Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

sumber nilai kita

ferrywar's picture

Kalau kita berbicara dalam bahasa yang paling sederhana, sumber nilai kita sebenarnya adalah Hati Nurani dan Akal Sehat, bukan alkitab, bukan khotbah, bukan tulisan-tulisan juga.

Kalau kita memakai alkitab dan berkeras mengatakan alkitablah sumber nilai itu, tetap saja pada hakekatnya kita memakai  Hati Nurani dan Akal Sehat juga untuk MENAFSIRKAN dan MENGINTERPRETASIKAN alkitab itu.

Darimana asalnya kekerasan hati kita untuk mengatakan sumber nilai itu adalah alkitab? Ternyata yang dipakai sebagai dasar dari sikap itu adalah apa yang tertulis didalam alkitab itu sendiri, bahwa alkitab adalah "sabda tuhan".

Adalah suatu kekeliruan logis kalau kita mempertanyakan alasan meyakini alkitab adalah karena di alkitab tertulis kita harus meyakininya.

Yang secara logika masih lebih bisa diterima adalah:
Kita menerima alkitab karena SETELAH ditafsirkan dan diinterpretasikan, alkitab memenuhi kriteria "Hati Nurani dan Akal Sehat". Bukan sebaliknya.

Jadi kalau suatu saat hasil interpretasi dan penafsiran kita alkitab tidak memenuhi kriteria tersebut, alkitab tidak bisa diterima. 




 

guestx's picture

apakah hati nurani itu ?

hati nurani muncul kembali.

pernah ada (namanya Pak Kiem, hello where r u, Mr.Kiem, long time no see...) yang nulis tentang supremasi hati nurani terhadap aturan Alkitab. dalam versi Pak Kiem, hati nurani seseorang akan  "hidup" kalau orang tsb sudah mendapat baptisan yang benar.

sekarang, bagaimanakah hati nurani versi ferrywar? apa artinya hati nurani? dapatkah hati nurani keliru? apakah nilai-nilai yang berasal dari hati nurani banyak orang akan sama ? kalau tidak sama bagaimana bisa jadi standar ?

bolehkah dijelaskan agak panjangan dikit?

Kita menerima alkitab karena SETELAH ditafsirkan dan diinterpretasikan, alkitab memenuhi kriteria "Hati Nurani dan Akal Sehat". Bukan sebaliknya.

mnrt ferrywar, apakah alkitab memenuhi kriteria "hati nurani dan akal sehat"?

gimana kalau pisau analisis "hati nurani dan akal sehat" digunakan untuk membedah kasus ini :

baru-baru ini di SS ada dua blog tentang topik yang sama (ditulis oleh dua orang yang berbeda) yang diunggah hampir berdekatan tetapi menyimpulkan secara berbeda, yaitu "pengampunan tanpa syarat" dan "pengampunan bersyarat". menurut kedua penulis, alkitab mengajarkan apa yang mereka simpulkan dalam tulisan masing-masing, dan kedua kesimpulan tersebut berseberangan. 

apakah ini terjadi karena akal sehat keduanya berbeda? ataukah keduanya memiliki hati nurani yang berbeda? ataukah karena alkitab yang mereka jadikan standar memang kacau?

__________________

------- XXX -------

Darwin Pangaribuan's picture

alkitab lebih dulu

Alkitab lebih dulu muncul sebelum manusia menyadari bahwa manusia mempunyai akal sehat dan hati nurani

dinarra's picture

kalo menurut saya

Adalah suatu kekeliruan logis kalau kita mempertanyakan alasan meyakini alkitab adalah karena di alkitab tertulis kita harus meyakininya.

Tidakkah maksud Anda

Adalah suatu kekeliruan logis kalau kita mempertanyakan alasan meyakini alkitab adalah karena di alkitab tertulis kita harus meyakininya.

ferrywar's picture

sudah betul

Sudah betul, Dinarra. 
Adalah suatu kekeliruan logis kalau kita mempertanyakan alasan meyakini alkitab adalah karena di alkitab tertulis kita harus meyakininya.

Jadi kalau ada buku, disitu tertulis, "Yakinilah buku ini".
Lalu kita meyakini buku itu karena ada tulisan itu.
Maka kita telah melakukan kekeliruan logika. 

Yang benar secara logika adalah:
Kita mempelajari buku itu dan mendapati buku itu "benar".
Karena kita berpendapat buku itu benar, maka kita meyakininya.
Jadi kita meyakininya bukan karena di buku itu ada tertulis "Yakinilah aku".