Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Penyertaan Tuhan

Andreas Priyatna's picture

Ini adalah pengalaman Pribadi saya yang terasa begitu indah, yaitu bagaimana Tuhan menyertai saya dalam menghadapi hari-hari yang sangat menegangkan ketika saya harus menghadapi sebuah operasi usus.

Jum’at pagi sampai siang tanggal 4 November 2011, saya menjalani berbagai pemeriksaan marathon seperti laboratorium darah komplit, foto rontgen thorax, EKG, USG serta konsultasi dengan dokter jantung dan terakhir dokter bedah. Ini semuanya dilakukan secara serempak dan sesegera mungkin, agar sewaktu-waktu ada decision untuk operasi, maka semuanya sudah siap.

Jum’at sore tanggal 4 November 2011, akhirnya saya divonis harus dioperasi. Saya pulang ke rumah dengan hati yang kacau, hati saya tidak karuan antara percaya dan tidak. Apakah benar saya harus dioperasi apa tidak, sementara sudah ada tiga dokter yang mengatakan ini harus dioperasi, tidak ada jalan lain. Apakah saya masih hidup setelah operasi nanti atau mungkin saya akan mati. Apakah umur saya hanya sampai di sini…?. Sungguh saya merasa was-was dan ketakutan menghadapi operasi ini.

Untuk mengejar jam pengambilan darah, foto rontgen dan lain-lainya, hari Jum’at itu saya berangkat pagi sekali, sehingga tidak membuka “daily reading” dan membaca Alkitab, dan baru pada malam harinya saya membukanya. Dan saya begitu terkejut ketika membuka “daily reading” untuk hari Jum’at tanggal 4 November 2011 tersebut, sungguh luar biasa. Topik nya sangat pas sekali untuk saya yaitu Mengalahkan Ketakutan yang di ambil dari Mazmur 56:1-14 yang berbunyi “Sebab Engkau telah meluputkan aku dari maut”. Dan lebih yang terkejut lagi adalah ketika saya melihat beberapa baris di atasnya, Mazmur 55:23, tertulis “Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau”. Membaca ayat-ayat tersebut saya merasa dikuatkan, seolah-olah Tuhan sendiri yang berbisik kepada saya.

Sabtu tanggal 5 November 2011, saya merasa sudah lebih tenang dan lebih pasrah kepadaNya. Hari itu saya pergunakan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada waktu saya di rawat dan juga kebutuhan keluarga paling tidak kebutuhan untuk seminggu ke depan.

Minggu jam empat sore tanggal 6 November 2011, saya masuk rumah sakit di antar oleh keluarga dan sanak family. Jam lima sore saya sudah mendapat kamar, namun hati saya kembali tidak karuan. Swear, ketakutan kembali menghantui saya dan saya merasa gelisah tak menentu. Untuk menetralisirnya saya mengajak anak-anak dan istri untuk makan di cafeteria, karena kebetulan saya belum mendapat “gelang pasien”. Setelah selesai makan kami menuju ke mini market, namun belum sempat kami belanja, ada announcement “Bapak Andreas agar segera kembali ke ruang perawatan untuk persiapan pra operasi”.

Setelah persiapan pra operasi selesai, saya disuruh minum sebuah pil kecil berwarna biru keabu-abuan. “Pil ini membuat Bapak tidurnya enak dan besok pagi Bapak jadi benar-benar fresh dan tenang, tidur yang enak ya Pak”, kata suster.

Ternyata benar kata suster itu. Saya tidur benar-benar pulas dan bermimpi. Saya mimpi dibezuk oleh kakak saya dan kakak saya membawa pasukan dari Gereja nya dan seorang Pendeta. Dalam mimpi itu saya melihat Pendetanya seorang laki-laki yang masih muda mengenakan baju kemeja lengan pendek berwarna coklat muda dan mengatakan janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau dan saya juga ingat dengan jelas Pendeta itu mengatakan Yesaya empat puluh satu ayat sepuluh.

Senin jam enam pagi tanggal 7 November 2011, saya sudah selesai mandi dan tak lama kemudian kakak saya datang dan saya langsung cerita tentang mimpi saya tadi malam. Koq…, aneh yah…, Pendeta di Gereja saya itu memang laki-laki, tapi (maaf) sudah tidak muda lagi koq…, jadi pendeta siapa itu…?. Lagi seru-seru berbincang tentang mimpi, eh…, Pendeta Roy dari Gereja saya datang, Selamat Pagi…!. Pak Andreas, apa khabar…?, begitu tanyanya. Jadi operasinya pagi ini…, tanya nya lagi.

Saya masih bingung…, Pendeta Roy juga memakai baju coklat muda lengan pendek, tapi Pendeta yang datang dalam mimpi itu bukan Pendeta Roy koq…, logat bicara nya beda koq. Akh…, sudahlah…, yang penting saya ingat kata-katanya janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau…

Kemudian Pendeta Roy mengajak kami semua yang ada untuk berdoa dan setelah berdoa, beliau mengatakan “Jangan Takut!”, tenanglah…, ini Aku…!”. Ini adalah kata-kata yang pernah dikatakan Yesus kepada murid-muridNya…dst…dst.

Setelah selesai, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada Pendeta Roy: “Pak Roy boleh pinjam Alkitabnya sebentar?”.  “Oh…, ya boleh…”, katanya. Lalu saya buka Yesaya 41:10, seperti yang Pendeta katakan di dalam mimpi saya, dan ternyata inilah bunyinya: “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan”.

Ternyata sejak hari Jum’at tanggal 4 November 2011, Tuhan Allah sudah mengatakan kepada saya: serahkanlah kuatirmu kepada Ku, maka Aku akan memelihara engkau, kemudian tadi malam melalui mimpi, Tuhan juga mengatakan Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan dan baru saja Tuhan juga mengatakan jangan takut, tenanglah ini Aku. Ooh…, begitu indahnya…, Saya memiliki Allah yang hidup yang Maha Kuasa, Allah yang Maha tahu, Allah yang begitu Heran yang selalu menolong saya, bahkan memegang tangan saya ketika saya dioperasi dan menyelamatkan saya.

Senin jam delapan pagi tanggal 7 November 2011, operasi dilakukan dan tepat jam sepuluh operasinya sudah selesai, operasinya berjalan dengan lancar. Jam sepuluh lebih sepuluh saya sudah membuka mata di ruang pemulihan…, Terima kasih Tuhan…, ternyata saya masih Engkau izinkan untuk hidup…, terima kasih Tuhan…, tak terasa mata saya berkaca-kaca dan ada air mata yang menetes…, saya merasa bahagia dan bersyukur, karena Tuhan selalu menyertai saya ketika saya dioperasi sampai saat ini dan sampai selama-lamanya. Amin.

Jakarta, 5 Desember 2011