Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Retret: Membaca Diri Sendiri

Indonesia-saram's picture

Seorang berkebangsaan Skotlandia siang tadi menyurati saya. Dia banyak bercerita soal wawasan dan keindahan yang ada di daerahnya saat ini, Prancis Selatan. Salah satu cerita menarik yang ia sampaikan ialah tentang leluhurnya yang menyeberangi Laut Atlantik. Ia mengutip buku harian leluhurnya tersebut.

Saya tercenung. Betapa lengkap dan menariknya deskripsi yang ditulis oleh leluhurnya tersebut. Bukan deskripsi yang benar-benar konkret dan detail, tapi itu jelas deskripsi yang sering saya gunakan ketika dulu masih sering menulis buku harian dan juga surat.

Dari pesona lampau tersebut, saya bergerak menelusuri sejumlah tulisan lama saya. Awalnya sih hendak mencari-cari puisi yang pernah saya kerjakan—seorang teman ingin melihat contoh tulisan saya itu, puisi atau sajak saya itu. Beberapa saya temukan, meski yang paling ingin saya dapatkan tak bisa saya peroleh.

Lalu mata saya tertuju pada sejumlah sajak aneh dan abstrak. Salah satunya menggunakan kombinasi tanda baca sebelum akhirnya menutupnya dengan sebaris teks.

Sajak lainnya mengungkapkan suasana hati yang sangat jelas, meski suram. Sementara sajak-sajak lainnya bernada cinta, sajak-sajak lainnya lagi kembali bernada tak jelas.

Dari sajak saya beralih ke prosa. Kembali nada yang serupa saya temukan dalam tulisan-tulisan tersebut. Semua menggambarkan suasana yang kebanyakan tak lagi bisa saya pahami.

Rentang waktu melakukan pembacaan tersebut tidaklah lama. Mungkin hanya sekitar sejam. Tapi saya sadar bahwa membaca karya-karya masa lampau adalah salah satu bentuk retret pribadi yang sangat baik, juga sangat penting. Anda akan terlatih untuk mengasah kepekaan terhadap teks, konteks, dan—kalau Anda cukup mahir—ko-teks. Anda akan terlatih untuk memahami diri Anda sendiri dan memahami apa yang mendorong Anda menulis pada waktu Anda menulis tulisan tersebut. Nuansa dan suasana akan terekam dengan jelas dan dapat menyeruak kembali masuk ke meja memori Anda.

Pembacaan ulang juga akan membantu Anda untuk lebih memiliki pemahaman mengenai tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Anda akan berpikir mengapa memilih diksi tertentu ketimbang yang lain dan mengapa Anda menggunakan tanda baca tertentu pada tempat tertentu.

Efek dari pembacaan ulang ini akan lebih besar lagi jika Anda memberi waktu lebih lama untuk diri sendiri: memberi waktu untuk merenungkan satu tulisan tertentu atau menggali lebih dalam dari tulisan Anda. Bagi saya, tak berlebihan jika menyebut bahwa pembacaan ulang ini memberi nuansa dan nilai yang sama dengan sebuah retret. Nilainya bisa bersifat rohani, bisa bersifat jasmani, dan yang terpenting adalah peningkatan tulisan Anda ... yah, kalau Anda memang sudah mengerti apa itu tata bahasa, ejaan, dan tanda baca yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Kalau tidak, Anda bisa sama parahnya. Sorry, no offense!

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.