Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

NAFAS Allah

hai hai's picture

Bung Stephen, tulisan anda sungguh menarik dan menggelitik rasa penasaran saya. Selamat bergabung, semoga anda betah nongkrong di pasar Klewer ini. Izinkan saya untuk meletupkan rasa penasaran saya atas tulisan anda.

 Hal-hal berikut inilah yang menggelitik rasa penasaran saya:

    • Satu-satunya yang tidak takluk kepada maut hanyalah Allah.
    • Maut atau mortalitas (kefanaan) adalah akibat dosa.
    • Nafas hidup adalah ciptaan dan bukan nafas Allah. Apabila ada yang memahaminya sebagai nafas Allah, itu disebabkan karena cara memahami penciptaan manusia secara antropomorfis.
    • Paham immortalitas jiwa tidak dikenal dalam Alkitab.
    • Alkitab tidak ada menyebut sama sekali dikotomi atau trikotomi tubuh, jiwa dan roh. Tubuh, jiwa dan roh adalah satu kesatuan yang utuh dan bersifat fana. Waktu manusia meninggal, tubuh dan jiwanya takluk kepada maut. Hanya Refaimnya manusia yang tetap ada dalam anamnesis (ingatan) Allah sampai ia dibangkitkan kembali.
 

Tidak Ada Ciptaan Yang Abadi

 

Bung Stephen, dengan menyatakan bahwa satu-satunya yang tidak takluk kepada maut hanyalah Allah, berarti anda menyatakan bahwa semua ciptaan Allah yang lainnya bersifat fana.

Apa yang menyebabkan kefanaan? Menurut anda kefanaan disebabkan oleh dosa. Karena berbuat dosa, maka manusia menjadi fana. Artinya, pada awalnya manusia bersifat abadi, ketika berbuat dosa, maka manusia kehilangan keabadiannya.

Apa yang menyebabkan makluk ciptaan lain juga menjadi fana? Apakah ketika diciptakan binatang sudah fana? Atau binatang menjadi fana karena berbuat dosa? Atau binatang menjadi fana karena menanggung dosa manusia?

Iblis dan roh-roh jahatnya adalah malaikat yang memberontak kepada Allah. Apakah Iblis dan roh-roh jahatnya juga bersifat fana? Apakah Iblis dan roh-roh jahatnya juga mengalami kematian? Alkitab tidak mencatat tentang kematian roh-roh jahat, apakah itu membuktikan bahwa mereka panjang umur? Atau hanya menganggap kematian mereka tidak penting, sehingga tidak perlu mencatatnya?

Malaikat yang berdosa disebut iblis atau roh-roh jahat. Malaikat yang tidak berbuat dosa tetap disebut malaikat. Karena menurut anda hanya Allah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, maka itu berarti malaikat juga fana dan akan mati. Apa yang menyebabkan malaikat bersifat fana? Apakah karena sejak awal diciptakan fana atau karena dosa manusia, maka malaikat menjadi fana? Alkitab tidak mencatat tentang kematian malaikat, apakah itu membuktikan bahwa mereka panjang umur? Atau hanya menganggap kematian mereka tidak penting, sehingga tidak perlu mencatatnya?

Stephen Menulis:

Berdasarkan tafsirannya atas Kej. 2:7, nisymat hayyim (daya hidup) maupun nefesy hayah (jiwa hidup) diciptakan Allah, dan bukan zat Allah yang keluar dari diri-Nya.

Nisymat hayyim adalah kehidupan atau daya hidup yang diciptakan Allah karena belum ada yang menghidupi jasad manusia pada saat itu. Tuhan Allahlah yang menciptakan nisymat itu barulah ada daya hidup yang dihembuskan. Dengan kata lain "nafas hidup" adalah ciptaan dan bukanlah nafas-Nya Allah. Nisymat hayyim inilah yang dihembuskan ke dalam jasad yang diambil dari tanah sehingga jasad itu menjadi nefesy hayyah (jiwa hidup).

Oleh karena sumber Yahwist selalu melukiskan Allah dalam karyaNya itu secara antropomorfis, maka dipakailah kata yippah (menghembuskan), sehingga banyak orang sering memahami nisymat sebagai nafas-Nya Allah. Akibatnya terjadi kesalahpahaman bahwa jiwa manusia dipahami sebagai "jiwa-Nya" Allah, yang berarti zat Allah/unsur ilahi ada dalam diri manusia. Tubuh dan jiwa manusia adalah ciptaan dan fana.

Paham tentang roh atau jiwa yang ilahi tidak terdapat dalam Perjanjian Lama; hanya dikatakan bahwa roh (ruach) atau nafas kembali kepada Allah. (Pkh 12:7) Konsep ruach sama pengertiannya dengan pneuma dalam Perjanjian Baru. Konsepsi nefesh (jiwa) adalah daya yang menghidupkan tubuh dan tidak dapat dibayangkan jika berada di luar tubuh.

