Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

PENDEKAR PENGENDALI ROH

Tante Paku's picture

     LELAKI muda itu dengan keras mengetuk pintu kayu yang tampak lapuk di tengah gerimis malam yang dingin. Seorang nenek tua, dengan rambut berantakan dan penuh uban, membuka pintu dengan tatap aneh. Berbaju lurik nampak kusam dengan jarik yang sama kumalnya. Sementara dari kejauhan terdengar lolong anjing yang mencekam di kegelapan.

     "Tolonglah mbah, istri saya mau melahirkan!" terbata-bata lelaki itu mengutarakan maksudnya.

     Nenek tua yang dipanggil mbah itu memang terkenal sebagai dukun beranak di desa tepi hutan yang banyak ditumbuhi pohon jati sekali lagi memandangnya lalu terkekeh dengan suara membuat bulu kuduk berdiri. Menjadi dukun beranak sejatinya kedok  bagi sang nenek yang sebetulnya penganut ilmu hitam yang sangat terkenal di dunia persilatan. Untuk sementara dia mengasingkan di daerah terpencil itu sambil menyempurnakan ilmu hitamnya yang cukup disegani.

     "Ini anak pertama saya mbah, tolonglah," kembali lelaki itu menghiba.

     "Sebentar, sebentar," nenek tua itu kemudian masuk ke dalam, mengambil perlengkapan persalinan dan sebatang tongkat hitam yang terlihat kokoh seperti besi dengan ukiran kepala anjing  di ujungnya.   . "Bawalah obor ini, cepat sebelum terlambat!" tegur nenek sambil meloncat turun ke bawah dengan ringannya, lelaki itu terperangah sejenak, lalu dengan cepat ia berlari mendahului sang nenek.

Setibanya di rumah yang berdinding anyaman bambu, lelaki itu segera menaruh obornya di tiang depan rumah dan segera membuka pintunya, sebelum dia melangkah masuk, sang nenek menahan dengan tongkat hitamnya.

     "Kau tunggulah di luar saja." perintahnya dengan sorot galak. Kemudian sang nenek bergegas masuk dan menutup pintu. Tinggallah sang lelaki sendirian di emperan sambil mondar-mandir gelisah. Malam yang pekat, dingin yang menyengat menampar-nampar wajahnya. Angin yang cukup kencang mengobrak-abrik rambut tebalnya. Badannya yang mulai menggigil segera mendekat ke nyala obor untuk sedikit mengurangi dingin.

     Suara serangga menyeruak kegalauan. Lolong anjing masih terdengar memilukan. Tiba-tiba telinganya mendengar suara tangis bayi. Legalah hatinya, segera ia menerobos masuk. Tampaklah olehnya sang nenek itu sedang menimang-nimang bayi.

     "Ini anakmu, ciumlah agar tenang hatinya." kata nenek itu sambil mengusap dahi, mulut dan tangannya yang belepotan darah. Laki-laki itu kemudian mencium ubun-ubun sang bayi yang masih memerah.

     "Dimana istriku mbah?" tanya laki-laki itu kemudian. Sang nenek tidak menjawab apa-apa, sibuk mengemasi benda-benda yang tadi dibawanya. Kemudian sang nenek mengambil tongkat hitamnya dan mengacungkan ke arah ruangan sebelah. Setelah itu sang nenek meloncat keluar seraya mencomot obor yang menancap di tiang depan dan pergi begitu saja.

     Laki-laki muda itu bergegas menghampiri ruang tempat istrinya terbaring. Dipandangnya sang istri, masih nampak lemas. Kedua tangannya terjuntai di sisi ranjang hampir menyentuh tanah. Laki-laki itu meletakkan sang bayi di sebelahnya, meraih tangan istri yang amat dicintainya itu. Dingin bahkan teramat dingin. Tubuh sang istri diguncangnya, tetap tak bergerak. Matanya rapat terpejam, tak ada dengus nafas, tak ada detak jantung sebagai pertanda kehidupan.

