Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Nuansa Merdeka

clara_anita's picture

Menyonsong hari kemerdekaan, terkadang pembicaraan dengan teman-teman pun sedikit menyerempet tentang peringatan hari kemerdekaan.Serempetan itu umumnya mengenai perlombaan apa yang harus dirancang untuk anak-anak kami, upacara kemerdekaan yang harus kami hadiri besok (dengan pakaian batik lengkap ... hiks...hiks ...).Intinya hari peringatan kemerdekaan dengan segala kemeriahannya.

Bicara soal upacara, tiba-tiba seorang teman melontarkan pertanyaan yang saya asumsikan sebagai pertanyaan retoris: "Apa sih gunanya upacara?"

Setelah dipikir-pikir, pendapat teman saya ini juga boleh dikatakan betul. Saya bertanya-tanya, apakah kiranya ada korelasi yang signifikan antara mengikuti upacara dengan peningkatan jiwa kebangsaan? Apakah bila seseorang mengikuti upacara ia akan secara otomatis memahami makna hakiki kemerdekaan?

Menelusuri fakta untuk menjawab pertanyaan ini, akhirnya secara tidak sengaja saya sampai pada beberapa pendapat lain yang bermuara pada kesimpulan bahwa upacara bendera hanya sampai ke tahap rutinitas belaka, tidak sampai mengguratkan semangat nasionalis pada pesertanya.

Seorang teman lain berkata bahwa hal yang paling membekas di hatinya saat mengikuti upacara bendera adalah sengatan panas matahari dan pidato yang panjang berliku-liku nan sarat bahasa birokrasi dan sulit dimengerti. Sementara anak-anak saya ada yang dengan konsisten mengaku sakit bila diminta mengikuti upacara bendera. Mereka yang mengikuti pun tak jauh beda. Berdiri di lapangan namun lebih memilih memusatkan perhatian pada obrolan teman ketimbang menghormati bendera merah putih.

Saya akui, upacara bendera merupakan suatu rutinitas yang membosankan.

17 Agustus ini begitu gemerlap dengan berjuta upacra dan perlombaan; gapura dan kendurian.Saya harap gemerlap itu tak hanya sebatas nuansa merdeka yang akan memudar dengan cepat, namun suatu peristiwa yang diresapi dalam-dalam maknanya.

GBU