Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

roh lemah lembut dan roh "kasar" (pwijayanto)

roh lemah lembut dan roh "kasar" Dipublikasi Artikel blog by pwijayanto Galatia 6:1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. Jika didalam Kitab Suci ditulis "roh lemah lembut", adakah sebenarnya "roh kasar" yang gentayangan di sekitar kita? Ketika dipahami oleh sebagian orang Kristen, ada pembedaan roh, misalnya roh teritoral, atau dibedakan menururt "buah"nya, roh zinah, roh malas, roh tipu, roh bohong, roh kemiskinan, dan lain-lain, adakah ROH KASAR? hm.... cuma kepikiran saja, beberapa kali saya menjumpai diskusi/debat dan beberapa orang sangat "senang" melontarkan kata-kata (yang menurut saya) kasar, misalnya GOBLOK, TOLOL, BODOH, BEBAL, juga kata-kata penghakiman "SESAT" atau SETAN. Masih ada pula yang berbicara eh menulis KASAR diluar konteks dengan mengumpat ANJING, BABI, BAJINGAN, PELACUR dan lain-lain. Jika kata-kata KASAR itu ditujukan kepada saya, saya hanya ber' hm-hm. saja, bahkan pada seseorang saya sempat terus terang menyatakan "kegembiraan" saya, sebab semakin banyak kata-kata kasar dia tuliskan, para pembaca diskusi/debat itu mungkin akan dapat menilai sendiri siapa yang 'sabar" dan siapa yang "tidak sabar". Hm.., ketika tadi berbaring di tempat tidur, kepikiran saja untuk menulis ini, jadi sebelum lupa ditelan mimpi-mimpi indah, saya tuliskan ini sekarang. Sudah lama saya berpikir, ketika kita "merendahkan diri" dengan amat sangat, misalnya dengan kata-kata (sering ada dalam liturgi kebaktian), "saya itu orang yang SELALU berdosa", "kami yang SELALU melanggar perintahMu", "kami yang SERING berbuat jahat" dan lain-lain, bukankah kita sedang merendahkan diri diatas gunung, atau sebaliknya kita memang sedang membenamkan diri di dalam lautan, dan itu berarti kita sedang merendahkan juga Sang Pencipta kita. Ada tertulis, bahwa manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan, jadi jika kita "selalu salah", 'selalu berdosa", 'selalu jahat", padahal sudah bertahun-tahun kita belajar Firman Tuhan, apakah Pencipta kita begitu "tidak mampu" sehingga hanya berhasil menciptakan kita yang "selalu salah", 'selalu berdosa", 'selalu jahat". Demikian juga ketika kita menjadi KASAR, saat menghadapi orang lain yang tidak sejalan dengan pendapat atau keinginan kita, apakah keKASARan kita itu menggambarkan "rupa" Pencipta kita? Hm.., walau saya tetap pada pendapat bahwa Natal bukan 25 Desember, bahkan kadang berpikir bahwa Natal tidak perlu dirayakan dengan "pesta pora", tadi sore saya datang ke Kebaktian Perayaan Natal di kantor, sekalian mengajak anak saya melihat Andre Hehanusa yang menjadi bintang tamu. Nah di Kebaktian itu ada nyanyian yang tidak ikut saya nyanyikan, Bila Roh Allah ada didalamku ku kan menyanyi s'perti Daud menyanyi... Bila Roh Allah ada didalamku ku kan menari s'perti Daud menari..." Jangan-jangan banyak orang ber-KEBERATAN bahkan bangga dan tidak bisa meninggalkan kata "Allah", juga karena Roh ALLAH itu ada dalam dirinya. Terus terang, pertama kali dulu saya meninggalkan kata "Allah" memang didahului dengan kesadaran bahwa "Tuhan saya bukan Allah" dan saya tidak mau Allah tinggal di dalam diri saya. Saya tolak "roh" Allah. Ya.., kebaktian peringatan Natal sore tadi yang ada "Roh Allah"nya itu yang membuat saya ketika mau tidur jadi berpikir tentang "roh KASAR" ini. Yang lain tentang Natal tadi sore, seorang pegawai di kantor kami tidak tidur semalaman, membuat pohon natal unik dengan 25 buah bola, dengan 12 lilitan warna untuk batang pohon, dan dengan 2008 buah sedotan minuman sebagai "daun" pohon natal itu. Hm.., ternyata masih juga "roh" 25 Desember itu melekat erat di benak rekan kantor saya. Saya hanya butuh sedikit "roh" keberanian untuk memberikan tulisan yang sudah dibuat oleh rekan saya di kantor yang sama, bahwa Yesus lahir tidak pada 25 Desember. Mohon maaf lahir batin, untuk saudara-saudara di pasar klewer ini yang sering atau kadang-kadang menuliskan kata-kata kasar, saya memang mungkin perlu bertanya kepada anda semua, adakah roh kasar dalam diri anda, jika ada, apakah itu temannya roh kudus? jika tidak ada, jika bukan dari roh, dari mana kara-kata kasar itu muncul, dari tubuh atau jiwa anda. ya sekedar mengingatkan saja bahwa KASAR tidak termasuk dalam BUAH ROH (kudus). selamat pagi...