Manusia mati seutuhnya dan karena itu manusia juga bangkit seutuhnya. Dikatakan bangkit seutuhnya, karena semua dimensi manusia "dibangkitkan" dalam kuasa Allah. Allah tidak mencipta ulang untuk kebangkitan orang mati, melainkan dia jugalah yang dibangkitkan kelak. Kehidupan baka di masa datang bukanlah penciptaan baru. Yang mati itu jugalah yang akan hidup seanteronya dalam total personality yang sempurna yaitu tubuh sekaligus manusia rohani. Dengan demikian, "aku" manusia yang mati, "aku" itu juga yang dibangkitkan kelak.

Hai hai:

Berikut ini saya kutip ayat Kejadian 2:7, juga saya sertakan bahasa Ibraninya agar kita dapat menganalisanya bersama-sama.

Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Kejadian 2:7

(Ketika itulah)

TUHAN Y@hovah (yeh·ho·vä')

Allah 'elohiym (el·o·h?m')

membentuk yatsar (yä·tsar')

manusia (itu) 'adam (ä·däm')

dari min (min)

debu `aphar (ä·fär')

tanah 'adamah (ad·ä·mä')

(dan) menghembuskan naphach (nä·fakh')

nafas n@shamah (nesh·ä·mä')

hidup chay (khah'·?)

(ke dalam) hidungnya 'aph (af)

(demikianlah) manusia (itu) 'adam (ä·däm')

menjadi makhluk nephesh (neh'·fesh)

(yang) hidup chay (khah'·?)

Dikotomi & Trikotomi

Bung Stephen, anda benar, Alkitab tidak mencatat istilah dikotomi maupun trikotomi. Namun yang perlu anda ketahui adalah, bahwa kedua istilah tersebut tidak dipetik dari udara kosong. keduanya adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kebenaran Alkitab. Sebagai seorang penganut dikotomi saya akan menjelaskan atas dasar apa John Calvin menarik kesimpulan bahwa manusia adalah dikotomi, bahkan saya akan menggunakan kalimat anda sendiri agar anda dapat memahaminya dengan baik.

Anda menulis,

"Nisymat hayyim adalah kehidupan atau daya hidup yang diciptakan Allah karena belum ada yang menghidupi jasad manusia pada saat itu."

Nampak jelas sekali dalam tulisan anda tersebut di atas, bahwa manusia adalah dikotomi. Yang pertama adalah jasad manusia, yang kedua adalah Nisymat hayyim atau daya hidup.

Sungguh mengherankan, walaupun anda meyakini bahwa manusia adalah satu kesatuan utuh yang mustahil dipisah-pisahkan menjadi tubuh, jiwa dan roh. Namun ketika menjelaskan keyakinan itu, anda justru menyatakan bahwa ketika menciptakan manusia, Allah menyatukannya dari dua unsur yaitu jasad dan Nisymat hayyim atau daya hidup. Bukankah berdasarkan penjelasan anda saya dapat menyimpulkan bahwa manusia itu dikotomi, Tubuh dan roh? Roh ketika jasadnya masih hidup disebut jiwa. Jiwa ketika jasadnya mati disebut arwah.

Secara akali, dua hal berbeda yang disatukan akan dapat dipisahkan kembali. Jasad dan jiwa adalah dua hal yang berbeda, bila keduanya dapat disatukan, maka secara teoritis dapat dipisahkan kembali.

Anda menulis:

Konsepsi nefesh (jiwa) adalah daya yang menghidupkan tubuh dan tidak dapat dibayangkan jika berada di luar tubuh.

Menurut saya tidak sulit untuk membayangkan apa yang terjadi bila nefesh berada di luar tubuh. Karena menurut anda nefesh yang menghidupkan tubuh, maka bila nefesh berada di luar tubuh, maka tubuh itu mati, menjadi jasad atau jenazah.

Nafas hidup Adalah Nafas Allah

Bung Stephen, anda menyatakan bahwa nafas n@shamah (nesh·ä·mä') atau menurut istilah anda Nisymat hayyim adalah sesuatu yang diciptakan oleh Allah, bukan nafas Allah. Kesalahpahamanlah yang membuat sebagian umat Kristiani menganggapnya sebagai nafas Allah. Anda menulis:

Oleh karena sumber Yahwist selalu melukiskan Allah dalam karyaNya itu secara antropomorfis, maka dipakailah kata yippah (menghembuskan), sehingga banyak orang sering memahami nisymat sebagai nafas-Nya Allah. Akibatnya terjadi kesalahpahaman bahwa jiwa manusia dipahami sebagai "jiwa-Nya" Allah, yang berarti zat Allah/unsur ilahi ada dalam diri manusia. Tubuh dan jiwa manusia adalah ciptaan dan fana.

