Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sekolah akselerasi "dewasa"

joli's picture

Kelas akselarasi untuk "dewasa"

kalau ada mau daftar?

Pulang gereja-nya Clair, kebaktian kenaikan Tuhan Yesus, bertemu dengan seorang teman, sepuluh tahun lalu pernah bersama-sama mengantar sekolah ketika anak2 kami TK. Waktu itu suaminya masih hidup tetapi menderita sakit parah. Anak-anaknya 3 orang cowok semua, sangat aktif dan pinter-pinter, karena mereka bertiga kursus di tempat Joli.

"Sepuluh tahun ya tak bertemu?" senyum kami terkembang. Desi bukanlah teman dekat, kami hanya bertemu bila mengantar sekolah, dan hanya saling lempar senyum aja, jarang ngobrol, karena dia tidak pernah nungguin sekolah, hanya ngedrop anak2 aja.

Beberapa akli sempat ngobrol bila kebetulan mengantar anak2 ke tempat kursus dan perlu ngobrolin perkembangan pendidikan anak2 saja.

Dari hanya saling menyapa, iseng Joli ajak mampir ke mie Tite sebelah gereja tuk lanjutin ngobrol sambil nungguin Clair yang masih juga ber ha..ha hi..hi.. ama teman2 remaja gereja.

Jadi ingat sepuluh tahun lalu, dia bercerita, sambil pesan mie bakso dan es jeruk. Kali ini Joli pesan misua Tite (kaki babi masak kecap)

"bayangkan Jol, Dani yang besar waktu itu 10 tahun, Deni 6 tahun, Doni 4 tahun, tapi sudah di tinggalkan papanya"

"Waktu itu Dani kecewa banget ama Tuhan, kenapa ambil Papanya, padahal dia sudah berdoa sungguh-sungguh" Kata Desi mencoba rasakan baksonya, nampak rasa bakso cocok ama selera lidahnya.

"Aku sebagai mami-nya kan mesti kuat, dan pada waktu itu memang harus, mau tak mau harus kuat demi anak, ke gereja ya ke gereja, namun bila ada doa-doa penyembuhan, sudah tak percaya lagi"

"Memang dalam jatuh bangun-nya kesehatan suamiku, pernah juga terjadi kesembuhan, sempat bersaksi juga, lalu anfal lagi, hingga meninggal-nya"

Setahun kemudian..

"Entah mengapa.. kondisi-ku bisa sangat apatis sekali. sehingga aku ajak ngobrol si Dani"

"Dan, ni mami kok sedih ya, rasanya Tuhan diam aja. Sudah berdoa, Papi juga tetep meninggal"

"Aku mami yang jahat ya Jol, mosok waktu itu aku berharap jawaban Dani meng-iya-kan ku. Karena aku tahu pasti dia pernah mengalami hal yang sama dengan ku waktu papinya meninggal"

"Tahu nggak apa jawaban Dani?"

"Mam, iya Papi tetap meninggal meski aku doa sungguh-sungguh untuk minta sembuh. Tapi aku mau seperti Sadrah Mesakh Abednego, tetap berdoa kepada Tuhan Yesus"

"Duh, tahu nggak Jol, seperti di tampar ni muka-ku.. bener-bener mami yang nggak kasih contoh ya.."

"Waktu itu memang aku banyak kecewa, bukan hanya kepada Tuhan, tapi juga kepada teman-teman, serasa banyak yang menuduh, loh bukankah dia dulu yang bersaksi mengalami kesembuhan itu toh? kok ya meninggal?"

"Namun Tuhan baik, mengingatkan-ku melalui Dani.. Aku tahu bahwa keajaiban yang di berikan Tuhan bukan hanya melalui kesembuhan-kesembuhan saja, tetapi melalui masa-masa sulit, bertahan dan kuat menghadapi hidup ini bersama anak-anak, itu-lah keajaiban yang kami terima setiap harinya. Kekuatan yang dari Tuhan, itu luar biasa.."

"Beberapa waktu kemudiam ada teman gereja meminta-ku tuk bersaksi. Sebenarnya nggak mau, takut grogi. Tapi aku pikir mungkin banyak juga yang mengalami seperti yang aku alami, berharap hal-hal ajaib dan besar yang Tuhan buat, sebagai bukti iman. Padahal penyertaan Tuhan hari demi hari inilah yang luar biasa."

