Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mujizat (Gali Kata Alkitab dalam Tinjauan Tulisan Ibrani Kuno)

Hery Setyo Adi's picture

Kata “mujizat” diterjemahkan dari kata mopet (disusun dari huruf-huruf konsonan dan vokal Ibrani: Mem-Holem Waw-Pe-Sere-Taw).  Kata mopet diturunkan dari akar-kata induk PT (Pe-Taw). Dalam tulisan Ibrani kuno huruf Pe adalah sebuah gambar mulut terbuka atau lubang, sedangkan huruf Taw adalah sebuah gambar tonggak atau tiang untuk menggantung panji-panji atau bendera. Gabungan dari dua gambar tersebut berarti “lubang untuk sebuah tonggak.”

Apa hubungan antara kata “mujizat” (mopet) dengan makna harfiah “lubang untuk sebuah tonggak”? Sebuah lubang dipakai untuk menancapkan tonggak atau tiang dengan panji-panji atau bendera yang tergantung di atasnya. Panji-panji atau bendera yang berkibar itulah yang mengundang kekaguman bagi orang-orang yang melihatnya. Mujizat, bagi orang Ibrani kuno, adalah suatu penglihatan yang mengagumkan.

Mujizat “Nabi”

Mujizat memang membuat orang kagum. Tapi, firman Tuhan mengingatkan bahwa hal yang paling utama adalah mengikuti Tuhan. Ulangan 13:1-4 menjelaskan masalah ini.

Nabi atau pemimpi tidak lantas diikuti, sekalipun mujizat atau tanda menyertainya. Ada patokan yang utama, yaitu apakah ia membawa orang untuk mengikuti Allah yang benar? (ayat 1-2). Bila ia membujuk untuk mengikuti allah lain, Tuhan dengan tegas melarang umatNya untuk mengikuti perkataannya, meskipun tanda atau mujizat itu telah dibuatnya. Mujizat atau tanda-tanda itu Tuhan pakai untuk mencoba umatNya, apakah mereka itu sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa (ayat 3). Firman Tuhan mengharuskan umatNya untuk mengikuti Tuhan, takut akan Dia, berpegang pada perintahNya, mendengarkan suaraNya, dan berbakti serta berpaut kepadaNya (ayat 4). 

Peringatan Tuhan itu tegas. Bahkan, nabi atau pemimpi yang mengatakan tanda dan mujizat, dan meskipun terjadi, tapi kalau menyesatkan umat Tuhan, ia harus dihukum mati (ayat 5).

Implikasi

Zaman yang semakin susah ini menjadikan mujizat dan tanda-tanda ajaib sangat mempesona banyak orang.  Tanda dan mujizat seringkali menjadi hal yang lebih diutamakan.  Kita terpesona kepada orang yang  melaluinya tanda dan mujizat itu terjadi. Sehingga, kita semakin dekat dan lekat kepada orang ini, bukan kepada Tuhan. Seringkali kita tidak berpikir kristis lagi terhadap ucapan dan perilaku “nabi” yang melakukan tanda-tanda dan mujizat itu.

Firman Tuhan dalam Ulangan 13 tersebut mengingatkan umatNya untuk melihat hal yang paling utama, yaitu mengikuti Tuhan. Kita tidak boleh dibutakan dengan tanda-tanda dan mujizat yang dilakukan “nabi” ataupun “pemimpi” itu. Kita harus bersikap kritis dan selalu membandingkannya dengan sumber kebenaran, yaitu firman Tuhan.

Mari kita selalu cek perkataan “nabi” atau “pemimpi” itu! Apakah ia membawa orang untuk mengikuti Tuhan, bukan mengikuti dirinya? Apakah ia membawa orang untuk takut kepada Tuhan, bukan takut kepadanya?  Apakah ia membawa orang untuk berpegang kepada perintah atau firman Tuhan, bukan berpegang kepada perkataannya? Apakah ia membawa orang untuk mendengarkan suara Tuhan, bukan suaranya? Apakah ia membawa orang untuk berbakti dan berpaut kepada Tuhan, bukan berbakti dan berpaut kepadanya?

Mujizat memang suatu penglihatan yang mengagumkan. Tapi, firman Allah mengingatkan bahwa hal yang utama adalah mengikuti Tuhan.

(Artikel ini ditulis oleh Hery Setyo Adi, yang menggunakan rujukan dari berbagai sumber)

Arema's picture

@Heri bagaimana dengan yang ini

Bapak bilang  utama adalah mengikuti Tuhan. Kasarnya kalau orang kristen ya harus mengikuti  Yesus yang menyangkut hidup kekristenan gitu yaa...

