Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pendahuluan (Bagian 3): Kajian Lucifer – Merunut Kabar (Dari) Burung

RDF's picture

Menyambung BAGIAN 2 dimana saya memaparkan kajian tentang asal muasal Lucifer dengan memulai merunutnya dari ajaran Yudaisme dan ide tentang kekuasaan Tunggal dari Yahweh, pada bagian ini saya memulai merunut kepada kepercayaan-kepercayaan yang sudah beredar pada zaman pemanggilan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.

Di awal-awal Yahweh memperkenalkan diriNya kepada umatNya, bangsa Israel, setelah mereka dipanggil keluar dari perbudakan Mesir, TIDAK pernah Yahweh menyatakan kekuasaaan Setan bahkan selalu diberitakan berkali-kali dan berulang-ulang bahwa TUHAN Allah Israel adalah Penguasa Tunggal, Sang Penguasa yang TIDAK ada tandingannya.

Apa yang disebut dengan dosa selanjutnya adalah pemberontakan terhadap kekuasaan TUHAN Allah dan datang dari pikiran manusia. Tidak pernah sebelumnya ada indikasi tentang Malaikat yang baik menjadi jahat yang menyebabkannya menjadi malaikat yang terbuang.

Mulai merunut sejarah, harus diingat bahwa sebelum peristiwa pembebasan bangsa Israel keluar dari perbudakan tanah Mesir tercatat kronologisnya sebagai berikut dari sumber Alkitab Perjanjian Lama:

Kejadian 46:11,27 : Yakub dan keluarganya pindah dari Asia ke tanah Mesir

Keluaran 1 : keluarga Yakub menetap di tanah Mesir (1800 SM)

Keluaran 1:6 : bangsa Israel bertambah banyak di tanah Mesir (1700 SM)

Keluaran 1:8 : bangsa Israel mendapat tekanan dari Penguasa Mesir yang baru (1600 SM)

Keluaran 1:11 : sudah diperbudak untuk membangun kota Ramses Keluaran 1:22 : Firaun memerintahkan pembunuhan (1539 SM)

Keluaran 2 : Kelahiran Musa dan Musa diangkat anak oleh puteri Mesir (1525 SM)

Keluaran 2:11 : Musa lari ke tanah Median (1486 SM)

Keluaran 2:23 : bangsa Israel dalam tekanan tinggi perbudakan (1446 SM)

Keluaran 3-6 : Musa dikirim untuk membebaskan bangsa Israel (1446 SM)

Keluaran 7-12 : 10 Tulah Mesir (1446 SM)

Keluaran 12:40 : bangsa Israel ada di sana sampai 430 tahun (bandingkan dengan catatan dari kitab Galatia 3:17)

Keluaran 12:37 : bangsa Israel mulai meninggalkan Ramses

Keluaran 13-18 : Pembebasan dimulai (1446 SM)

Mesir

Fakta dan Catatan Sejarah

Nama Ramses sebenarnya tercatat setelah masa peninggalan sementara Bangsa Israel di Mesir (Israelite Sojourn). Ramses adalah sebuah nama yang diberikan atas sebuah kota yang didirikan pada masa pemerintahan Rameses the Great (Rameses II) di sebelah timur (eastern) lembah sungai Nil di sekitar abad ke 13 SM.

Fakta sejarah mulai ditemukan, sejak tahun 1966, setelah penggalian ekstensif dilakukan di bawah arahan Manfred Bietak dari the Austrian Archaeological Institute, Kairo (untuk catatan sejarah sebelumnya dapat melihat, Shea 1990: 100-103; Wood 1991: 104-106; Aling 1996: 20-21). Pada penggaliannya tersebut, Prof. Bietak telah, untuk pertama kalinya, menemukan bukti-bukti fisik tentang keberadaan Bangsa Israel di tanah Mesir.

Kota Ramses Kuno ini berlokasi di Tell el-Daba di sebelah timur lembah sungai Nil, kira-kira 100 km arah Timur Laut dari kota Kairo.