"Sekarang Dani sudah kuliah di Jakarta" katanya dengan bangga seorang mami..

"Iya" jawabku singkat. "Bagaimana si kecil? Doni dia dulu yang paling aktif kayaknya ya, masih gendut?"

"Lah, si Doni, ini aneh lagi, dia mau jadi pendeta, sudah dari kecil. Tahu nggak sudah mulai nabung sejak SD, untuk biaya sekolah pendeta, eh si Calvin sekolah Pendeta kan? sudah lulus? kapan-kapan mesti ketemu dia. Karena Doni sangat antusias belajar alkitab, dan pinter loh dia menghubung2kan ayat PL ke PB, sejak SD, aneh kan? Tapi sekarang aku agak kuatir karena perkembangan terakhir jadi rodo atheis, lebih percaya ama rasio drpd doa, piye jal?"

"Kalau soal mencari duit dan kerja Doni paling jago. Dia nabung uang saku sejak SD, lalu cari duit sejak SMP kelas 1, ternak lele. Bisa bayangkan anak kelas 1 SMP, belajar ternak lele dari buku di gramed dan cari data internet, pinjam modal aku waktu itu untuk beli 10 rb bibit lele, dia bisa hitung keuntungan dari panen seetelah di potong modal maminya masih bisa buat beli HP nya yang pada waktu itu memang rusak, dan masih ada sisa yang di tabung untuk sekolah pendeta besok"

"Sayangnya waktu itu rugi, banyak yang mati. Bulan lalu dia buka tabungannya dapat 1,5 juta dan mulai hitung2 bagaimana cara mengembangkannya."

"Desi, berbahagialah, anak-anak kamu adalah anak-anak istimewa" kataku benar-benar terkagum-kagum, bagaimana baiknya Tuhan dalam memelihara keluarga ini..

"Iya sih, aku dulu sangat sedih, setiap kali melihat mereka bertiga harus mencairkan tabungan warisan papinya, bertiga bertanda tangan bersama karena mereka masih di bawah umur, Mungkin mereka sedih juga ya, maka si kecil sudah suka cari duit sejak kecil"

"Itu sekolah pendewasaan secara akselerasi" kataku ngajak guyon..

"iya sih, tapi nggak enak loh sekolah akselerasi itu.."

"aku aja yang traktir, aku mau beliin nasi goreng buat anak-anak sekalian". katanya, sambil keluarin dompet

"Senang bertemu dengan Desi, senang mendengar cerita tentang anak-anak, besok Juni-Juli ajak main ke tempat kursus, Calvin akan datang" kataku pamit, akrena Clair sudah inguk-inguk memberi tanda mengajak pulang..

PlainBread's picture

Miris

Miris kalo denger ceritanya Joli. Life expectancy di Indonesia gak begitu tinggi, meninggalkan banyak anak menjadi anak yati atau yatim piatu. Otomatis membuat mereka jadi dikarbit dalam hal hidup dan tanggung jawab.

 

One man's rebel is another man's freedom fighter

joli's picture

Joli salah cerita ya?

kok miris? Joli salah cara bercerita kayak-na, mau tonjolkan anak-anak hasil tempaan hidup, menjadi anak-anak yang tough. Dalam hal keuangan mereka tidak "kekurangan", maminya punya pekerjaan yang baik, namun bila pengeluaran melebihi pendapatan akan mengambil tabungan warisan suami yang mesti di tandatangan 3 orang anak2 krn mereka dibawah umur mesti di ada note pengadilan/notaris joli kurang jelas. Jadi mereka (anak-anak) tahu sejak kecil.

"Dani, kuliah belajar mandiri, dan selalu berusaha keras untuk tidak her/mengulang, karena tahu konsekuensi mengulang sks adalah nambah biaya. Jadi bila ujian selalu telpon maminya tuk doakan terus supaya lulus semua mata kuliah yang diambilnya. Mami-nya senang sekaligus terharu sih waktu ceritain ke Joli kemarin. "Mesti hemat dan efisien: itu dulu yang kukatakan ke Dani ketika dia SMP, matikan lampu bila keluar ruangan, berhemat yang bisa di hemat, namun tetap bayar apa yang harus di bayar. Lihat Jol, setelah bertahun-tahun yang aku sendiri sudah lupa, malah nempel terus di otak Dani..?"