Ya mengenai orang yang di pakai Tuhan sebagai alatNya pasti kan mempunyai tanda2 sendiri pak..?di tambah latar belakang nya yang dulunya contohnya bukan kristen atau Tukang ramal,dukun santet dan banyak lagi, dan mereka bersaksi karena pengalaman hidupnya sampai fakta yang menjadikan dia ikut Tuhan. Bukanya mereka pandai dalam Alkitab tapi dengan fakta yang ada meyakinkan orang untuk ikut Tuhan.Tuhan yang pilih karena melalui dia banyak jiwa jiwa yang di selamatkan,jadi kan Tuhan punya caranya sendiri tuk menyelamatkan umatNya.Terus terang saya pribadi salut sama beliu2 dikarenakan:

1.Nyawa yang jadi taruhanya faktanya ada..banyak yang mau di bunuh..jadi mereka mau berkorban tuk penginjilan.

2.Nama Yesus di Tinggihkan,mereka pakai Yeses tuk melawan musuh2 nya,bukan dengan kekuatan sendiri tapi kekuatan Tuhan.da faktanya..yang bikin saya tambah kuat iman saya pada Tuhan.

3.Hasilnya nyata.melalui dia banyak orang percaya,fakta banyak orang bertobat setelah melihat dan mendengar kesaksianya..sederhana..kan.orang sekarang banyak yang pandai dalam Beralkitab....tapi apa hasilnya?..cuma perdebatan..terus orang mau percaya ???boroh-boroh.bingung iya! turun lapangan kalau berani...seperti mereka..

Karena nyata 2 mereka itu berani dan faktanya ada.jadi hasil akhir itu yang harus di acungkan jempol,ya memang Tangan Tuhan yang bekerja melalui dia banyak jiwa jiwa yang terpanggil.apa salah nya dia berhak mendapatkan yang di terima. ma,af munkin ada yang yg tersinggung dai pernyataan saya.

 

 

(JADI ORANG KRISTEN TAK USAH NEKO2 BIAR NAMPAK KRISTENYA)

Rusdy's picture

@Arema: Menuhankan Pengalaman

Arema menulis: "...dan mereka bersaksi karena pengalaman hidupnya..." Tidak dipungkiri, orang kristen dengan masa lampau yang 'kelam' akan memiliki kesaksian hebat. Iman saya sendiri terkuatkan melalui banyak saksi hamba Tuhan yang mengalami masa-masa 'kelam' seperti ini. Menurut saya, 'kesaksian pribadi' ini memiliki bahaya yang setara dengan bahaya mujizat yang dikemukakan oleh bung Hery. Singkat kata, saya mengutip dari tulisannya bung Hery: "Apakah ia membawa orang untuk mendengarkan suara Tuhan, bukan suaranya?" Jadi, pertanyaannya, apa buah dari kesaksian ini? Dari komentar bung Arema, saya lihat kemuliaan Tuhan dikabarkan. Puji Tuhan! Nah, dari segi pendengar, sayangnya saya sering kecewa dengan para pengikut Tuhan yang 'me-Tuhan-kan' kesaksian-kesaksian ini. Banyak dari pengikut Tuhan yang saya tahu, tidak tertarik untuk belajar FirmanNya, tetapi hanya mau mendengar kesaksian-kesaksian, atau cerita 'wah' semata. Saya yakin, ini bukan kemauan para hamba-hamba Tuhan tersebut. Bukankah 'kabar baik' yang mereka kabarkan adalah Injil itu sendiri? Bahwa Yesus tersalib adalah jalan mengenal Tuhan yang sebenarnya, dan bukan pengalaman manusia? Ya, seperti bung Arema sudah tulis, jalan ini bermacam cara. Tapi, ini menunjuk ke satu arah bukan? Yaitu Yesus sendiri? Mengenai golongan 'pandai dalam Beralkitab....tapi apa hasilnya?..cuma perdebatan..", menurut saya, ini mencampuradukkan masalah. Kepada mereka, pesannya tetap sama dengan mereka yang memiliki kehidupan yang 'kelam'. Bukankah pesan ini terkandung dengan nyata di Lukan 15:11-32 (cerita anak yang hilang)? Ya, kepada anak yang tidak tahu diri, akhirnya ia sadar betapa baiknya kebaikan Bapa di surga. Kepada anak sulung, yang merasa setia bekerja di ladangnya, pesannya sederhana: "Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali (Lukas 15:32)" Hanya saja, kita sering seperti si anak sulung (bukan si anak hilang). Kita merasa kita sudah setia bekerja di ladangnya... Inilah 'kabar baik' yang harus kita beritakan, yaitu kita semua telah gagal di hadapanNya (baik si anak hilang maupun si sulung). Dan kita telah dipanggil untuk kembali menyembah pencipta kita, yang dinyatakan dengan jelas melalui Yesus Kristus. Bukan mujizat, bukan juga pengalaman si 'anak hilang'.