Keluaran 1:8

“Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf”

Di sini, kita akan membagi rentang sejarah Mesir-Ramses menjadi 3 periode yaitu: pre-Hyksos, Hyksos dan post-Hyksos. Sebutan ‘hyksos’ secara etimologi berarti ‘foreign rulers’ yang adalah sekumpulan orang Semitik, Asia Barat dari Siria-Palestina, yang mengambil kekuasaan di daerah timur lembah sungai Nil dan yang pada akhirnya berkuasa atas area utara Mesir selama sekitar 108 tahun, 1663-1555 SM.

Yakub dan keluarganya tiba di Mesir sekitar 1880 SM, berdasarkan pencatatan pada kitab Keluaran sekitar 1450 SM. Ini adalah periode pre-Hyksos, suatu periode dimana kota tersebut bernama Rowaty, "the door of the two roads" (Bietak 1996: 9,19).

Kemudian Alkitab mencatat bahwa Yusuf menjadi Penguasa Kedua Mesir setelah Firaun setelah berhasil menerjemahkan mimpi dari Firaun (Kejadian 41:39-45). Memang kita tidak mempunyai catatan yang menyatakan dimana Yusuf tinggal sementara bekerja sebagai abdi petinggi Mesir, namun sangat logis jika setelah peristiwa-peristiwa dan kewenangannya yang erat kaitannya dengan bencana kelaparan, dia telah pindah ke kota Ramses untuk dekat dengan ayah dan keluarganya seperti tercatat dalam Kejadian 41.

Dalam bukunya Pharaohs and Kings: A Biblical Quest, David Rohl mencatat tentang kuburan Yusuf (1995: 360-67). Alkitab juga mencatat tentang mayat Yusuf yang ditempatkan dalam sebuah keranda Mesir.

Kejadian 50:26

“Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.”

Selanjutnya, Alkitab mencatat bahwa Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya pada saat terjadi peristiwa pembebasan Bangsa Israel dari tanah Mesir karena Yusuf telah membuat sumpah kepada anak-anaknya.

Keluaran 13:19

"Musa membawa tulang-tulang Yusuf, sebab tadinya Yusuf telah menyuruh anak-anak Israel bersumpah dengan sungguh-sungguh: "Allah tentu akan mengindahkan kamu, maka kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini."

Bandingkan dengan:

Kejadian 50:25

Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: "Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini."

 Di dalam sebuah kamar pemakaman (burial chamber) misi penggalian menemukan sebuah keranda/fragments dari bahan sarkofagus dengan batu alam yang diukir tangan dan beberapa tulang-tulang, akan tetapi tanpa rangka tengkorak yang lengkap seperti yang biasa ditemukan pada kuburan-kuburan di pemakaman umumnya (Bietak 1991a: 61). Sebuah “peti/ keranda” (sarcophagus) yang ditemukan sudah rusak (Rohl 1995: 363). Memang sudah menjadi hal yang umum bahwa ditemukannya sebuah kuburan dengan segala ornamen, atribut dan hiasan-hiasan yang berharga yang biasanya telah dipindahkan atau ‘dicuri’ namun sangat jarang terjadi jika tulang-tulang atau mayatnya yang hilang.

Adalah sangat mungkin bahwa patung-patung dan ornamen yang rusak terjadi di sekitar sebuah periode pergolakan politik (Bietak 1996: 21), sangat mungkin di saat para ‘hyksos’ mengambil alih kekuasaan di daerah tersebut. Juga sangat mungkin bahwa kemunculan “seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf “ (Keluaran 1:8) adalah raja ‘hyksos’ pertama yang memerintah sekitar 1663 BC. Pada saat periode tersebut, bangsa Israel memasuki sebuah periode yang sangat berat yaitu penindasan atas mereka.

Keluaran 1:9-11

Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.

Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan-jika terjadi peperangan-jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini."

Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.

Sangat mungkin penguasa ‘hyksos’ menghancurkan patung-patung dan ornamen-ornamen pada saat mereka mulai mengambil alih kekuasaaan dari tangan bangsa Mesir lokal.

Mengapa merunut (kepada) Mesir?

Saya mengambil kutipan dari Dr. Ashraf Ezzat (seorang dokter medis, penulis dan sejarawan Mesir)

“Take Egypt out and the whole structure of the Israelites’ tale would instantly fall.”

