Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Orang yang Tak Berpengalaman (Gali Kata Alkitab dalam Tinjauan Tulisan Ibrani Kuno)

Hery Setyo Adi's picture

 

Orang yang tak Berpengalaman

Kata peti (dibentuk dengan huruf-huruf dan tanda bunyi hidup: Pe-Sere-Taw-Hiriq yod) diterjemahkan ke dalam Alkitab berbahasa Indonesia (LAI) “orang yang tak berpengalaman.” Kata peti tersebut diturunkan dari akar kata induk pt (Pe-Taw). Dalam piktograf Ibrani kuno, huruf Pe adalah gambar mulut yang terbuka atau lubang. Huruf Taw adalah gambar tongkat menyilang (salib), suatu tonggak, atau pun penggantungan panji-panji atau bendera. Gabungan dua gambar tersebut berarti “lubang untuk tonggak.”  Sebuah lubang dibuat untuk memasukkan suatu benda.

Sebuah lubang mudah diisi dengan segala sesuatu yang berasal dari luar. Sebuah benda yang baik atau pun yang tidak baik dapat diisikan ke dalam lubang itu. Sebuah lubang sempit yang dalam dapat diisi dengan tonggak kayu yang pendek yang di bagian ujung atasnya tajam. Lubang dengan isi seperti itu akan mencelakakan orang.  Lubang yang sama dapat diisi dengan tonggak kayu yang tinggi untuk memasang umbul-umbul tujuhbelasan. Maka, kemeriahan pun akan tercipta di sekitar tempat itu. Lubang dengan isi jenis ini berguna bagi banyak orang.

Seperti halnya lubang itu, demikian pulalah orang yang tak berpengalaman. Ia  akan berguna tergantung dari hal yang diisikan ke dalamnya. Jika ia diisi dengan hal-hal yang benar, maka orang itu nantinya akan berguna bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya, jika ia diisi dengan hal-hal buruk, maka orang itu justru akan mencelakakan dirinya dan mungkin juga orang lain. 

Amsal 14:15

“Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.”

Kutipan ayat tersebut membedakan secara tajam dua macam orang, yaitu orang yang tak berpengalaman dan orang bijak. Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan. Seperti halnya lubang itu, ia mau diisi dengan segala jenis benda. Apa yang akan terjadi? Keberadaannya justru tidak akan berguna dan menjadi bahan cemoohan. Lain halnya dengan orang bijak yang memperhatikan langkahnya. Berlawanan dengan yang pertama, ibarat lubang, orang ini menyeleksi jenis benda yang diperbolehkan masuk ke dalam dirinya. Ia akan memperhitungkan keberadaan dirinya: Apakah ia nanti akan berguna dan menjadi bahan pujian atau tidak? Pilihannya, tentu, ia harus beguna dan menjadi bahan pujian.

Salomo, penulis kitab Amsal, memberitahu kita tentang hal-hal yang mestinya diterima orang yang tak berpengalaman supaya menjadi bijak atau berhikmat. Hal-hal itu adalah hikmat, didikan, kata-kata yang bermakna, kebenaran, keadilan, kejujuran, kecerdasan, pengetahuan, dan kebijaksanaan (Amsal 1:2-4). Hal-hal tersebutlah yang harus diisikan kepada orang yang tak berpengalaman.

Kata-kata hikmat Salomo tersebut dipersonifikasi secara sempurna dalam diri Tuhan Yesus. Sosok Tuhan Yesus adalah sosok yang benar, adil, jujur, cerdas, berpengetahuan, dan bijaksana. Dengan demikian, jika orang yang tak berpengalaman mau menjadi bijak atau berhikmat, maka ia harus menerima pribadi Tuhan Yesus itu.

Seorang anggota gereja datang kepada saya. Ia menceritakan bahwa dirinya telah meninggalkan istrinya yang sah dan anaknya, lalu ia kumpul kebo dengan seorang wanita lain. Setelah saya bertanya, ia menceritakan banyak hal tentang kehidupan seks, bisnis, dan bahkan hubungannya dengan kuasa gelap (okultisme) yang belum dibereskan. Dalam wawancara itu saya menyimpulkan, ia belum sungguh-sungguh menerima Tuhan Yesus secara pribadi. Ia menjadi anggota gereja di kotanya karena adat orang tuanya, bukan keputusan dan kesadaran dirinya. Lalu, saya menginjilinya. Pendek cerita, ia mau menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi. Ia mau menerima karya salib Tuhan Yesus Kristus untuk dirinya yang berdosa itu.

Selang dua minggu setelah pertemuan pertama itu, saya mengajaknya bercakap-cakap lagi dan berdoa supaya ia membuka diri kepada pimpinan Roh Kudus. Menjelang akhir pertemuan itu, ia sudah mengambil komitmen untuk memutuskan skandalnya dengan wanita itu, tanpa saya meminta atau pun mengajarinya. Roh Kudus sudah bekerja di dalam hati dan pikirannya dan ia mau menerima pimpinanNya.

Orang yang saya ceritakan tersebut semula adalah “orang yang tak berpengalaman”, ibarat lubang yang mau menerima tonggak kayu free sex, okultisme, dan kayu-kayu busuk lainnya. Namun setelah ia menggantinya dengan tonggak kayu salib Kristus, ia mengalami perubahan hidup yang drastis.

Sebagaimana lubang yang semestinya hanya untuk mendirikan tonggak salib (ingat: huruf Taw adalah gambar tonggak salib!), seyogyanya orang yang tak berpengalaman menerima Salib itu saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang telah berkarya di kayu salib.

(Artikel ini ditulis oleh Hery Setyo Adi  yang menggunakan berbagai sumber sebagai bahan rujukan)