Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menyiapkan Diri

simon nugroho hadikusuma's picture
Mazmur 90:10
Masa hidup kami tujuh puluh tahun
dan jika kami kuat, delapan puluh tahun,
dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru,
dan kami melayang lenyap.
 
 
Seorang teman bercerita pada ku, tentang orang tuanya.
 
Pagi ini sepulang pimpin persekutuan aku tengok mama-ku.
Dengan bahasa isyarat dia minta aku menyingkirkan kaleng roti yang baru diantar oleh menantunya, istriku. Mama melanjutkan dengan berkata:
 
”Orang itu sekarang jahat, tadi aku diberi roti sekaleng.”
 
Aku yang baru selesai pimpin persekutuan,
berbagi bahwa Allah yang kita sembah itu mendengar doa, melihat penderitaan, memiliki belas kasihan, dan turun tangan.
Allah yang berfirman pada Musa, bahwa Dia sendiri ang akan membebaskan umat Israel yang erangannya sampai ke telinga Allah,
Dia melihat umatnya kerja paksa di bawah bangsa Mesir,
dan dengan tangan teracung Allah akan mengangkat bangsa Israel.
Aku mengulang-ulang bahwa Allah yang kita sembah itu,
Allah yang mendengar, melihat, berbelaskasihan dan turun tangan menolong. Ulangan 6.
 
Aku lupa, Allah melihat apa yang sedang terjadi, aku lupa Allah mendengar pembicaraan kami.
Dengan suara tinggi aku berkata:
 
”Lho, ngasih roti kok jahat.”
 
Menantunya sering masuk kamar, merapikan almari pakaian.
Daster, rok, celana dalam, dan handuk, semua dibongkar mama-ku, dipakai untuk bungkus sandal,  roknya dijadikan selimut guling yang dianggapnya seseorang yang hidup nyata.
 
Merapikan itu dianggap bongkar-bongkar miliknya.
 
“Kalau sudah dibongkar tidak dirapikan lagi,” kata mama padaku.
 
Ketika mengantar roti yang mama minta dari aku, anak laki-lakinya, istriku bilang:       
 
“Kalau minta apa-apa sama aku ya ma.”
 
Wah jadi masalah tambahan, dianggap jahat, sok ngatur. Ketika aku datang pagi ini, mama bilang:
           
“Ambil, rotinya. Mejanya mau saya pakai untuk yang lain.”
 
Dengan ekspresi wajah yang sinis dan kaku.
 
Dengan nada makin tinggi,
aku menanyakan apakah memang mama tak mau makan roti ini.
Kemarin kan mama minta roti kaleng. Dah betul ndak mau?
Kaleng akan ku bawa ke luar kamar, tapi aku balik lagi, kaleng kubuka dan dengan suara datar aku bilang:
           
            “Dimakan ma.”
 
Mama makan roti itu dan wajahnyapun santai, tidak sinis lagi.
 
Tahun 2004, aku pernah ikut Lokakarya yang diselenggarakan
PELKESI WILAYAH III dan RS Panti Wilasa ‘Citarum’.
Lokakarya “Pengenalan Program Pelayanan Lansia.”
Beberapa kalimat yang kusunting dari:
 
BUKU PEDOMAN MEDIS
PENYELENGGARAAN PELAYANAN LANSIA
BERBASIS MASYARAKAT
 
TIM PENYUSUN
PPLM – PSK SEMARANG
JUNI 2001
 
Halaman 1.
Semakin lanjut usia seseorang, maka mulailah timbul problem-problem kesehatannya. Problem kesehatan itu dapat dikelompokan dalam lima I:
 
1.      Intelectual impairment          -           dementia = pelupa
2.      Immobility                              -           kurang gerak
3.      Instability                                -           ketidak stabilan
4.      Incontinence                           -           tidak bisa menahan kencing, berak
5.      Iatrogenic drug reaction          -           kelainan akibat reaksi obat.
 
Halaman 19.
Pada proses menua, tiap hari ribuan sel-sel otak mati, sehingga pada orang tua proses-proses di dalam otak akan berlangsung lebih lambat, dan menyebakan pikun / dementia.
Gambaran klinis dementia, diantaranya:
 
perubahan kepribadian        sikap bermusuhan, selalu berprasangka buruk, curiga.
perubahan perasaan             rasa tidak aman, kuatir, tidak senang lingkungan baru.
 
Diantara penyakit-penyakit yang timbul pada usia lanjut, salah satunya adalah dementia / pikun.
 
Sikap bermusuhan dan berprasangka buruk, curiga timbul pagi ini pada mama, pemberian yang baik disalah arti jadi suatu tindakan kejahatan.
Merapikan pakaian dianggap membongkar barang-barangnya, bahkan katanya:
 
            “Diserakan di tempat tidurku semua. Aku yang harus merapikan”
 
Kalau istriku tidak memahami hal ini. Mama akan menjadi ‘orang ketiga’ pembuat keresahan rumah tangga.
Aku yang anaknya sendiri pagi ini sempat bersuara tinggi, padahal Firman Tuhan baru saja keluar dari mulut yang satu ini.
 
Ketika pembantu pulang mudik, dia katakan:
 
            “Pulang kok tidak minta izin. Kurang ajar!”
 
Setelah itu, siangnya dia minta pulang saja. Padahal sudah tak ada rumah lain.
Dia kuatir dengan kepulangan pembantu, padahal sehari-hari pembantu hanya membersihkan lantai dan cuci pakaian, tak lebih dari 1 jam sehari bertemu.
 
            “Siapa nanti yang nyuci pakaianku?”
 
Suatu hari, dia minta aku melihat ke bawah tempat tidurnya.
 
            “Lihat bawah tempat tidur, tadi kok ada tangan yang keluar dari situ”
 
Aku membongkok, melihat ke bawah tempat tidurnya dan kukatakan:
 
            “Tidak ada siapa-siapa”
 
Mama diam saja, dan percaya. Hanya dengan membongkokkan badan, mama tenang dan merasa dipercaya dan dihargai.
Dengan berkata-kata datar, kecurigaan mama reda.
Kenapa aku emosi pada mama?
 
Aku tahu Tuhan yang kusembah dia mendengar, melihat, berbelas kasihan dan turun tangan.
Mama Desember nanti 85 tahun. Siapa yang perlu di belas kasihani?
 
 
Mazmur 90:10
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun,
Dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;
sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
 
 
 
 
 
 
Evylia Hardy's picture

suatu saat

 Suatu saat kita pun akan menjadi tua (kalau diberi umur panjang) .... Membayangkan sikap hati dan perlakuan seperti apa yang kita perlukan dari orang lain saat masa itu tiba akan sangat membantu kita dalam menghadapi para orang tua yang saat ini sepertinya sangat mengganggu dan tak jarang menjengkelkan.

Terima kasih untuk 'share'-nya dalam seri MENYIAPKAN DIRI.

__________________

eha

simon nugroho hadikusuma's picture

re: SUATU SAAT

Terimakasih untuk suportnya. Salam.