Perlu diketahui bahwa kata Mesir disebutkan di dalam Alkitab sekitar 700 kali (Mesir: 595 kali, bangsa Mesir: 120 kali). Mengingat Alkitab mencatat pastilah sangat jelas sekali jika Mesir mempunyai peranan yang sangat penting pada periode pembebasan bangsa Yahudi, jika tidak demikian tidaklah mungkin tercatat 700 kali kata Mesir pada buku Tanakh Yahudi.

Catatan sejarah mencatat penyebutan Israel pada naskah kuno teks Mesir. Untuk pertama kalinya, catatan sejarah kuno tersebut yang disebut sebagai Prasasti Merneptah dibuat oleh Firaun Merneptah – anak dari Ramses II yang memerintah dari 1213 sampai 1203 SM menyebut kata “Isrir” atau “Israel”. Prasasti ini juga dikenal sebagai Prasasti Israel dikarenakan ini merupakan dokumen Mesir Kuno pertama yang menyebut ‘Israel’. Memang penyebutan Israel dan Kanaan hanya sedikit, tidak mengherankan mengingat prasasti ini lebih kepada tujuan pencatatan dari kampanye Merneptah terhadap Libia. Isinya menunjuk kepada himne dan catatan kemenangan militer Firaun.

Prasasti ini ditemukan oleh Flinders Petrie pada tahun 1896 di Thebes, sebuah kota di Mesir Kuno yang terletak 800 km sebelah selatan Laut Tengah, di tepi tumir sungai Nil. Di atas bekas kuno ini sekarang berdiri kota modern Luxor yang merupakan salah satu tempat wisata terkenal di dunia.

Setelah menyebutkan kemenangan Merneptah terhadap Libia dengan panjang lebar, beberapa baris terakhir prasasti ini berkaitan dengan Kanaan:

• Para pangeran bersujud, mengatakan, "Damai!"

• Tak seorangpun menaikkan kepalanya di antara Sembilan Busur.

• Sekarang Tehenu (Libya) sudah menjadi puing-puing, Hatti sudah ditenteramkan; Kanaan sudh dijarah menjadi berbagai malapetaka: Ashkelon sudah diatasi; Gezer sudah direbut; Yano'am sudah dimusnahkan.

• Israel dibiarkan gersang dan benihnya tidak ada; Hurru menjadi janda karena Mesir.

"Sembilan busur" (bahasa Inggris: nine bows) adalah istilah Mesir untuk musuh-musuh mereka - musuh-musuh yang sesungguhnya berbeda-beda menurut waktu dan keadaan. Hatti and Hurru adalah Suriah/Palestina, Kanaan dan Israel merupakan unit yang lebih kecil, serta Ashkelon, Gezer dan Yanoam adalah kota-kota di wilayah tersebut; menurut prasasti ini semuanya berada di bawah kekuasaan Mesir.

"Israel dibiarkan gersang"

Baris yang berhubungan dengan Israel adalah:

Kata-kata dalam huruf hieroglif untuk Ashkelon, Gezer dan Yanoam diberi kata penentu untuk "kota" - sebuah "tongkat" ditambah "tiga gunung", sedangkan hieroglif untuk Israel diberi tanda tongkat untuk "tempat asing" dengan gambar laki-laki dan perempuan duduk di atas 3 garis sejajar membujur (tanda untuk bentuk jamak). Tanda "orang-orang asing" ini biasanya digunakan orang Mesir bagi suku-suku yang nomaden, bukannya mereka yang tinggal dalam kota-kota. Istilah "gersang" (wasted), "tidak berbenih" (bare of seed) sering dipakai untuk bangsa-bangsa yang dikalahkan - mengandung makna gudang biji-bijian/makanan bangsa tersebut sudah dihancurkan, yang mengakibatkan kelaparan di tahun berikutnya, membuat mereka tidak dapat menjadi ancaman militer bagi Mesir.