Bung Stephen, menurut saya tuduhan anda tersebut di atas jauh lebih spekulatif dan jauh lebih besar kemungkinan salahnya. Menurut anda kata menghembuskan naphach (nä·fakh') atau menurut tulisan anda yippah digunakan demi tuntutan antropomorfis, itu berarti bila digunakan kata lain, misalnya meletakkan atau memasukan atau menjejalkan maka ayat Kejadian 2:7 menjadi tidak antropomorfis sama sekali? Mari kita coba.

Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan memasukan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Kejadian 2:7

Menurut saya, dengan menggati kata menghembuskan dengan memasukan membuat ayat Kejadian 2:7 tetap antropomorfis.

Saya termasuk salah satu orang Kristen yang percaya bahwa nafas n@shamah (nesh·ä·mä') yang dihembuskan oleh Allah ke dalam hidung manusia adalah nafas Allah.

Bung Stephen, anda menyatakan, bahwa "Satu-satunya yang tidak takluk kepada maut hanyalah Allah."

Dengan pernyataan tersebut, seharusnya lebih mudah bagi anda untuk mempercayai bahwa nafas n@shamah (nesh·ä·mä') yang dihembuskan oleh Allah ke dalam hidung manusia adalah nafas Allah. Sebab pernyataan anda bahwa "Satu-satunya yang tidak takluk kepada maut hanyalah Allah." Justru dibangun di atas fondasi kepercayaan bahwa nafas n@shamah (nesh·ä·mä') yang dihembuskan oleh Allah ke dalam hidung manusia adalah nafas Allah.

Ketika menyatakan bahwa "Satu-satunya yang tidak takluk kepada maut hanyalah Allah," maka anda sedang menyatakan bahwa selain Allah semua ciptaan Allah itu fana, tidak abadi. Lebih lanjut anda menulis:

Manusia mati seutuhnya dan karena itu manusia juga bangkit seutuhnya. Dikatakan bangkit seutuhnya, karena semua dimensi manusia "dibangkitkan" dalam kuasa Allah. Allah tidak mencipta ulang untuk kebangkitan orang mati, melainkan dia jugalah yang dibangkitkan kelak. Kehidupan baka di masa datang bukanlah penciptaan baru. Yang mati itu jugalah yang akan hidup seanteronya dalam total personality yang sempurna yaitu tubuh sekaligus manusia rohani. Dengan demikian, "aku" manusia yang mati, "aku" itu juga yang dibangkitkan kelak.

Manusia adalah ciptaan Allah, karena semua ciptaan bukan Allah, maka semua ciptaan takluk kepada maut. Ketika dibangkitkan, Allah tidak mencipta ulang manusia. Namun, walaupun dicipta ulang, maka manusia tetap taktuk kepada maut, karena hanya Alah satu-satunya yang tidak takluk pada maut.

Bung Stephen, silahkan baca secara perlahan-lahan pernyataan saya tersebut di atas, apakah pernyataan saya tersebut menyimpulkan iman dan keyakinan anda? Apabila pernyataan saya tersebut tidak sesuai dengan keyakinan anda, maka silahkan melakukan koreksi, namun bila sesuai, maka silahkan baca pertanyaan saya di bawah ini.

Bung Stephen, anda percaya, bahwa setelah dibangkitkan, manusia akan mati lagi lalu dibangkitkan lagi dan mati lagi kemudian dibangkitkan lagi dan mati lagi dan itulah yang terjadi dari kekal hingga kekal? Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena menurut anda, "Satu-satunya yang tidak takluk kepada maut hanyalah Allah."

NB. Tulisan ini adalah komentar saya atas tulisan bung Stephen yang berjudul Kematian.

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

hai hai's picture

Hai Mengedit Tulisannya

Setelah membaca tulisan dengan judul Pohon Kehidupan, mentor saya mengusulkan agar saya memisahkannya menjadi dua tulisan yang berbeda. Selain agar para pembaca dapat lebih mudah membacanya, juga lebih mudah memahami maknyanya.

Setelah membaca kembali tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa pendapat mentor saya tersebut benar, oleh karena itu maka saya mengikuti sarannya. Dan memisahkannya menjadi dua tulisan yang berbeda. Semoga harapan mentor saya dan saya menjadi kenyataan, anda lebih mudah membacanya dan lebih mudah memahaminya.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Taufan's picture

Mentor?

boleh tau mentor Anda siapa? hehee...
hai hai's picture

Mentor hai hai

Mentor hai hai? Mereka adalah orang-orang yang takut akan Tuhan dan belajar Alkitab dengan cara yang benar. Namun sayang, mereka tidak berkenan untuk disebutkan namanya. 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak