Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Jalan Bersama 6

Samuel Franklyn's picture

Jalan Bersama 6

Abraham dan Daud. Bapa dan anak.

Pertempuran antara Abraham dan pasukannya melawan pasukan Iblis dan maut berlangsung dengan tidak seimbang. Keluarga Abraham jumlahnya jauh lebih sedikit. Walaupun kekuatan satu orang prajurit Abraham jauh lebih kuat dibandingkan musuh tapi jumlah musuh berlipat ganda.

Abraham bertempur dengan cerdas dan bijaksana. Formasi yang digunakan mengutamakan pertahanan. Abraham juga menjaga jangan sampai dia dan pasukan terkepung. Pasukannya digerakkan kesana kemari. menghindar posisi musuh yang kuat dan menghantam posisi yang lemah.

Pertempuran berlangsung lama. Pimpinan musuh yang gemas melihat cara bertempur Abraham mencaci maki dia sebagai pengecut. Abraham tidak memperdulikan cacian musuh. Dia tetap menggunakan formasi bertahan dan strategi pukul dan lari.

Karena musuh terlalu banyak pasukan Abraham mulai berkurang jumlahnya. Kekalahan sudah di depan mata. Abraham dan pasukan tetap bertempur sekuatnya. Semangat tempur mereka tetap membara.

Tiba-tiba terdengar suara shofar membahana. Daud dan pasukan muncul dan membantu Abraham. Jumlah pasukan Daud sama banyak dengan pasukan musuh. Prajurit Daud lebih perkasa dari prajurit musuh. Pasukan Daud segar bugar sedangkan pasukan musuh sudah capai. Keadaan menjadi berbalik. Pertempuran dimenangkan Abraham, Daud dan pasukan. Pasukan musuh dibantai habis tanpa ampun.

Daud segera menghampiri Abraham dan memeluknya. Daud berkata, "Bapak Abraham maafkan aku. Aku mengulur waktu untuk membantu karena aku menanti pasukan musuh kecapaian dahulu."

Abraham berkata, "Tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku senang kalau anak-anak ku bertempur dengan cerdas dan tidak asal nyeruduk kayak kambing bandot. Bwa ha ha ha."

Abraham berkata, "Bagaimana kau tahu aku sedang bertempur?"

Daud menjawab, "Aku kan punya mata-mata di pihak musuh. He he he."

Abraham berkata, "Wah kau memang salah satu anakku yang paling cerdas."

Daud berkata, "Semua itu kan berkat teladan yang bapak berikan."

Abraham berkata, "Tidak heran Tuan kita sangat mencintaimu. Kau pandai mengambil hati."

Bersambung ...