Kekuasaan Hegemoni Mesin terhadap Levant dan Kanaan

Sebuah Relief menggambarkan Kekuasaan Ramses II atas musuhnya

Kronologis dari Alkitab menempatkan peristiwa pembebasan Bangsa Israel dari tanah Mesir sekitar 1200 SM, periode yang sama dari catatan sejarah untuk masa pemerintahan Raja Merneptah dan ayahnya Ramses II yang berkuasa atas Mesir.

Catatan geografis dari tanah Mesir menunjukkan keadaan alamnya sebagai tantangan alami: sejumlah padang pasir dari timur ke barat dari Sungai Nil, pegunungan ke selatan dan Laut Mediterania ke aarah utara. Tantangan geografis ini menyebabkan Mesir Kuno membangun sebuah kebudayaan yang benar-benar istimewa dan maju. Oleh sebab itu kekuasaan Mesir Kuno selalu ditempatkan di sekitar Sungai Nil dimana para raja-raja pemerintahan menguasai daerah-daerah perbatasan dan menyebarkan pengaruh mereka sampai ke daerah-daerah Levant untuk menjaga rute perdagangan dan menguasai wilayah timur.

Istilah Levant awalnya digunakan untuk "tanah Mediterania di sebelah timur Italia.” Levant atau Syam merupakan wilayah Mediterania Timur, atau wilayah besar di Asia Barat yang dibatasi oleh Pegunungan Taurus di utara, Gurun Arab di selatan, Laut Mediterania di barat, dan Pegunungan Zagros di timur. Levant meliputi wilayah Lebanon, Suriah, Yordania, Israel, dan Palestina. Kadang-kadang, Siprus, Sinai, dan Irak juga dianggap sebagai bagian dari Levant. Levant juga dideskripsikan sebagai "persimpangan Asia Barat, Mediterania Timur, dan Afrika timur laut".

Perlu diperhatikan di sini bahwa dalam sejarah kekuasaan Mesir bahwa sistem kepercayaan terus berganti sesuai dengan kepercayaan Sang Penguasa. Ketika Sang Penguasa memegang kekuasaan, sistem kepercayaannya pun diadopsi menjadi kepercayaan nasional.

Di sini harus dicatat bahwa pada pemerintahan Yusuf, bangsa Israel mendapat perlakuan sebagai warga negara kelas tinggi dengan segala hasil karya dan seninya tetapi setelah masa tekanan dari Penguasa Mesir baru yang tidak mengenal Yusuf maka bangsa Israel mulai menjadi bangsa kelas bawah. Masa yang panjang antara Yusuf sampai pembebasan oleh Musa (dari 1800 BC sampai 1446 BC) sekitar 400 tahun memungkinkan bangsa Israel terus berinteraksi dengan peradaban Mesir yang sudah sangat maju dan *pagan (akan ada Blog Khusus yang akan membahasa Paganisme). Karena sejak meninggalnya Yusuf bangsa Mesir menjadi bangsa kelas bawah maka mereka bukan lagi menjadi tokoh penentu peradaban yang artinya sangat besar kemungkinannya mereka di bawah pengaruh peradaban. Peradaban Mesir pada masa itu sebagaimana sejarah dan peninggalan-peninggalan mencatat bahwa Mesir mengenal politesime (banyak dewa).

Bahwa selama dalam masa perbudakannya oleh bangsa Mesir dengan kepercayaannya terhadap dewa-dewa atau Paganisme sangatlah mungkin bahwa setelah meninggalnya Yusuf dan bergantinya kekuasaan yang tidak mengenal Yahweh bahwa bangsa Mesir ikut pula dalam balutan ritual dan kepercayaan penguasa Mesir yang pagan.

Juga seperti disebutkan bahwa pada masa kejayaan Mesir, kita melihat juga daerah yang disebut Timur Dekat Kuno (akan dibahas khusus pada Blog setelah Blog tentang Mesir) yaitu Kanaan, yang menyembah dewa Baal. Disebutkan pula bahwa bangsa Mesopotamia menyembah dewa Marduk, bangsa Filistin menyembah dewa Dagon, dll.  

Perhatikan juga bahwa setelah bangsa Israel dibawa keluar dari perbudakan berkali-kali Yahweh mengingatkan untuk TIDAK berinteraksi dengan bangsa-bangsa ‘kafir’ (bangsa yang belum mengenal Allah Yahweh) dan mempercayai dewa-dewa mereka. Kenyataannya pula seperti yang dicatat oleh Alkitab bahwa setelah bangsa Israel menduduki Kanaan, banyak di antara mereka mulai menyembah dewa-dewa itu hingga sampai keturunan-keturunannya. (Bil 25:3-5; Hak 2:11,13; 6:25-32; 1Sam 7:4; 1Raj 18:18-40; 2Raj 10:18-28;Yer 2:23; 19:5; 23:27; Hos 2:8,13,16,17)

Tentang Baal

Ba'al atau Baal (bahasa Ibrani: ???, diucapkan [ba?al], biasanya dieja Baal dalam bahasa Inggris, artinya "tuan") adalah sebutan dewa-dewa penduduk asli tanah Kanaan, terutama bagian Semitik Barat Laut, kota-kota di Levant dan Asia Kecil, serumpun ke Akkadia Belu. Seorang Baalist atau Baalite berarti penyembah Baal. Ibadah kepada Baal ini ditentang oleh para nabi Israel dalam Perjanjian Lama. Ciri-ciri khasnya ialah menjamin kesuburan. Karena itu Baal sering kali turut disembah oleh orang Israel sendiri.

"Ba’al" dapat merujuk ke dewa dan bahkan pejabat manusia. Dalam beberapa teks itu digunakan untuk Hadad, dewa hujan, petir, kesuburan dan pertanian, dan penguasa Surga. Karena imam hanya diizinkan untuk mengucapkan nama ilahi-Nya, Hadad, Ba'al sudah umum digunakan. Namun demikian, jika ada beberapa penggunaan Alkitab "Ba’al" mengacu Hadad, tuan atas perakitan dewa di gunung suci surga, melainkan merujuk ke sejumlah dewa roh-lokal yang disembah sebagai gambar kultus, setiap ba disebut ?al dan dianggap dalam Alkitab Ibrani dalam konteks sebagai "dewa palsu".

Pada Zaman Perunggu, Hadad (atau Haddad atau Adad) terutama mungkin disebut Ba?al, namun, Hadad jauh dari dewa-satunya untuk memiliki gelar itu. Dalam panteon (kumpulan dewa-dewa) Kanaan seperti yang dibuktikan dalam sumber-sumber Ugarit, Hadad adalah anak dari El, yang pernah menjadi dewa utama panteon Kanaan. El dan Ba?al sering dikaitkan dengan banteng dalam teks Ugarit, sebagai simbol baik kekuatan dan kesuburan.

Ba’al Tirus

Melqart adalah putra dari El dalam trias Fenisia ibadah. Dia adalah dewa Tirus dan sering disebut Ba?al Tirus. Dalam bagian Alkitab 1 Raja-raja 16:31 tertulis bahwa Ahab, raja Israel, menikahi Izebel, putri Ethba'al, raja orang Sidon, dan kemudian menjabat habba'al ('Ba?al'.) Kultus dewa ini adalah menonjol di Israel sampai masa pemerintahan Yehu, yang mengakhiri ibadah itu.

Ahab bin Omri melakukan lebih jahat di mata TUHAN dari yang pernah ada sebelumnya. Dia tidak hanya menganggap remeh untuk melakukan dosa Yerobeam bin Nebat, tetapi ia juga menikah dengan putri raja Izebel Ethbaal orang Sidon, dan mulai melayani Baal dan menyembahnya. Dia mendirikan sebuah mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. Ahab juga membuat Asyera (tiang) dan melakukan lebih banyak untuk memprovokasi Tuhan, Allah Israel, marah daripada semua raja Israel hadapannya.

Dalam kasus apapun, Raja Ahab, meskipun mendukung kultus ini Ba’al, memiliki kemiripan ibadah kepada YHWH atau "Yahweh" (1 Raja-raja 16-22). Ahab masih berkonsultasi dengan nabi Yahweh dan perlindungan Yahweh dihargai ketika ia bernama putranya Ahazia ("Yahweh memegang") dan Yoram ("Yahweh tinggi").

Ba’al dari Carthage

Penyembahan Ba’al Hammon berkembang di koloni Fenisia dari Carthage. Ba’al Hammon adalah dewa tertinggi Carthaginians, dan diyakini bahwa supremasi ini tanggal kembali ke Abad ke 5 SM, ternyata setelah putus dari hubungan antara Carthage dan Tirus pada saat kekalahan Punisia di Himera. Dia umumnya diidentifikasi oleh para sarjana modern baik dengan Northwest dewa Semit El atau dengan Dagon, dan umumnya diidentifikasi oleh orang Yunani, oleh interpretatio Graeca dengan Cronus Yunani dan sama oleh Roma dengan Saturnus.

Makna Hammon atau Hamon tidak jelas. Pada abad ke-19 ketika Ernest Renan menggali reruntuhan Hammon (Hammon), Umm al-modern yang 'Awamid antara Tirus dan Acre, ia menemukan dua prasasti Fenisia didedikasikan untuk El-Hammon. Sejak El itu biasanya diidentifikasi dengan Cronus dan Ba'al Hammon juga diidentifikasi dengan Cronus, tampaknya mungkin mereka bisa disamakan. Lebih sering koneksi dengan bahasa Ibrani / Fenisia 'anglo' Hamman telah diusulkan, dalam arti "Baal (lord) dari anglo". Dia telah diidentifikasi karena dengan dewa matahari. Frank Moore Palang berpendapat untuk koneksi ke Kham?n, nama Ugarit dan Akkadia untuk Mount Amanus, gunung besar yang memisahkan Suriah dari Cilicia berdasarkan terjadinya deskripsi Ugaritic El sebagai. salah satu dari Haman gunung.

Sumber klasik menceritakan bagaimana Carthaginians membakar anak-anak mereka sebagai persembahan kepada Ba’al Hammon (lihat Molokh untuk tradisi dan pemikiran yang bertentangan tentang hal tersebut). Dari atribut bentuk Romawi, Afrika Saturnus, adalah mungkin untuk menyimpulkan bahwa Hammon adalah dewa kesuburan. Sarjana cenderung melihat Ba’al Hammon sebagai lebih atau kurang identik dengan El dewa, yang juga umumnya diidentifikasi dengan Cronus dan Saturnus. Namun, Yigael Yadin menganggapnya sebagai dewa bulan.

Dalam Carthage dan Afrika Utara Ba’al Hammon terutama terkait dengan ram dan disembah juga sebagai Ba’al Qarnaim ("Lord of Dua Tanduk") di sebuah tempat perlindungan terbuka di Jebel Bu Kornein ("dua-bertanduk hill") di seberang Teluk dari Carthage.

Imam Baal

Para imam dari Baal disebutkan dalam zaman Alkitab Ibrani banyak, termasuk konfrontasi dengan Elia Nabi (1 Raja-raja 18:21-40), pembakaran dupa simbolis doa (2 Raja-raja 23:5), dan ritual yang diikuti oleh para imam dihiasi dalam jubah khusus (2 Raja-raja 10:22) menawarkan pengorbanan sama dengan yang diberikan untuk menghormati Allah Ibrani. Konfrontasi dengan Elia Nabi juga disebutkan dalam Al-Qur'an (37:123-125)

Baal sebagai Nama ilahi di Israel dan Yehuda

Pada awalnya nama Baal digunakan oleh orang-orang Yahudi untuk Tuhan mereka tanpa diskriminasi, tetapi sebagai perjuangan antara kedua agama dikembangkan, nama Ba’al diberikan dalam Yudaisme sebagai hal yang memalukan, dan bahkan nama-nama seperti Yerubaal diubah menjadi Yerubosyet: (dari kata Ibrani bosyet atau bosheth berarti "malu").

Rasa persaingan antara pasukan imam Yahweh dan Ba’al pada abad ke-9 SM tampak lebih jelas dengan bukti dari 1 Raja-raja 18, di mana nabi Elia mempersembahkan korban kepada TUHAN, pengikut Baal melakukan hal yang sama. Baal dalam teks Ibrani tidak menyalakan api atas pengorbanan para pengikutnya, tetapi TUHAN mengirimkan api surgawi untuk membakar korban Elia menjadi abu, bahkan setelah korban itu telah direndam dengan air.

