupannya di istana

  • Rahab mengambil resiko dengan menyembunyikan pengintai-pengintai

Apa ada contoh dari saksi-saksi iman itu yang berbicara mengenai MEMINTA dan MEYAKINI sesuatu maka doa kita dikabulkan? Sayang sekali tidak. Perhatikan ayat-ayat ini:

11:36 : Ada pula yang diejek dan didera, bahkan dibelenggu dan dipenjarakan.

11:37: Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan

11:38: Dunia tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.

11:39:Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kesaksian yang baik.

Wah. Ternyata orang yang beriman berdasarkan ayat-ayat di atas kok ga enak ya? Bukan beriman TUHAN menyembuhkan dan dia sembuh, bukan beriman TUHAN memberikan kesuksesan dan dia sukses, tapi ternyata tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kesaksian yang baik.(ayat 39). Sungguh bertolak belakang dengan apa yang banyak digembar-gemborkan oleh hamba-hamba TUHAN. Jadi apa definisi Iman?

IMAN ADALAH KEYAKINAN YANG DISERTAI KERELAAN UNTUK TAAT SECARA MUTLAK KEPADA KEHENDAK TUHAN, APAPUN KESULITAN, RESIKO, PENDERITAAN, SALIB YANG HARUS DIPIKUL DEMI MEMPEROLEH JANJI TUHAN.

Mengapa Abraham mau meninggalkan kenyamanannya? Mengapa Nuh rela diejek oleh orang-orang pada jaman itu? Mengapa Musa rela meninggalkan istana? Mengapa nabi-nabi dan rasul-rasul rela untuk dianiaya? Mengapa mereka pantas disebut saksi iman? Jawabannya adalah karena iman mereka pada janji TUHAN yang terlihat melalui ketaatan mereka.

Iman bukan keyakinan yang muncul dari keinginan kita. Tapi keyakinan yang muncul sebagai respon kita akan janji TUHAN, diikuti oleh kerelaan untuk taat, menderita dan memikul salib karena janji itu.

Frasa “diikuti oleh kerelaan untuk taat, menderita dan memikul salib karena janji itu.” pada kalimat di atas penting. Itulah yang membuat keyakinan kita menjadi iman. Tanpa itu, belum bisa dikatakan iman. Di samping itu, yang berinisiatif adalah Tuhan, dengan memberikan janji, bukan karena keinginan kita. Jadi kalau kita ingin sembuh dan kita yakin bahwa TUHAN akan menyembuhkan, itu bukan iman. Karena itu muncul dari keinginan kita. Kalau memang akhirnya TUHAN menyembuhkan, itu murni kasih karunia-Nya, bukan karena kemauan atau keyakinan kita. Ingatlah Ibrani 11:39: Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kesaksian yang baik. Para saksi-saksi iman pun banyak yang tidak melihat secara langsung janji Tuhan tergenapi. Keturunan Abraham yang kesekianlah baru bisa merebut tanah Kanaan. Para rasul-rasul yang mati martir tidak melihat kedatangan Tuhan yang kedua kali. Tapi mereka tetap di sebut sebagai saksi-saksi iman. Jadi jika Tuhan tidak menyembuhkan kita, tidak mengabulkan doa kita, tidak memberikan kemakmuran dan kesuksesan kepada kita, sama sekali bukan tanda bahwa kita tidak beriman.

KERELAAN MENINGGALKAN DOSA

Pada pasal 12 ayat 1 kita juga melihat bahwa langkah iman dimulai dengan menanggalkan semua beban dan dosa yang merintangi kita. Dosa menjadi penghambat kita menikmati janji TUHAN. Jadi IMAN JUGA BERBICARA MENGENAI KERELAAN MENINGGALKAN DOSA.

 

WAJIB MENGIKUTI PERLOMBAAN IMAN.

dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.(Ibrani 12:1)”

Perlombaan apa yang WAJIB kita ikuti di sini? Kalau kita melihat secara keseluruhan ayat 1-17, kita akan menemukannya di ayat 14

12:14: Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat TUHAN.

IMAN NYATA MELALUI KETEKUNAN DAN PERJUANGAN KITA UNTUK MENGEJAR DAMAI SEJAHTERA DAN KEKUDUSAN.

Apakah dalam kehidupan kita, kita sungguh-sungguh mengejar kekudusan? Atau kita lebih suka mencari kondisi yang aman? ga apa-apalah melanggar kekudusan sedikit-sedikit, yang penting kita aman. Apakah seperti itu? Karena itulah TUHAN mengingatkan kita melalui ayat 1 bahwa banyak saksi-saksi iman yang rela kehilangan “keamanan dan kenyamanan” mereka demi janji yang lebih mulia.

