RUMPUT BERBUNGA

Hari sabtu itu, setelah aku mengantarkan selimut yang dititipkan temanku sejak minggu kemarin, ke kantornya yang terletak di jalan Rasuna said yang juga menjadi rute pulang pergiku, selalu lebih sepi dibanding hari – hari kerja lainnya yang selalu macet.

Dari arah jalan Casablanca ke arah jalan Imam Bonjol, lambat – lambat kendaraan aku arahkan untuk berputar arah, diseberang kantor KPK ke arah jalan Gatot Subroto. Kendaraan tetap aku pertahankan di jalur cepat disisi blok pemisah jalur bus way, melewati kantor istriku yang sabtu ini tidak aku jemput karena libur.

Ah nikmatnya jalan raya seperti ini, andaikan setiap hari jalan di Jakarta selalu seperti ini.

Sementara menyusuri jalur kuningan yang sepi itu, mata ini tak sengaja menabrak sebatang bunga rumput lusuh ditutupi oleh debu hitam sisa asap kendaraan, yang tumbuh di sela – sela blok kuning berbercak hitam bekas terserempet ban,pemisah antara jalur bus way dan jalan umum.

Kejadian penabrakan pandangan pada sebatang bunga rumput memang hanya sepersekian detik,tapi entahlah mengapa setelah kejadian itu banyak suara yang berbicara dalam hatiku.

Si rumput berbunga itu, hidup ditengah teriknya matahari Jakarta yang menyengat dan kering, bak padang pasir menimbulkan fatamorgana.Ditambah dengan panasnya asap yang keluar dari beribu – ribu knalpot kendaran yang berlalu lalang, membuat semakin panas udara diatas jalan itu.

Dengan sedikit tanah bergizi diatas jalan hitam abu – abu , akar – akarnya yang halus menjelajah sejumput tanah tipis tempat dia hidup untuk mencari makanan, apakah akarnya mampu menembus aspal yang keras, aku tak tau.

Tapi setidak - tidaknya akar – akar halusnya mampu menyerap dan menyalurkan zat – zat makanan yang tersedia dia tanah kering diatas jalan nan panas, sehingga si rumput berbunga dapat hidup.

Si rumput berbunga bukanlah pohon kaktus yang memang biasa hidup dipadang gurun yang kering dimana dia mampu menyimpan air dalam tubuhnya, si rumput berbunga hanyalah rumput dengan daunnya yang kecil dengan akar- akarnya yang halus.

Terlindung diantara blok pemisah jalur bus way lah yang membuatnya tidak terlindas kendaraan yang berlalu lalang. Mungkin juga beberapa kali daunnya yang menjulur keluar ke samping blok pemisah jalur bus way, terlindas kendaraan yang berebutan ruang di jalan yang padat dengan kendaraan ditengah kemacetan lalu lintas dihari – hari kerja

Sementara itu diseberangnya hiduplah sekelompok rumput terlindung pohon rindang yang berada di tengah jalan pembatas jalur, dengan tanah yang lebih luas mereka hidup.

apakah si rumput berbunga menyesali keadaannya.Entahlah.aku tak tahu, namun apakah iri hati bisa membuat dirinya berbunga?

Bukankah untuk berbunga dibutuhkan waktu beberapa hari, artinya hidup si rumput di tengah jalan raya nan panas menyengat telah berlangsung beberapa hari, sebelum akhirnya berbunga. Ya..! si rumput berbunga telah hidup beberapa hari dilingkungan yang sangat keras. Apakah hari – hari yang dilaluinya diisi dengan keluh kesah? Kembali aku tak tau..namun dapatkah hidup yang dipenuhi dengan keluh kesah mengeluarkan bunga?

Malu rasanya aku ini hai rumput berbunga…

Sebagai ciptaan yang sama – sama hidup didunia yang semakin keras..

Sering kali aku, yang diciptakan dengan sempurna oleh Sang Pencipta ini sering kali terkurung dalam keluhan yang tak berkesudahan, meratapi kerasnya kehidupan..

Sering kali dibutakan oleh iri hati, sehingga melupakan berkat – berkat yang telah diberikan oleh Sang Raja alam semesta..

Duhai rumput berbunga..

Akupun ingin berbunga…

Ya berbunga, bahkan sampai berbuah matang..