Sejak Baal berarti 'master', tidak ada alasan yang jelas untuk yang tidak bisa diterapkan bagi TUHAN serta dewa-dewa lainnya. Bahkan, Ibrani umumnya disebut TUHAN sebagai Adonai ('tuanku') dalam doa. Hakim Gideon juga disebut "Yerubaal", nama yang tampaknya berarti 'Baal berusaha', meskipun penjelasan Yahwists 'dalam Hakim-hakim 6:32 adalah bahwa nama theophoric diberikan untuk mengejek dewa Baal, yang kuilnya dihancurkan oleh Gideon, niat yang menyiratkan: "Silakan Baal berusaha sekuat kemampuannya ... itu akan sia-sia."

Setelah kematian Gideon, menurut Hakim 8:33, orang Israel sesat dan mulai menyembah Ba’Alim (Ba’als) terutama Ba’al Berith ("Lord of Kovenan") Beberapa ayat kemudian (Hakim 9:4) cerita berubah untuk semua warga Sikhem - sebenarnya kol-ba'alê š?kem kasus lain penggunaan normal Ba’al tidak diterapkan pada dewa. Ini upaya warga Sikhem dukungan Abimelekh untuk menjadi raja dengan memberinya 70 shekel dari House of Ba'al Berith. Sulit untuk memisahkan ini Tuhan Kovenan yang disembah di Sikhem dari perjanjian di Sikhem dijelaskan sebelumnya dalam Yosua 24:25, di mana orang-orang setuju untuk menyembah Yahweh.

Tapi untuk Yeremia dan Kitab Ulangan itu juga tampaknya monoteisme melawan politeisme (Yeremia 11:12).

Kemudian penduduk kota-kota Yehuda dan Yerusalem pergi dan menangis kepada para dewa kepada siapa mereka menawarkan dupa, tetapi mereka tidak akan menyelamatkan mereka sama sekali dalam waktu kesusahan mereka. Sebab menurut jumlah kota Anda Allahmu, hai Yehuda, dan sesuai dengan jumlah jalan-jalan Yerusalem yang Anda telah menyiapkan altar untuk abominination tersebut, altar untuk membakar dupa untuk Baal tersebut.

Baal dan Ashtarts

Satu menemukan dalam Tanakh bentuk jamak membentuk b?'?lîm 'Ba’als' atau 'Lords' dan Ashtarts ašt?rôt, meskipun bentuk jamak tersebut tidak muncul dalam sumber bahasa Aram Fenisia atau Kanaan atau independen.

Satu teori adalah bahwa orang-orang dari wilayah masing-masing atau dalam setiap klan mengembara menyembah mereka sendiri Ba’al, sebagai dewa utama masing-masing, sumber dari semua pemberian alam, dewa misterius ayah mereka. Sebagai dewa kesuburan semua hasil dari tanah akan menjadi miliknya, dan pengikutnya akan membawa upeti kepadanya mereka pertama-buah. Dia akan menjadi pelindung dari semua pertumbuhan dan kesuburan, dan, dengan menggunakan analogi karakteristik pemikiran awal, ini Ba’al akan menjadi dewa elemen produktif dalam arti luas. Berasal mungkin dalam pengamatan efek pemupukan dari hujan dan sungai atas tanah reseptif dan reproduksi, Ba’ ibadah al menjadi identik dengan alam-ibadah. Bergabung dengan Ba’als ada secara alami akan sosok perempuan yang sesuai yang mungkin disebut ? Ashtarts, perwujudan 'Ashtart. Ba’al Hadad dikaitkan dengan dewi "Virgin" Anat, adiknya dan kekasih.