 

PROSES DAN LATIHAN UNTUK MEMENANGKAN PERLOMBAAN IMAN.

Ayat 2-12 berbicara mengenai proses dan cara mencapai kesempurnaan iman. Apa yang dikatakan oleh Alkitab?

Fokus yang Tertuju Pada Kristus (Ibrani 12:2-4)

12:2: Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.

12:4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

Kristuslah yang memimpin dan membawa iman kita pada kesempurnaan melalui penderitaan-Nya. Teladan Kristus di atas adalah ketekunan-Nya pada penderitaan. Apakah dalam perjuangan kita melawan dosa, kita sampai semenderita itu? IMAN SEJATI DISERTAI PERJUANGAN DAN KETEKUNAN MELAWAN DOSA.

Kerelaan untuk Dihajar dan Disesah oleh Tuhan (Ibrani 12:5-13)

12:5 Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya,

12:6 karena Tuhan menghajar orang yag dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.

12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yan harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (Ibrani 12:5,6,8)

Mengasihi kok di hajar? Kejam banget Tuhan? Sekarang mungkin bukan jamannya lagi mendidik dengan hajaran. Pepatah di ujung rotan ada emas, kayaknya tidak berlaku lagi pada jaman ini. Ketika SD dulu guru SD saya sering memukul kita sekelas dengan rotan di pantat ketika nakalnya kita sudah berlebihan. Karena saya dulu duduk di tengah, semakin dekat guru saya setelah menghajar satu persatu dari depan, semakin mengerikan rasanya. Jaman sekarang mungkin kalau ada guru seperti itu bisa dilaporkan ke polisi. Orang tua saya juga pernah memukul dengan sapu lidi di pantat juga karena kita ribut pada saat jam tidur, padahal telah diperingatkan berkali-kali.

Apa kesan saya terhadap hajaran itu saat ini? Pada saat di hajar memang tidak enak. Seperti ayat di bawah ini :

12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya

tapi ada 2 hal yang saya pelajari saat ini:

  1. Hajaran akan diberlakukan jika sudah diperingatkan berulang-ulang tapi tidak mempan. Baik guru saya maupun orang tua saya, tidak asal menghajar. Tapi karena sudah diperingatkan berulang-ulang, masih saja melawan. Demikian juga Tuhan. Firman Tuhan mungkin sudah seringkali mengingatkan kita, tapi jika masih nakal, siap-siap aja jika Tuhan main kasar.

  2. Orang tua dan guru saya ketika menghajar dengan rotan, menghajar di tempat yang aman. Pukulan di pantat memang sakit sekali. Tapi karena pantat banyak lemaknya, dan juga dilindungi oleh celana yang biasanya kainnya lebih tebal bagian lain, jadinya justru itu tempat yang paling aman untuk dihajar. Bandingkan jika pukulan dilakukan di bagian tubuh lain. Tuhan pun menghajar untuk memberi efek rasa sakit, tapi hajaran Tuhan tentu tidak melebihi kekuatan kita. Tapi ya tetap sakit juga. Jadi jangan nekat deh melawan Tuhan.

  3. Hajaran bisa membawa kita untuk taat dan mengerti sesuatu, ketika cara lain tidak lagi mempan. Ketika saya SMA saya pernah bilang ke mama saya. Dulu untuk tidur aja, tunggu di hajar dulu. Sekarang malah pengen tidur tapi waktunya yang ga ada. Karena di hajar guru SMP saya ketika tidak bisa menjawab soal matematika, jadi tekun belajar. Ternyata dampak ketekunan itu baru saya rasakan ketika SMA. Karena dasar matematikanya sudah kuat. Pada ayat 10 dikatakan Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Hajaran Tuhan bertujuan untuk membawa kita menikmati bagian dalam kekudusan Tuhan.

Suatu saat kita akan mengerti indahnya ketaatan, meskipun untuk itu, kita harus melalui proses yang tidak mudah. Suatu saat Tuhan akan menggenapi janji-Nya untuk mengambil bagian dalam kebahagiaan dalam kekudusan-Nya serta untuk melihat Tuhan (12:14), meskipun untuk itu salib yang harus kita pikul berat.

 

__________________

 

Kita tidak bisa selalu memiliki apa yang kita sukai, tapi kita bisa belajar menyukai dan mensyukuri apa yang kita miliki