     "Istrikuuuu.....!!!" laki-laki itu berteriak-teriak panik, menguncang-guncang tubuh dingin istrinya. Ia segera berlari keluar memanggil nenek yang tadi membantu persalinan. Nenek itu sudah menghilang di telan kegelapan. Ia kembali masuk mendekap tubuh istrinya. Suara tangis bayi memecah kesunyian, malam yang pekat terus merambat, laki-laki itu ikut meraung dengan tangis kesedihan yang mendalam.

     "Ada apa engkau menangis?" mendadak ada suara mengejutkan, membuat laki-laki muda itu menghentikan tangisnya dan menoleh.

     "Tolonglah, istriku sehabis melahirkan....." ia tidak mampu meneruskan kata-katanya. Yang menegur itu seorang lelaki  setengah baya, dengan rambut panjang dan ikat kepala warna merah melilit di dahinya, mendekat dan memegang lengan perempuan itu.

     "Istrimu ini sudah meninggal.." katanya sambil menghela nafas dalam-dalam, ikut merasakan duka cita.

     "Oh tuan, tolonglah, ia belahan jiwaku, bunuh saja aku agar aku bisa bersama dengan istriku ini. Aku hanya memohon, ambil anakku, peliharalah ia seperti anakmu sendiri,"

     "Kenapa engkau pendek pikiran seperti ini, bukankah engkau harus bertanggungjawab membesarkannya?"

     "Tanpa istriku ini aku tidak sanggup untuk hidup dan memeliharanya. Buat apa hidup tanpa orang yang aku cintai ini. Anak ini belum tahu siapa orangtuanya, daripada ia ikut mati bersama kami, tolonglah tuan, anda pastilah seorang pendekar yang budiman. Kalau tuan tidak mau, hidupkan kembali istriku ini."

     Lelaki setengah baya itu memang benar seorang pendekar. Kebetulan saja ia melintas di desa terpencil itu dan mendengar suara tangis yang memilukan, maka langkahnya berubah menuju ke arah suara tersebut. Memang jarak rumah satu ke rumah yang lain cukup berjauhan, sekitar 10 km baru terdapat rumah lagi, jadi untuk meminta pertolongan tetangga memang tak mudah. Lelaki itu di dunia persilatan dikenal sebagai Pendekar Pengendali Roh, namanya memang cukup menggetarkan bagi yang mendengarkan. Ia memang sering berkelana, tidak menetap di satu tempat, jadi tidak mudah untuk menemukan keberadaanya.

     Sambil menghela nafas panjang, pendekar pengendali roh itu menghampiri mayat perempuan itu. Dipegangnya dahinya, ia berkomat-kamit mentransfer tenaga dalamnya.

     "Berdoalah pada Tuhan, aku akan berusaha memanggil rohnya, barangkali masih belum terlambat." dengan mendekap bayinya, laki-laki muda itu ikut khusyu memohon pada Yang Maha Kuasa.

     "Agar  ROH JASMANI tidak berontak, peliharalah  ROH NURANIMU . Hidup matinya seseorang yang mengatur TUHAN............ NAFAS HIDUP adalah komandan dari roh-roh yang lain bila dalam keadaan normal. Kuasai ROH JASMANI dan aktifkan roh-roh yang lain yang menopang kekuatan hidup." gumam sang Pendekar sambil terus menyalurkan tenaga dalamnya.

 

Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat

 

    

 

 

 

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

kardi's picture

@ tantepaku,sanggupkah pendekar pengendali roh?

@tante paku, sanggupkah pendekar pengendali roh menolong istri lelaki muda itu? Mengapa dukun beranak tidak sanggup menolong istrinya? Betulkah, kekuatan ilmu hitam si nenek tidak bisa membantu persalinannya, malah merenggut nyawa istrinya? Atau memang ini yang menjadi tumbal untuk menambah kekuatan si nenek ? Mohon dilanjutkan sesuai dengan skenario yang tante paku sudah plotkan. Saya tunggu, pasti sangat seru, kalau bisa ditambahkan bumbu alkitabiah gitu. Jadi ketika baca  , juga bisa merenungkan firman Tuhan, sekali dayung dua pulau dilampaui ,kan??. Ok good job....GBU