Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sekedar Mengampuni?

Sri Libe Suryapusoro's picture

Ketika membaca bagian Alkitab (Markus 2:5-12) saya kembali tersadar akan sesuatu yang selama ini tidak saya lakukan. Sebagian karena saya tidak tahu kalau hal itu harus dilakukan sebagian karena saya memang malas melakukannya. Di perikop tersebut diceritakan tentang Yesus yang bertemu dengan orang lumpuh. Saya masih ingat, teman saya, Arya pernah membahas bagian ini yang berhubungan dengan kerja tim karena itu bukan kerja tim yang ingin saya tekankan. Respon Yesus ketika melihat orang lumpuh adalah:”Hai anakKu, dosamu sudah diampuni.” Sebenarnya respon tersebut sama ketika saya bertemu dengan orang yang sedang bermasalah. “Tenanglah, jangan kamu dibayang-bayangi rasa bersalahmu sampai-sampai kamu tidak bisa beribadah. Percayalah dosamu sudah diampuni.” Sebenarnya respon tersebut sangat sering saya lihat di dalam kehidupan kekristenan. Hanya saja ternyata Yesus tidak berhenti di situ. Di ayat 11 dinyatakan,”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu.” Yesus tidak hanya mengampuni tetapi menolong orang tersebut bangkit dari keterpurukannya. Dia melakukan lebih, membuat orang tersebut dapat menyelesaikan permasalahannya. Itulah yang tidak saya lakukan dan mungkin banyak orang yang tidak melakukannya. Ketika merenungkan bagian ini, saya jadi ingat seseorang yang saya layani sejak tahun 1998. Beberapa kali dia mengakui dosanya dan saya mengatakan Tuhan mengampuni dia. Tetapi setelah itu, saya tidak tahu keadaannya. Yang pasti dia akan mendatangi saya ketika mau berpacaran atau putus cinta dan sekarang sudah orang yang keempat kalinya yang putus dengannya (jadi cukup sering saya bertemu dengannya). Saya hanya datang, berbicara tetapi tidak pernah berusaha keras untuk menyelesaikan permalahannya. Saya tidak pernah bersama-sama dengannya bangkit dan mengangkat tempat tidur sebagai tanda bahwa ‘kecacatan’ sudah berakhir. Membuat orang tersebut mengangkat tempat tidur dan pulang ke rumahnya yang sesungguhnya (yaitu rumah sorgawi), itulah yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang percaya kepadaNya. Tetapi saya sendiri mempunyai banyak alasan untuk tidak melakukannya.  Bukan sekedar mengampuni, tetapi membuat orang tersebut bangkit sehingga orang yang di sekitar mereka takjub lalu memuliakan Allah, katanya:”Yang begini belum pernah kita lihat.” (ayat 12). Semoga Anda belajar dari kesalahan saya dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Semoga menjadi berkat,

__________________

Small thing,deep impact

fredy's picture

tidak mudah

satu pekerjaan yang paling sulit dalam hidup adalah memaafkan orang lain yang telah membuat kita menangis, kecewa, dan sakit hati. kadang orang Kristen akan menggunakan ungkapan: Tuhan saja memaafkan kok kamu tidak? atau Maafkan saudaramu 7x7x..berkali-kali.

Dua ungkapan tadi sering saya dengar ketika orang2 yang berbuat salah meminta maaf kepada saudara/teman/lainnya. kata-kata yang renyah, mudah dilafalkan, dan tidak perlu banyak menjelaskan orangpun akan tahu. Ya, semua orang akan merasa tidak mampu berbuat apa2 kalau dengar kata-kata tersebut dan akhirnya walaupun dengan berat hati memaafkan, agar tidak dikatakan manusia yang mendengar perintah Tuhan.

Namun bagaimana dengan mereka yang berbuat salah? apakah mereka tidak pernah mikir bahwa menyakiti orang lain itu salah? lalu kenapa mereka tetap melakukan? Semoga menjadi perenungan...

MayGBU+