Melalui analogi dan melalui keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau membantu kekuatan alam oleh praktek sihir, sihir sangat simpatik, seksualitas mungkin mencirikan bagian dari kultus Ba’als dan Ashtarts ?. Pasca-pembuangan sindiran kepada kultus Ba’al Pe’or menunjukkan bahwa pesta pora berlaku. Di puncak-puncak bukit dan gunung berkembang pemujaan pemberi meningkat, dan "di bawah setiap pohon yang rimbun" dipraktekkan kebejatan yang diadakan untuk mengamankan kelimpahan tanaman. Pengorbanan manusia, pembakaran dupa, latihan kekerasan dan gembira, kegiatan seremonial membungkuk dan mencium, yang mempersiapkan kue suci (lihat juga Asyera), muncul di antara pelanggaran mengecam oleh pasca-pembuangan nabi, dan menunjukkan bahwa kultus Ba‘al (dan ? Ashtart) termasuk fitur karakteristik ibadah yang kambuh di berbagai belahan dunia (dan non-Semit) Semit, meskipun melekat pada nama-nama lain. Tetapi juga mungkin bahwa ritual tersebut dilakukan untuk ? Ba lokal al Tuhan dan ? lokal Ashtart tanpa banyak perhatian, apakah mereka adalah sama dengan komunitas terdekat atau bagaimana mereka dipasang ke dalam teologi nasional Yahweh yang telah menjadi putusan tinggi dewa langit, semakin memisahkan diri dari hal-hal seperti, setidaknya di benak sebagian jamaah.

Sebuah kenang-kenangan dari Ba’al sebagai judul dewa kesuburan lokal (atau mengacu pada dewa tertentu air di bawah tanah) dapat terjadi di bidang frase Talmud Ibrani dari Ba’al dan tempat Ba’al dan Arab ba'l digunakan tanah dibuahi oleh di bawah tanah perairan bukan oleh hujan.

Identifikasi Ba’al sebagai dewa matahari dalam keilmuan sejarah datang ditinggalkan pada akhir abad ke-19 karena menjadi jelas bahwa Ba’al adalah judul dewa lokal banyak dan belum tentu dewa tunggal dalam asal. Juga menjadi jelas bahwa "astralizing" (asosiasi atau identifikasi dengan benda-benda langit) dari Dekat Kuno dewa Timur adalah pembangunan (Zaman Besi) akhir tidak terhubung dengan asal agama sebagai berteori oleh beberapa abad ke-19 sekolah pemikiran.

Demonologi Kristen

Sampai penggalian arkeologi di Ras Shamra dan Ebla menemukan teks menjelaskan panteon Suriah, iblis Ba'al Zebûb itu sering bingung dengan roh Semit berbagai dewa bernama Baal, sedangkan di beberapa tulisan Kristen, mungkin merujuk pada setan tingkat tinggi atau Setan sendiri.

Demonologists awal menyadari Hadad atau bahwa "Ba’al" dalam Alkitab disebut sejumlah roh lokal, mulai menganggap istilah sebagai mengacu tapi satu tokoh.

Selama periode Puritan Inggris, Baal adalah baik dibandingkan dengan setan atau dianggap letnan utamanya. Menurut Francis Barrett, dia memiliki kekuatan untuk membuat orang-orang yang memanggil dia tak terlihat.

John Milton in Paradise puisi epik Kehilangan 1667 menggambarkan setan "Legions, Bentuk Angel" segera setelah jatuh dari langit mengumpulkan diri dan berkumpul di sekitar mereka "Sultan Besar" (setan). Nama Milton dan menjelaskan yang paling menonjol dari yang namanya di surga telah "dihapuskan dan ras'd", yang disembah oleh manusia ("Devils untuk memuja Dewa untuk") .

Dalam bagian berikut, Milton mengacu pada bentuk jamak dari Ba ‘al dan Astarte [Buku 1, baris 419-423]:

Dengan datang mereka, yang dari banjir bordring

Dari Efrat lama ke Brook bahwa bagian-bagian

Mesir dari tanah Suriah, memiliki Nama umum

Baalim dan Asytoret, laki-laki tersebut,

Ini Feminine.

 

Dalam tradisi Grimoire, yang Bael iblis dikatakan muncul dalam bentuk seorang pria, kucing, katak, atau kombinasinya. Sebuah ilustrasi pada tahun 1818 buku Collin de Plancy ini Dictionnaire Infernal agak aneh menempatkan kepala tiga makhluk ke satu set kaki laba-laba.