"Doni, si kecil ini waduh, dari SD cari duit terus pikirannya. Terkadang aku kuatir. Mosok uang saku semua ditabung untuk sekolah pendeta, supaya nggak repotin mami. "

"Lalu jajan-nya? dia sering terima jasa dari teman-teman-nya. Karena sekolah di lantai atas, teman-teman-nya sering males turun, maka si Doni sering yang memberikan jasa membelikan jajanan sekaligus bisa jajan."

"SMP kelas satu, ternak lele, seperti yang sudah aku cerita tadi. Sekarang lagi mau coba jualan minuman di depan kantorku.. Kemarin baru ngajaka membeli kulkas lemari es, tapi setelah dihitung BEP nya tidak bagus, dia tunda. Piye jal?  anak-ku ni SMP wis pengin kerja terus."

"Eh ada satu hal lagi, meski dulu dia suka belajar alkitab, yang sekarang mulai agak-agak atheis loh."

"Loh?" tanya-ku

"iya, waktu kemarin rugi lele, dia bilang kayaknya lebih baik sepasang tangan bekerja daripada ratusan tangan berdoa"

"piye jal?" tanyanya

"bagus tuh.." jawab-ku

Waduh dah jam 8 ni ada meeting bentar lagi.. nanti sambung lagi ya nulisnya.. :)

PlainBread's picture

@Joli Salah pilih kata kayanya

Tadi mikir miris karena ada kenyataan anak2 seperti yang di cerita Joli, sementara ada juga anak2 lain yang dimanjain dengan Xbox, PS3, Wii, dan gak pernah tau artinya susah dan ortu masih lengkap. Mungkin saya yang salah pilih kata.

Sahabat baik saya juga ngalamin gitu. Papa mereka meninggal di usia muda, untungnya gak ada hutang, tapi ada warisan. Mesti tanda tangan notaris segala macam. Mereka udah pada gede sekarang, jadi orang (kaya dulu gak jadi orang aja :D).

 

One man's rebel is another man's freedom fighter

joli's picture

buntung untung

kadang yang kita pikir "buntung", karena mendapat kemalangan di usai muda eh, malah "untung" karena bisa jadi orang lebih duluan, bukan sembarang orang lagi, menajdi orang yang tahan banting he..he..

dReamZ's picture

ikutan komen ya ehehe

kata bro gw: "napa ya bokap cepet perginya, kadang pengen hidup kyak temen2 yg masi ada bokap. Tapi sejak bokap ga ada, gw jd lebih bisa menghargai segala sesuatu yg gw punya, dulu waktu masih ada bokap kyaknya semuanya dipenuhi jd take everything for granted."

berhubung bro gw rada alim ama Tuhan, dia blg klo smuanya karna Tuhan kita masi bisa survive.

n karna gw mang bakat jadi atheist *ahahah terinspirasi dr kata2nya jolie* dalam hati gw mikir .. ah..klo kita bisa survive kan karna masih ada warisan dr bokap lage aahhahaha... *sesat gw*,, cm gw ga blg ama my bro laq, mana tega diriku hihi...

cuma kalo dipikir mang di case gw masi bruntung kale ya, n mungkin jg di case temen jolie, n temennya plain, kita masih bisa hidup. Kalo dibandingin yang gw baca misalnya anak2 yg hidup dikawasan perang. yang didepan mreka sendiri ngeliat orang tua mereka mninggal, rumah hancur. Mreka sendirian tanpa proteksi dr sapa n tanpa apapun, yang brusaha sendiri ntuk tetep hidup. Sedih banget ya....

yg gw baca jg diblg klo tiap hari ada kira2 40,000 anak2 yang mati karna kelaparan, terlantar, n sakit..

joli's picture

Setiap anak punya malaikat

dReamZ, ngalamin juga tho? jadi taugh kan?

anak-anak itu lentur, kata my bojo, ketika beberapa tahun lalu Joli sempat kuatir bila wolak-walik-ing jaman, sampai Clair my daughter nggak bisa sekolah krn nggak ada biaya. Setiap anak punya kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaannya, daripada kuatir bukankah lebih baik mempersiapkan anak-mu siap menghadapi hidup-nya?

iya juga sih, waktu kecil Joli juga menganggap ada malaikat yang selalu menyertai Joli, sehingga apapun bisa di lalui dengan sukacita.. Sekarang baru tahu, malaikat yang selalu bersama Joli adalah Tuhan yang menyertai..